The
Never Forgotten
Tahun 2xxx, di mana semua orang dapat
menggunakan sihir dan kekuatan spiritual lainnya. Walaupun begitu, jarang
sekali adanya tindak kejahatan maupun pemberontakkan. Sebenarnya banyak sekali
orang yang tidak percaya adanya sihir. Tetapi, apa yang mereka lihat sekarang
adalah bukti nyata bahwa sihir itu memang benar – benar ada. Bukankah itu aneh
? Hal itu merupakan pertanyaan yang tidak asing lagi bagi orang – orang yang
sudah sering mendengarkannya. Tetap saja hal tersebut tidak dapat di percayai
lagi. Karena sekarang dan yang dulu itu berbeda.
Seorang gadis muda bernama Noemi Mathieu
adalah salah satu murid jenius dan misterius. Ia pendiam, berbicara seadanya,
dan juga sangat dingin. Berambut coklat gelap sepundak dan berkulit putih.
Tubuhnya tidak begitu tinggi dan tidak begitu pendek. Di usia nya yang ke 16
tahun itu wajar saja kalau tinggi sekitar 160 cm merupakan angka ideal. Berat
badannya tidak di ketahui. Matanya berwarna emerald, gelap di tengah malam dan
berkilauan di siang hari. Pesonanya yang seperti itu mungkin merupakan
kelebihannya, belum lagi ke jeniusan yang ia miliki.
Ada
lagi sesosok lelaki bernama Pierre Chenart. Dia murid yang populer, ramah, dan
hal positif lainnya selalu menyertainya. Umurnya berusia 17 tahun sekarang. Banyak sekali orang – orang
yang bergantung padanya. Sosoknya merupakan seorang ketua yang memotivasi
setiap orang. Rambutnya hitam gelap dan berkilau. Matanya berwarna skyblue. Tingginya sekitar 170 atau
mungkin 172 cm. Tubuhnya juga termasuk kategori cowok yang agak macho tetapi orang lain tidak
memperhatikannya karena ia terlihat masculine
dan wajahnya manis. Tidak ada yang tidak mengenalinya, tetapi Noemi terkecuali.
Saat hari menjelang siang tepatnya di Sorcery High School, Noemi sedang berada
di taman sekolah sambil melahap bekal makanan yang ia buat sendiri dari rumah.
Sayangnya di saat ia sedang makan dengan damai seorang gadis berteriak
memanggil namanya dengan kencang sehingga membuat semua orang yang ada di taman
itu menoleh kaget.
“Noe ! Noe !! Noe !!!”
Gadis berparas mungil yang berteriak itu
bernama Stella Trixi. Rambutnya berwarna cream. Matanya besar dan berwarna
keperakan. Seperti yang di katakan sebelumnya tubuh mungil nya itu 155 cm
memang agak pendek, atau bisa di katakan pendek di usianya yang sama dengan
Noemi. Ia juga termasuk murid populer seperti Pierre bedanya Stella lebih galak
dan menyeramkan.
“Noe ! Aku mencarimu kemana – mana tau ! Sekarang
saatnya pelajaran praktek, di tambah lagi kita di gabungkan dengan kelasnya
Pierre ! Mimpi buruk apakah aku ini sekarang ?! Kalau ada Pierre pasti ada dia !”
Stella berbicara sambil memasang wajah melas
dan kakinya mulai menginjak – nginjak tanah berulang kali. Benar – benar sifat
dan penampilannya berbeda sangat jauh.
“Ya, aku tau”
Noemi mulai berdiri dari tempatnya duduk dan
mulai melangkah menuju kelas yang ia tuju. Selain itu, Stella yang sedang marah
– marah ia tinggalkan sendirian tetapi akhirnya Stella menyusulnya dari
belakang.
Di kelas praktek
BAMM
Suara ledakan yang keras terdengar begitu
Noemi membuka pintu. Ternyata Pierre sang populer itu telah gagal membuat Fireball
dan terbang menuju gelas kaca yang ada di atas meja. Sang
guru pun mengomelinya hanya saja teman – temannya (atau mungkin fans nya) itu
membantu Pierre yang sedang terkena omelan.
“Teacher
! Kenapa Pierre di salahkan ? Wajarkan kalau dia tidak bisa ia masih dalam
proses belajar”
Seorang lelaki yang sedang berbicara dengan Teacher bernama
Walter Ulrich. Cowok sporty yang
bergaya funky karena ia selalu
mengenakan headphone di telinganya
maupun melepasnya lalu di gantungkan di lehernya.Tingginya 175 cm berambut
pirang pendek dengan bola mata berwarna hitam pekat. Terkenal dengan sebutan troublemaker wajarlah seperti halnya
seorang badboy. Orang inilah yang paling di sebali oleh Stella.
“Walter, kau jangan selalu memanjakanya ! Kau lihat gelas kaca yang
pecah itu ? Apa kau tau harganya berapa ?! 10.000 gold !”
Walter pun mengelurkan dompet yang berada di
sakunya begitu di buka yang terlihat hanya uang sejumlah 1.000 gold. Wajahnya terlihat terkejut dan
cengiran kuda pun ia simpulkan.
“Teacher,
bukankah 10.000 gold merupakan angka
yang terlalu besar bagi seorang pelajar ?” Walter mencoba membujuk
Teacher
memutarkan bola matanya petanda dia sudah lelah berurusan dengan Walter. Noemi
yang sejak awal berdiri di pintu mulai berjalan menuju meja tempat gelas kaca
itu pecah.
“Return”
ucapnya
Gelas yang awalnya pecah mulai kembali ke
bentuk semula. Sang jenius Noemi dapat melakukannya dalam waktu 5 detik. Waktu
yang sangat cepat.
“Whoa ! Memang hebat Noemi sang jenius ini
sepertinya aku memang jatuh cinta padamu” Walter memulai godaan basinya
Noemi hanya memandang sinis ke arah Walter
sehingga membuatnya merinding ketakutan. Tak lama kemudian Noemi pun berdiri di
depan Pierre.
“Ulurkan kedua tanganmu” perintahnya
“Eh ? Oh ! Baik !” Pierre pun mengulurkan
kedua tangannya
“Fireball”
Seketika Fireball
berada di atas kedua tangan Pierre. Mata Pierre terpikat takjub karena baginya
ini merupakan pertama kali ia dapat
membuat fireball dengan sempurna.
“Thanks”
kata Pierre dengan mata yang berkilauan, silau
Noemi tidak berkata apa – apa hanya
menatapnya lalu membalikkan badannya menuju boneka yang di gunakan untuk
melatih kemampuan Magician. Dengan cepat ia mengayunkan tangannya dan boneka itu
terbelah menjadi dua. Padahal tangannya tidak menyentuh boneka itu. Windslash, ternyata ia menggunakan Magic itu.
Walter berpikir bahwa Noemi
sangat membenci Pierre karena ketika Pierre mengucapkan terima kasih padanya
Noemi langsung membelah boneka itu tanpa berkata apa – apa. Di lain sisi mata
Pierre tetap saja berkilauan melihat aksi Noemi, ia tidak takut melainkan kagum
dan menganggap bahwa Noemi merupakan sumber inspirasinya. Pemikiran mereka
berdua sangat berbeda jauh.
“Noe, aku juga mau berlatih
denganmu !” Stella pun berjalan mendekati Noemi
“Aku juga ! Aku juga !” Pierre
mulai ikut – ikutan
Karena Pierre ikutan semua murid
yang berada di ruangan pun mulai mengikutinya, hanya saja mereka hanya terpikat
pada Pierre dan sama sekali tidak memperhatikan Noemi maupun Stella. Entah
Noemi kesal atau tidak ia berjalan keluar dari ruang kelas, Stella mengetahui
akan hal itu tetapi ia ingin fokus belajar karena dibandingkan dengan Noemi
nilai Stella lebih kecil darinya. Akhinya Stella memutuskan untuk meninggalkan
Noemi sendiri. Dari kejauhan Pierre juga melihatnya tetapi, begitu ia ingin berjalan
mendekati Noemi teman – temannya sudah mengelilinya dan kesempatan Pierre untuk
berbicara dengan Noemi pun hilang.
Noemi seperti biasa sedang duduk
di taman sekolah. Sebenarnya taman sekolah memang selalu sepi karena kantin di
sekolahnya itu sudah jauh lebih luas sekarang. Jadinya jarang sekali ada orang
yang mau capek – capek berjalan menuju taman selagi kantin memiliki tempat yang
luas.
“Float”
Buku yang sedang ia baca terjatuh
lalu mengambang karena magic yang ia
gunakan. Buku itu berjudul “The Last Hope”
menceritakan tentang seorang pria yang memiliki kemampuan untuk menyelamatkan
dunia. Cerita yang dapat menggerakan hati Noemi.
“The Last Hope ?”
Suara yang terdengar tidak asing
itu menyebutkan judul buku yang sedang Noemi baca. Otomatis Noemi mengangkat
wajahnya menuju asal suara itu. Ternyata Pierre yang ada di depan matanya
sedang berdiri sambil membawa sekotak kue.
“Apa kau mau ?” tawar Pierre
Noemi terlihat terkejut ia pun
menunduk ke bawah, bibirnya bergerak seperti orang yang sedang gugup hanya saja
Pierre tidak yakin karena wajahnya sedang tertutupi rambut.
“Ini cake aku baru saja membelinya di kantin” jelas Pierre
GULP
Noemi mulai menggerakan kedua
tangannya seperti sedang menimbang – nimbang sesuatu yang ada dalam pikirannya.
“Ini”
Pierre memberikan cake itu kepada Noemi. Dengan segan
Noemi menerimanya lalu memakannya. Tiba – tiba
“Delicious”
Sebuah senyum mengambang dalam
wajah Noemi, senyum yang belum pernah di lihat oleh siapa pun terkecuali untuk
Pierre. Dia menjadi orang pertama yang melihat Noemi tersenyum, karena selama
ini Noemi hanya memasang wajah pokerface
nya.Sejujurnya Pierre pun terkejut melihat Noemi seperti ini, wajahnya agak
memerah menyaksikan pemandangan langka ini.
Noemi memandang ke arah Pierre,
Pierre pun menoleh ke belakang karena mungkin wajahnya seperti tomat sekarang.
Tetapi, Noemi melanjutkan kegiatan makannya itu. Pierre pun duduk di sebelah
Noemi hanya saja Noemi tiba – tiba berdiri dan berjalan 3 langkah menjauhi
Pierre. Siapa sangka kalau Noemi ini sebenarnya adalah seorang gadis yang takut
terhadap lelaki ?
“Ada apa, Noemi ?” Pierre hanya
terbingung melihat tingkah laku mendadaknya
Noemi hanya terkaku diam, setelah
ia melahap habis cake itu dia
berjalan meninggalkan Pierre yang tengah dalam kebingungan.
“Pierre ! Kenapa wajahmu murung
begitu ?” Walter bertanya
“Oh, tidak. Um, aku hanya
berpikir apakah aku bisa pulang karena kabarnya setelah kita pulang sekolah
akan turun hujan” Pierre berbohong yang ia pikirkan adalah kejadian waktu ia
bersama dengan Noemi
“Benar juga, apa kau membawa
payung ?”
“Sayangnya aku tidak membawanya”
“Haha, kalau begitu gunakan saja shield magic agar kau tidak basah”
“Benar juga, seandainya ada magic yang bisa menghentikan hujan…
Sayang sekali kekuatan magic tidak
bisa di gunakan untuk mengubah takdir yang di berikan God”
“Ya, kau benar...”
DRASS
Air berjatuhan dari langit kian
menderas dengan angin yang sedikit kencang. Hujan turun sesuai dengan perkataan
Pierre tetapi, Pierre memang tau kalau hari ini akan hujan karena dia selalu
menonton siaran cuaca di pagi hari sebelum ia berangkat sekolah. Bodohnya dia
adalah tidak membawa payung walaupun sudah tau kalau akan turun hujan. Sekarang
ia sendirian di depan pintu utama sekolah, teman – temannya sudah pulang karena
mereka membawa payung atau sebagian dari mereka bisa menggunakan shield magic sehingga mereka tidak
kebasahan.
TAP TAP
Suara langkah kaki terdengar di
belakang Pierre. Ia merinding karena di belakang tempat ia berdiri itu lumayan
gelap. Belum lagi ruang guru sangat jauh dari pintu utama sekolah. Munculah
sesosok gadis dengan wajah yang tertutup poni.
“HIIIIIII !!!!!!” Pierre menjerit
ketakutan sambil jongkok di bawah
“Apa yang kau lakukan ?”
pertanyaan singkat dan dingin terdengar
Pierre pun menoleh “E-eh ?
T-ternyata Noemi ya ? Syukurlah”
“Kenapa masih di sini ?”
“Aku tidak membawa payung di
tambah lagi aku belum bisa menggunakan shield
magic dengan sempurna oleh karena itu aku masih berada di sekolah”
“Oh”
“…..padahal aku menceritakan
dengan lengkap kenapa ia hanya membalas dengan singkat” gumam Pierre sambil
terlihat down
“Barrier”
Tiba – tiba sekeliling tubuh
Pierre telah di lindungi oleh Barrier
Magic yang di buat oleh Noemi. Begitupun dengan Noemi sendiri ternyata ia
juga menggunakan magic untuk dirinya
sendiri. Noemi pun melangkah keluar sekolah disusul dengan Pierre tetapi begitu
Pierre berjalan di sampingnya reaksi yang sama di taman waktu itu terulang
kembali. Noemi menjauhkan diri dari Pierre sebanyak 3 langkah.
“Begini Noemi, apa kau benar –
benar membenciku sampai – sampai kau menjauh seperti itu ?” Tanya Pierre karena
ia merasa tidak enak
“…tidak”
Noemi melanjutkan berjalan
kembali tetapi kali ini langkah kakinya jauh lebih cepat dari sebelumnya. Pierre
juga mengikuti nya tetapi karena ia jauh lebih tinggi tidak lama kemudian
Pierre dapat menyusul Noemi.
“Tunggu !” Pierre menarik tangan
Noemi
“J-jangan sentuh !” Noemi menebas
pegangan tangan Pierre
“Noemi… Kau kenapa ? Segitunya
kah kau membenciku ?”
“Ya, kau benar. Kau terlalu
bersinar dengan terang layaknya mentari… Berbeda denganku !”
Anggap saja Pierre saat ini hanya
terdiam dan tak tau ingin membalas perkataan Noemi seperti apa. Bunyi hujan
masih saja menaungi telinga sampai Noemi memutuskan untuk meninggalkan Pierre.
Noemi berlari sangat kencang sekali walaupun Pierre bisa mengejarnya saat ini
ia tidak bisa melakukan apa – apa karena ia sendiri tidak tau harus berbuat apa
setelah itu.
Seperti biasa Noemi sedang duduk
di taman sekolah bedanya untuk saat ini ia di temani oleh temannya, Stella.
Bagi Stella jarang sekali Noemi ingin memintanya untuk ikut bersamanya. Stella
hanya berpikir pasti ada sesuatu yang terjadi padanya semenjak ia tidak berada
di dekatnya.
“Hey, Noe. Tidakah kau merasa
bosan di tempat seperti ini setiap hari ? Memang taman ini masih bisa di
katakan indah. Tetapi, taman ini sepi sekali, kau tau ?”
“Ya dan aku suka” jawaban singkat
“Haahh… Kau itu memang aneh, Noe.
Kalau begitu aku ke kantin dulu. Mau beli roti”
“Ya”
Stella meninggalkan Noemi yang
sedang asik membaca novelnya itu. Noemi akhirnya sendirian, sedikit menghela
nafas ia menggeletakan tubuhnya di bangku taman itu. Tangan kirinya menutupi
kedua matanya. Sedangkan tangan yang satunya lagi memegang novel yang tadi ia
baca. Pikirannya benar – benar kacau sudah lama sekali ia tidak merasa depresi
seperti ini.
“…melelahkan”
“Apanya ?”
Suara mendadak yang tiba – tiba
di dengar oleh Neomi mampu membuatnya terjatuh dari bangku taman yang sedang ia
tiduri.
BRUK
Suara tubuh yang terjatuh
terdengar kencang terdengar tidak salah lagi pasti rasanya sakit (author mulai
ngibul). Noemi mulai mengusap – usap pinggangnya yang sakit. Rasanya seperti
ada yang patah pikirnya.
“Apa kau baik – baik saja ?”
“Ya”
Noemi langsung berdiri tetapi
sayang sekali kakinya gemetar dan terasa sakit.
“Kau sedang tidak baik – baik
saja” ucap Pierre yang akhirnya sosok itu dapat di ketahui
Noemi berdiri dan merapikan
sedikit penampilannya yang berantakan itu. Tak lama kemudian dia bersiap
melangkah pergi hanya saja kali ini Pierre mencoba berbicara dengannya.
“Begini… Noemi… Yang kemarin itu,
maaf… Aku tidak mengerti perasaanmu”
Noemi hanya terdiam mendengar
perkataan Pierre yang mendadak itu. Tak salah lagi kalau Pierre memang tidak
mengerti yang namanya rasa penderitaan orang. Karena ia selalu dalam kondisi
bahagia dan keberuntungan selalu menyertainya. Sungguh lelaki yang sangat
beruntung.
“Tidak usah di pikirkan”
Noemi melanjutkan langkahnya dan
terus menerus menjauhi Pierre.
Di sekolah waktu pelajaran
praktek di mulai pun Noemi menjauhi dirinya dari Pierre. Lalu di saat Noemi
pergi ke kantin pun, Pierre yang selalu memanggil namanya selalu di hindari.
Belum lagi pada saat berada di tempat umum sekolah, Pierre memanggil nama Noemi
dengan kencang sehingga membuat semua orang di sekeliling mereka menengok
seakan ada sesuatu yang di sembunyikan antara mereka berdua.
“Noemi ! Noemi !!”
Suara Pierre sangatlah mengganggu
jaringan telinga setiap orang. Bagaikan menggunakan speaker dan mic. Noemi sudah mulai di ambang batas,
dia mulai kesal dan marah akan perbuatan Pierre. Dia berpikir apakah ia harus
menggunakan vanish magic. Mungkin itu
adalah satu – satunya cara yang dapat ia lakukan.
“Vanish”
Begitulah, Noemi pun menjadi
tidak terlihat dan dia dapat bergerak bebas tanpa perlu khawatir di ikuti oleh
Pierre kemana pun ia pergi. Noemi memutuskan untuk menuju tempat istimewanya
yaitu, taman. Sesampainya dia hanya membaca novel yang selalu ia baca itu.
Novel kesayangannya yang selalu ia baca berulang – ulang itu sepertinya sangat
menarik karena mata Noemi begitu terpikat dengan novel itu. Di saat yang sama
Pierre mendadak berada di depan Noemi, hampir saja Noemi berteriak terkejut
karena sekarang ia menutupi mulutnya dengan kedua tangannya.
“Kemana perginya Noemi…” gumam
Pierre
Noemi menatapnya dari tempat
duduk, tetapi ketika itu Pierre ingin duduk di bangku taman sehingga membuat
Noemi bergeser duduk di sampingnya. Mungkin, Pierre tidak dapat melihat Noemi
padahal magic yang di gunakan sangat
mudah di cancel dengan orang lain.
Pierre walaupun populer ternyata memiliki kelemahan di luar dugaan, padahal ia
bisa saja meminta bantuan temannya jika dia tidak bisa melakukan magic atau mungkin dia bisa membuat para
guru mengajarinya secara privat. Tetapi, sepertinya ia bukan tipe orang yang
ingin menyusahkan orang lain.
“Padahal aku ingin berteman
dengannya”
Pierre berkata seperti itu sambil
menatap ke arah langit berharap agar secepatnya ia dapat bertemu dengan Noemi.
Anehnya lagi Noemi tepat berada di sampingnya tetapi sampai matahari tertutup
awan pun ia tidak tau.
“Aku ingin minta maaf padanya,
aku hanya tidak mengerti apa yang dia rasakan sampai ia marah seperti itu. Aku
hanya ingin mengenalnya lebih dekat”
Noemi hanya diam dari awal Pierre
berbicara. Dia tidak bisa melihat Noemi dan Noemi telah mendengarkan kata –
katanya, bukankah itu tidak adil ? Tak lama kemudian vanish magic yang di gunakan Noemi kian memudar.
“Kau tidak salah”
Pepatah kata itu keluar dari
mulut Noemi, Pierre pun langsung memalingkan wajahnya tepat ke arah samping.
Awalnya Pierre tidak mengira bahwa apa yang dia liat itu adalah sebuah
imajinasi tetapi
“UWAH !” Pierre terkejut dengan
hebat
Ia pun mencubit kedua pipinya
berharap kalau ini bukan imajinasi yang ia lihat. Ternyata benar, ini bukan
imajinasi tetapi kenyataan. Noemi duduk di sampingnya sekarang dan dia tidak
menjauh dari Pierre, hanya saja Noemi terlihat kaku dan gugup. Yang di pikirkan
Noemi adalah kata – kata yang di keluarkan oleh Pierre. Sekarang kondisi mereka
berada dalam kegugupan.
“A-apakah kau mendengar semua
perkataanku ?” Pierre bertanya
Noemi pun menganggukan kepalanya
pertanda kalau dia memang mendengarnya. Wajah Pierre benar – benar malu
sekarang karena mengetahui bahwa omongan memalukannya telah di dengar oleh
orang yang bersangkutan.
“Hm…” Pierre menggaruk belakang
kepalanya
“Aku tidak membencimu, aku hanya
iri padamu. Kau sangat berlawanan denganku.. Maksudku adalah kau selalu di
kelilingi banyak orang bahkan orang yang tidak mengenalimu sekali pun. Kau
seperti memiliki sebuah ikatan yang memikat setiap orang”
Pierre menatap Noemi kagum, ia
merasa takjub di puji oleh seseorang yang di panggil jenius. Rasanya seperti
baru saja ia memasuki wilayah yang tidak ia kenali. Karena baginya, posisinya
hanyalah sebagai murid yang tidak bisa melakukan magic.
“Terima kasih, aku sangat senang
mendapatkan pujian darimu” Pierre tersenyum “Hey, Noemi. Apakah kau bisa
mengajariku magic ? Kalau bisa… Dari
dasarnya ? Boleh ?” pintanya
“Ya” jawaban singkatnya kembali
“Benarkah ? Bagus !” Pierre
terlihat senang
Mereka berdua sekarang mulai
semakin dekat. Sedikit demi sedikit tetapi pasti mereka akan menjadi pasangan magician yang sangat hebat. Hanya saja
akan menjadi hari – hari yang sangat panjang untuk mewujudkannya. Tak ada
salahnya mencoba dari pada tidak sama sekali bukan ?
“…..salah !” suara tegas Noemi
terdengar
“Lagi ? Kenapa selalu salah ? Aku
sudah konsentrasi…” Pierre terlihat lelah
“Kosongkan pikiranmu” perintah
Noemi
Noemi yang selalu terlihat tenang
dan sedikit berbicara ternyata punya sisi yang tegas dan menyeramkan. Saat ini
Noemi sedang mengajarkan magic kepada
Pierre di mulai dari yang paling dasar. Bayangkan, hanya mencoba menyalakan api
pada lilin saja dia tidak bisa. Anak yang berumur 10 tahun saja bisa
melakukannya. Noemi ragu kalau Pierre ini sebenarnya memang bukan keturunan magician melainkan hanya seorang yang
bodoh dan kerjanya cuman bisa memikat orang saja.
“Haaah…Haaah…..Ku mohon.. Aku
butuh istirahat” dada Pierre mulai naik turun
“Baik”
Hanya mengucapkan kata itu sudah
membuat Pierre lega, akhirnya dia bisa beristirahat setelah 2 jam berlatih
konsentrasi terus. Sebenarnya Noemi sudah tau kelemahan Pierre bahwa magic yang berhubungan dengan pemikiran
maupun yang berhubungan dengan konsentrasi merupakan kelemahan Pierre. Itulah
mengapa Noemi mengajarkannya magic
berupa sesuatu yang ada kaitannya dengan otak.
“Noemi, jangan bilang kalau kau
sengaja menyuruhku belajar mind magic
?”
“Ternyata kau pintar juga dapat
mengetahuinya”
“Sudah ku duga” ucap Pierre
melakukan sweatdrop
Mereka beristirahat cukup lama,
Noemi sedang memikirkan sesuatu membuat Pierre menjadi bingung dan tidak tau
ingin berbicara apa. Noemi yang tampak selalu tenang sekarang malah terlihat
seperti seorang yang serius menghadapi masalah yang sangat besar. Pierre
menatapnya mungkin ini hanya perasaannya saja tapi, rasanya ada yang tidak
beres.
“Hey, Noemi. Dari tadi kau
menatap ke bawah sambil memikirkan sesuatu. Kalau boleh-“
“Tidak boleh”
“Tunggu ! Aku belum juga selesai
bicara” Pierre menarik nafas pendek “Kau sedang ada masalah bukan ?”
“Itu tidak ada hubungannya
denganmu kan ?”
“Ugh, memang benar … Tapi, aku
kepikiran”
“Kau benar – benar ingin tau ?”
Noemi bertanya
“Ya !!” Pierre menjawabnya dengan
semangat
“Kalau kau ingin tau….. Kau harus
menguasai mind magic terlebih dahulu”
JLEB
Seperti itulah, Pierre
melanjutkan latihannya bersama dengan Noemi. Hanya saja latihan kali ini tidak
berjalan lancer. Mungkin karena Noemi tidak fokus mengajari Pierre. Noemi yang
sekarang bukanlah Noemi yang berjiwa tenang.
“Noe ! Noe !” Stella memanggil
“…ada apa ?”
“Hueee hueee… Noe… Walter benar –
benar cowok menyebalkan ! Lihat rambutku ! Lihat !” Stella menyentuh helai
rambutnya yang terpotong jauh lebih pendek dari yang lain
“Ku pikir itu cocok dengan gayamu
yang baru, haha !”
Tiba – tiba terdengar suara anak
laki – laki yang tidak asing. Dialah Walter, cowok yang baru saja di omongi
oleh Stella. Tangan kanannya sedang mengayunkan gunting berwarna merah dan
tangan kirinya membawa sebuah kaca kecil. Seringainya pun bermunculan Stella
merasa takut dan mengumpat di balik tubuh Noemi.
“Walter dasar cowok idiot ! Kau tau kan kalau rambut
perempuan itu seperti harta bagi mereka ? Lalu kenapa kau melakukan hal ini
padaku ?!!” Stella tampak kesal
“Tentu saja aku tau. Itulah
kenapa aku memanfaatkan kesempatan ini untuk mengetahui kelemahanmu. Bukankah
dengan begini kita bisa menghabiskan waktu ber-sa-ma lebih lama ?”
Suara Walter terdengar menjijikan
untuk Stella. Noemi yang sejak tadi berdiri di depan Stella malah berjalan
pergi meninggalkan mereka berdua. Yah, Noemi memang tipe orang yang seperti
itu. Dia selalu tidak ingin ikut campur dengan urusan orang lain.
“N-Noe ! Sekali ini saja tolong
aku !” Stella merengek menarik – narik tangan Noemi
“Haaah…. Mau bagaimana lagi…”
Noemi mengeluarkan magic nya
Tak lama kemudian rambut Stella
kembali normal. Mungkin magic yang
Noemi gunakan adalah return magic. Magic yang dapat mengembalikan sesuatu
seperti semula. Itulah Noemi, murid jenius top nomor satu di Sorcery High School.
“Thanks Noemi~~” Stella terlihat senang kembali
“Cih, kenapa kau malah
membantunya ? Jadi tidak seru” Walter memutuskan untuk meninggalkan mereka
berdua.
“Apa sih maunya ? Sudah mengerjai
orang bukannya minta maaf, weeekk !” Stella menjulurkan lidah “Sekali lagi
terima- Eh ? Noe ?”
Tanpa sadar Noemi tidak ada di
dekat Stella. Noemi sudah pergi sejak Walter berbicara. Kasihan sekali Stella
dia merasa seperti berbicara sendirian di taman belakang sekolah itu. Tak lama
kemudian Stella pergi dari taman itu. Oh ! Ternyata Noemi masih ada di taman
itu, hanya saja ia menggunakan vanish
magic. Sihir itu membuatnya tidak terlihat oleh orang lain, ingat ?
Seperti biasa Noemi duduk di
bangku taman sambil membaca novel yang ia sukai itu. Ia melepaskan vanish magic nya, karena tidak ada
siapapun di sana. Membuat Noemi bisa menenangkan diri walaupun tadi sempat di
ganggu kedua orang bodoh, baginya. Hari ini dia terasa tidak bersemangat untuk
membaca novelnya, ia merasa sangat bosan. Pandangan matanya pun menuju tepat ke
arah langit yang biru dengan banyak gumpalan awan di sana. Mataharinya tertutup
awan sehingga terasa jauh lebih sejuk. Noemi menutup matanya perlahan, di saat
itu juga.
“NOEMI !”
Suara yang kencang itu mampu
membuat Noemi terkejut dan tubuhnya terdorong ke belakang membuatnya terjatuh
bersama dengan bangku taman itu. BRUK. Bunyinya lumayan keras. Noemi berusaha
untuk bangkit tetapi belakang kepalanya terasa sakit, membuatnya susah untuk
berdiri. Kejadian ini sudah dua kali terjadi pada Noemi, Noemi yang malang.
“Noemi ! Apa kau baik – baik saja
?” Pierre membantu Noemi untuk berdiri
“Ya”
“K-kau tidak baik – baik saja !
Uwah ! Jidatmu berdarah !”
“Kalau kau tau aku sedang tidak
baik – baik saja buat apa bertanya ?”
“A-ha-ha.. Dingin seperti biasa…”
Setelah Pierre membantu Noemi
berdiri ia membawanya menuju ruang UKS. Sayangnya tidak ada guru di sana, semua
guru di sekolah ini memang selalu saja sibuk walaupun ada beberapa yang berpura
– pura mencari kesibukan. Sekolah terkenal tetapi gurunya ternyata seperti itu
memalukan sekali membuat reputasi sekolah jatuh.
“Noemi duduk di sini biar ku
bersihkan dulu lukamu”
“Ya”
“Dimana antiseptiknya ya… Ah !
Ini dia ! Baik, Noemi tahan sakitnya ya”
“Ya”
“J-jangan nangis ya ini tidak
terasa sakit”
“Ya”
“Tidak perih kan ? Kau tidak apa
– apa kan “
“…..”
“Ugh, pasti rasanya sakit”
“…..”
“Noemi ?”
“Cepatlah !!”
“I-iya…”
Selesai Pierre menutup luka di
jidat Noemi dengan bandage entah
mengapa Pierre merasa lega. Padahal hanya goresan kecil dan darahnya tidak
keluar banyak, tetapi Pierre kelihatan khawatir sekali dengan Noemi. Ada apa
sebenarnya ?
“Pierre”
“…..” wajah Pierre tampak
berkilauan pertama kali ini dia mendengar Noemi memanggil namanya, langkah yang
sangat pesat
“………..aku pergi”
“T-tunggu !!” Pierre manarik
tangan Noemi yang baru saja melangkah sedikit jauh dari tempatnya duduk dari
kasur.
Karena kekuatan fisik Pierre jauh
lebih besar dari Noemi, tubuh Noemi pun ke tarik sehingga mendorong Pierre
terjatuh di atas kasur. Noemi meniban tubuh Pierre dan Pierre pun merasa sakit
karena terdorong tiba – tiba. Ketika Noemi mencoba bangkit, wajahnya terasa
sangat dekat sekali dengan Pierre. 1 … 2… 3… 4…
“KYAAA !!” Noemi berteriak,
mendorong dan memukul Pierre
“WHOAAA !!” Pierre pun terkejut
dan hanya bisa merasa kesakitan dua kali
“PIERRE IDIOT !!!!!!”
Noemi melarikan diri dari ruang
UKS, nampaknya Noemi benar – benar terkejut sekali atas apa yang terjadi
barusan. Pierre yang masih berada dalam UKS hanya bisa melihat bintang –
bintang di atas kepala. (haha, dasar Pierre, author muncul)
Noemi tampak terlihat lelah habis
berlari, dia juga telah melukai jidatnya sehingga membuat dia sedikit pusing
jika banyak berlari. Kondisinya sangat tidak baik untuk sekarang. Dia pun
melangkah kembali menuju tempat favorite nya. Dia benar – benar tidak tau harus
kemana lagi. Jika ia bertemu dengan teman dekatnya Stella, pasti gadis itu akan
histeris dan panic menanyai siapakah yang membuat Noemi terluka. Setidaknya
untuk sekarang Noemi ingin, ingin sekali merasa sangat amat damai dan tak ada
yang mengganggunya. Seperti biasa ia duduk kembali di bangku taman tetapi,
Pierre datang kembali.
“…..”
“Noemi, maaf. Sungguh maaf !”
Pierre meminta maaf sambil menundukan kepala
“……….”
“Aku yang salah karena menarikmu
seperti itu”
“!!” Noemi pun bangkit dari
tempat ia duduk dan meninggalkan Pierre
“Noemi…”
“Hahaha… Jadi begitu ceritanya.
Kau kurang jantan, Pierre !” tawa Walter
“Bukannya kau membantuku untuk
menyelesaikan masalah itu, kau malah tertawa”
“Haha..Habis nya..pffftt…
Hahahaha” Walter tertawa ria
“Sudahlah kau bisa tertawa
sepuasnya” Pierre pun berjalan meninggalkan Walter
Padahal Pierre berharap agar
teman dekatnya itu mau membantunya untuk menyelesaikan masalah di antara Noemi
dengannya. Tetapi, sepertinya dia salah. Temannya itu sama sekali tak ada
niatan untuk membantu maupun memberi nasihat. Malah tawa nya yang ia pamerkan.
Sungguh kasihan sekali nasibmu Pierre.
Di tengah perjalanan nya menuju
entah itu kemana, Pierre melihat Noemi sedang berbicara dengan salah satu guru
di sekolah. Dari ekspresi wajah dan gerak – gerik nampaknya pembicaraan itu
serius sekali. Pierre pun mencoba berjalan mendekat dan bersembunyi di balik
tembok.
“….kau mengerti ? Waktumu tinggal
sedikit lagi. Benda itu akan datang sebentar lagi dan akan menghancurkan pulau
ini”
“Ya, saya mengerti”
Mata Pierre terbuka lebar
‘menghancurkan pulau’ ? ‘Benda itu’ ? Apa yang sebenarnya mereka bicarakan ?
Hal itu membuat pikiran Pierre bertanya – tanya. Apakah Noemi memiliki suatu
rencana rahasia ? Apa yang akan di lakukan Noemi ?
Tak lama kemudian Teacher melangkah pergi setelah
berbincang tadi dengan Noemi. Pierre masih melihat Noemi yang berdiri sambil
mengepalkan tangan, gemetar. Mencoba untuk mendekati Noemi ternyata di luar
dugaan.
“Aku tau kau bersembunyi di sana”
suara Noemi terdengar begitu ia membalikkan badannya
“Aha..haha… Sepertinya aku memang
tidak jago dalam permainan petak umpet” Pierre mencoba bersikap tenang
“Apa kau mendengarnya ?”
“Berbohong juga sepertinya
percuma… Ya… Aku mendengarnya. Apa yang terjadi ? Aku tidak mengerti sama
sekali”
“Aku punya waktu beberapa hari
lagi sebelum aku akan di korbankan”
“Dikorbankan ? Apa maksudmu ?”
“Ku mohon jangan bertanya.
Pierre, mari kita jalani kehidupan sebagai murid dari Sorcery High School.” Noemi mengulurkan tangan
“O-oh, aku mengerti”
Dari situlah awal dari hubungan
mereka menjadi seorang teman.
“Hey kau ! Dasar Walter ! Jangan
mengambil bekalku !!” lagi – lagi Stella bertengkar dengan Walter
“Haha ! Kerjar aku kalau bisa !”
“Tunggu kau dasar thief !!”
Mereka memang suka sekali
berkelahi. Sudah kebiasaan mereka berdua melakukannya. Memang agak unik sih
cara mereka berkelahi. Lihat saja, mereka main kejar – kejaran, mengeluarkan
kata – kata yang biasa orang katakana jika berkelahi dan juga mereka berdua
memang terlihat cocok.
Di samping itu, Noemi dan Pierre
sedang asik memakan bekal mereka. Tampaknya mereka jadi lebih tenang di banding
sebelumnya. Dulu, Noemi kalau di dekati Pierre pasti tidak mau dan merasa risih.
Karena sikap Noemi memang tidak suka di ganggu orang lain. Dia pasti selalu
menghindar melakukan komunikasi dengan orang. Tetapi, ternyata ia melakukan itu
agar dia tidak membangun kisah bersama teman ‘berharga’ nya. Karena waktu dia
hanya tinggal sedikit.
Noemi memakan bekal yang berisi
nasi, daging, sosis, dan brokoli. Di sisi lain Pierre hanya memakan roti yang
ia beli di kantin. Mereka berdua nampak tenang sekali dalam kegiatan makan
siangnya itu. Tetapi, Noemi memulai untuk melakukan pembicaraan.
“Pierre, terima kasih atas segala
yang kau lakukan. Padahal aku selalu menghindarimu. Ternyata kau masih sanggup
berteman denganku. Terima kasih” Noemi berkata terima kasih dua kali
“Apa maksudmu ? Aku justru sudah
lama sekali ingin berbicara denganmu. Nampaknya kau anak yang baik. Ternyata
dugaanku ini benar.” Pierre tersenyum
Dada Noemi terasa sesak. Sensasi
yang baru kali ini ia rasakan. Rasanya sakit tetapi di saat bersamaan rasanya
juga….terasa manis. Karena melihat Pierre tersenyum Noemi pun juga tersenyum.
Semua yang di lakukan Noemi selalu mengejutkan bagi Pierre dan sekarang dia terkejut
melihat gadis yang duduk tepat di depannya tersenyum. Pemandangan yang sangat
indah bagi cowok seperti Pierre. Mata emerald
Noemi tampak berkilauan. Warnanya bagus sekali sehingga dapat membuat Pierre
tercengang.
“Noemi, boleh aku bertanya ?”
“Ya ?”
“Pernahkan kau jatuh cinta pada
seseorang ?”
.
.
.
“A-apa maksud dari kalimatmu itu
?”
“Ah ! Maaf aku mengatakan hal
yang aneh !!” Pierre menunduk
“Benar juga ! Malam ini katanya
akan ada bintang yang banyak sekali di langit. Apa kau mau melihatnya ?” ajak
Pierre
“Bintang ? Hmm.. Kelihatannya
menarik. Baik aku ikut”
“Oke ! Kita sepakat ! Kalau
begitu diam – diam kau keluar dari asrama pukul 11 malam. Kau bisa ? Lalu kita
bertemu di gedung kebun sekolah. Kita bisa naik tangga dari dalam dan melihat
bintang dari atas bangunan itu”
“Baiklah”
Mereka berdua sepakat untuk
melihat bintang bersama – sama. Kelihatannya aka nada peristiwa yang menarik
terjadi. Walter dan Stella telah datang kembali, mereka berdua tampak kelelahan
bermain kejar – kejaran versi mereka itu. Di saat mereka kembali ternyata tetap
saja mereka berdua tidak bisa diam. Lalu, Noemi tampaknya dari tadi ia hanya
terdiam. Ia merasa senyam – senyum sendiri dan tidak sabar untuk acaranya nanti
malam bersama Pierre. Noemi mulai berpikiran dan mengimajinasikannya.
Kebahagiaan tampak terlihat jelas dari raut wajahnya. Berharap suatu hal
istimewa terjadi.
Di saat malam hari ternyata
suhunya lebih dingin dari biasanya. Wajar karena Noemi selalu tidur lebih cepat
di asramanya. Makanya itu ia selalu bangun pagi. Noemi melihat jam yang ada di
sakunya. Waktu menunjukkan pukul 10:52, ia datang lebih cepat sekitar setengah
jam yang lalu. Karena Noemi tidak sabar ingin melihat bintang yang di katakana
oleh Pierre. Di sisi lain Pierre malah kesulitan menyelinap keluar dari asrama
cowok. Penjagaan di sekolah mereka memang ketat sekali karena berisikan murid –
murid yang elit akan kepribadian masing – masing.
“Keh, cepat lah kau pergi.” Pierre bersembunyi di balik semak –
semak
Petugas itu nampaknya terlihat
kelelahan, mungkin dengan begini akan ada kesempatan untuk dapat melewatinya.
Pierre sudah bersiap – siap untuk berlari. Ia melempar batu ke semak – semak
yang ada di seberangnya.
“Siapa di sana ?” petugas itu pun
berlari mendekati semak – semak itu
“Bagus”
Pierre berlari setelah rencana
nya berhasil. Ia tidak menyangka akan semudah ini untuk menipu orang.
Setidaknya hal itu tidak perlu di pikirkan, sekarang ia hanya terfokus untuk
menemui Noemi yang pasti sudah menunggu lama di depan gedung kebun sekolah.
“Kenapa Pierre lama sekali..”
Noemi mulai bosan menunggu Pierre
“Maaf ! Aku telat !” Pierre
datang sambil berlari
“Aku menunggu selama 48 menit.
Kau kemana saja ?” Noemi terdengar kesal tapi wajahnya biasa saja
“Maaf, barusan aku menghindari
petugas yang berjaga malam – malam. Apa kau tidak menemui petugas sama sekali
?”
“Kalau itu, aku menggunakan Magic ku agar tak terlihat”
“Benar juga… Kita hidup di jaman
yang ada Magic nya”
Pierre berbicara seakan ia tidak
lahir di masa sekarang saja. Wajar saja karena nilai praktek Magic nya selalu ancur, nilai pelajaran
tidak begitu buruk dan nilai olah raganya selalu bagus. Tiap orang pasti
memiliki kelemahan dan kelebihannya tersendiri. Ya, itu benar.
“Ayo kita ke atas”
“Ya”
Mereka berdua pun berjalan naik
ke atas tangga. Di saat yang sama muncul lah langit malam yang di penuhi banyak
bintang. Warnanya terang berkelap – kelip dengan indahnya. Terasa seperti di
dunia galaksi yang di penuhi bintang nuansanya benar – benar cantik. Noemi
sampai terkesima ia mengulurkan tangannya seakan dapat meraih bintang itu.
Sayangnya bintang tak dapat di raih dengan mudah karena bintang berada di
tempat yang sangat jauh.
“Benar kan ? Bintangnya indah ?”
Pierre berucap
“Ya, sangat indah” Noemi
tersenyum tulus “Ku harap aku masih dapat melihatnya”
“Kalau begitu, ayo kita ke sini
lagi lain waktu !”
“………ya, kau benar”
Mereka berdua tertawa sambil
menikmati malam yang penuh akan bintang itu. Membicarakan berbagai macam hal
dan bercanda bersama. Seandainya waktu dapat berhenti mungkin Noemi akan senang
sekali. Di balik kesenangan itu sebenarnya Noemi merasa sedih karena dia akan
berpisah, sebentar lagi. Mereka berdua akan berpisah. Mengulang kalimat itu membuat
sesak Noemi. Noemi masih belum menceritakannya hal yang sebenarnya kepada
Pierre. Tapi, kekuatan Noemi sangat di perlukan untuk masa depan Pierre dan
masa depan bumi ini.
“Noemi kau menangis ?” Pierre
melihat Noemi mengeluarkan air mata
“Ya, aku menangis senang” Noemi
berbohong
“Noemi~ Kau di panggil Teacher di ruang guru” ucap teman
sekelas Noemi
Noemi melangkah keluar kelas.
Stella bertanya kenapa ia di panggil tetapi Noemi seakan berpura – pura tidak
mendengarnya. Stella merasa cemas kalau sahabatnya itu telah melakukan
kesalahan atau mungkin lebih buruk dari itu. Tetapi, Stella berpikir yang kita
bicarakan ini adalah Noemi.
Noemi berjalan di koridor,
wajahnya tampak serius dan ia memiliki rasa ketakutan. Ia takut dan gugup.
Mungkin akan di mulai hari ini atau mungkin besok atau mungkin besoknya lagi.
Tetapi, ia tidak takut memang dia sudah terinspirasi dan tak akan mundur. Hanya
ada satu yang membuatnya ragu. Tidak dapat bertemu dengan Walter, Stella
dan….Pierre.
“Pierre….” Gumam Noemi
“Ada apa Noemi ?” tiba – tiba
orang yang ia pikirkan muncul
“T-tidak ada… Bukan apa – apa”
Langkah Noemi semakin cepat
meninggalkan Pierre yang baru saja menghampiri Noemi. Noemi tidak tau ia jadi
merasa seperti itu. Mungkin kehidupan singkatnya ini telah di ubah oleh orang
itu. Noemi kau harus berjalan lurus ke depan dan jangan pernah lihat ke depan.
Kau sudah memutuskan apa yang terbaik untukmu. Begitulah pikiran Noemi yang ada
di benaknya.
Sesampainya di ruang guru Noemi
bertemu dengan Teacher yang waktu itu
berbicara padanya. Nampaknya ia sedang melakukan penelitian dengan komputernya.
Matanya serius mencari sesuatu dari ribuan kata yang berada dalam layar itu.
Ketikannya begitu sangat cepat seakan di kejar oleh waktu. Satu hal yang Noemi
tau, pasti Teacher itu sedang
memikirkan cara lain untuk membasmi benda itu. Tampaknya sampai sekarang masih
belum di temukan.
“Teacher” Noemi memanggil
“Oh, kau datang. Sebenarnya
begini, saya minta maaf ternyata memang itulah satu – satunya cara...” Teacher Nampak gugup
“Tidak apa – apa. Saya sudah
siap. Lalu berapa hari lagi sampai itu tiba ?”
“Besok”
Ke esokkan harinya langit tampak
cerah, burung riang bernyanyi, suara gemuruh para murid, dan satu lagi teman
berharga. Noemi tidak menyesal atas apa yang di setujuinya itu. Dadanya kian
berdetak kencang berharap semua akan baik – baik saja. Tetapi, nampaknya Noemi
terasa sesak seakan membuat jantungnya tak kian berhenti berdetak. Pierre salah
satu yang menjadi sahabat Noemi walaupun hanya dalam jangka waktu yang pendek.
Mereka mulai akrab hari ke hari. Stella dan Walter pun nampaknya sudah mulai
baikkan dan jarang berkelahi. Perubahan dalam jangka waktu pendek ini tak akan
pernah Noemi lupakan.
Ia masih berharap dapat bermain
terus menerus bersama sahabat – sahabatnya itu. Satu hal yang membuatnya
memilih jalan itu. Noemi hanya ingin semua bahagia sampai ajal menjemput
mereka. Mungkin God memang memberikan
sebuah takdir yang begitu sulit untuk Noemi lakukan. Hanya saja hal itu Cuma
dia yang bisa. Dia yang mampu.
“Noemi, dari pagi sampai siang
ini kau selalu melihat kea rah langit” Pierre berkata
“Ya” singkatnya
“Sssttt ! Noemi sedang rileks !”
Stella tiba – tiba datang
“Benarkah ? Tapi, bagiku ia tidak
seperti sedang rileks”
“Apa perlu ku ajarkan untuk
mengerti perasaan seorang wanita, Pierre ?” kali ini Walter berbicara
“Ahaha… Sebaiknya itu tidak
perlu” Pierre tertawa miris
Noemi tersenyum kecil tapi
nampaknya tidak ada yang memperhatikan. Mata Noemi terbuka lebar ketika ia
menatap ke langit. Benda itu muncul, gumamnya. Noemi pergi berlari meninggalkan
ketiga sahabatnya dan bergegas menuju ke suatu tempat. Pierre nampak
kebingungan dan tubuhnya otomatis mengejar Noemi. Sayangnya ia telah kehilangan
jejak gadis yang sedang tergesa – gesa itu.
Di belakang Stella dan Walter
menyusul. Menanyakan kepada Pierre ke mana perginya Noemi. Pierre menjawab bahwa
ia telah kehilangan jejaknya. Mereka bertiga akhirnya memutuskan untuk
berpencar mencari Noemi. Entah mengapa ada yang aneh dengan tingkah gadis itu.
Kemungkinan ada sesuatu hal yang terjadi yang tidak ia beritahukan pada
sahabatnya.
Pierre mencari Noemi di
perpustakaan, Stella mencari di taman dan kantin lalu Walter mencari di halaman
sekolah. Sudah setengah jam mencari tetapi gadis itu juga tidak bermunculan. Meninggalkan
berbagai pertanyaan yang ingin di tanyakan oleh sahabatnya.
“Hoi ! Lihat !” salah satu
seorang murid menunjuk kea rah langit.
Stella pun melihat ke atas dan
melihat sebuah meteor besar ah, bukan baginya mungkin itu hanya batu yang
kecil. Jika dapat terlihat dari jarak sejauh ini kemungkinan besar benda itu
sangatlah besar. Tanpa piker panjang Stella mencari Walter dan Pierre. Di saat
ia sedang berlari, ia melihat bayangan yang mirip dengan Noemi.
“Noe ?”
Bayangan itu pun menghilang. Stella
terlihat curiga tetapi ia harus mencari Walter dan Pierre sekarang.
Ketemu, Stella melihat Walter dan
Pierre sedang berada di koridor dekat ruang guru. Mereka berdua tampaknya sudah
mengetahuinya, karena mereka sedang melihat kea rah langit sekarang.
“Walter ! Pierre ! Ah… Akhirnya
aku menemukan kalian berdua. Tanpa ku beritahu sepertinya kalian sudah tau apa
yang terjadi.” Stella mengambil nafas pendek
“Begitulah” Pierre menjawab
singkat, serius
“Apa kau sudah menemukan Noemi ?”
tanya Walter
“Kalau itu-“
BOOOM
Suara keras terdengar seperti missil yang di tembakan.
“Apa itu ?” Stella terkejut
“Sepertinya… Itu berasal dari
bangunan laboratorium !” tegas Walter
Mereka bertiga berlari ke sana.
Tegang. Pierre merasa tegang karena perasaanya kini tidak menentu. Entah
mengapa ia merasa bahwa orang yang menembakan mssil tadi adalah Noemi. Tepat. Begitu Walter membukakan pintu
terlihat Noemi sedang duduk, ia terlihat lelah sekali. Dalam ruangan yang penuh
dengan kabel dan barang – barang yang tampak hebat itu. Mungkinkah, kalau gadis
itu menggunakan magic nya untuk
menembakan missil tadi ?
“Noe !” Stella berlari mendekati
Noemi
“Jangan mendekat !!” pertama
kalinya Noemi berteriak
“Kenapa ? Kenapa kau tidak
memperbolehkanku mendekat ? Aku khawatir padamu ! Bukan hanya aku tetapi Walter
bahkan Pierre pun juga !” Stella tampak kesal
“…..” Noemi tidak menjawab
Tangan Noemi di penuhi dengan
kabel aneh yang sepetinya menyerap energi tubuhnya. Wajahnya kewalahan, pucat.
Gadis itu seperti tersiksa seakan tidak bisa bernafas lagi. Sahabatnya tidak
mengerti bahkan tidak tau, terkecuali untuk Pierre lelaki yang pernah mendengar
pembicaraan teacher dengan Noemi.
Apakah mungkin ini yang di maksud ?
“Hey, Noemi. Apa yang kau lakukan
? Memangnya kau bertarung dengan demon atau
sejenisnya ?” Walter mencoba bercanda
“Demon itu tidak ada. Mereka hanyalah perasaan benci yang ada pada
manusia. Kalau adanya magic aku tidak
tau. Mungkin, dunia ini hanyalah fiktif” Noemi menjelaskan
“Lalu ? Kenapa kau di sini ?”
kini giliran Stella bertanya
“Tentu saja menghancurkan benda
yang kalian lihat” Noemi menjelaskan
“Maksudmu… Batu itu ?”
“Salah, itu bukan batu. Benda itu
tebuat dari metallic yang kuat.
Memang mirip dengan besi hanya saja 5x lebih kuat dari besi. Sayangnya bidikan
ku barusan sedikit meleset sehingga tidak membuat benda itu hancur”
“Lalu ? Bagaimana cara
menghancurkanya ?” Walter bertanya
“Tentu saja dengan menggunakan
seluruh magic yang ku punya” Noemi
terdengar tenang
“Tunggu !! Bukankah jika seperti
itu kau akan…” Pierre terdiam
“Ya, tentu saja mati” Noemi masih
berbicara tenang
“Bohong… Kau bohong kan ? Kau
bercanda kan ??” Stella syok
“…..” Noemi hanya bisa diam sejak
awal dia memang tidak melihat ke arah mereka bertiga
“Noemi, hentikan” Pierre akhirnya
berbicara
“…..” Noemi tidak mendengar dan
melanjutkan mengeluarkan seluruh magic
nya
“Noemi !!!” kali ini suara Pierre
memberat
Tubuh Noemi mengeluarkan sinar, magic, kekuatan magic nya ia keluarkan berwarna hijau ke emasan. Mirip dengan
matanya emerald sungguh kekuatan yang
hebat. Bukan saatnya untuk terpesona akan hal itu. Pierre harus menghentikan
Noemi bagaimana pun caranya.
“Noemi, ku mohon padamu.
Berhentilah, aku tidak ingin kau terluka, aku tidak ingin kau kenapa – kenapa,
aku tidak ingin kau menderita.” Pierre serasa ingin menangis
“…..” Noemi hanya bisa terdiam
Pierre tidak tahan, tetapi ia tau
kalau satu – satunya yang bisa melakukanya hanyalah Noemi. Hanya saja Pierre
ingin membantu gadis yang dapat membuatnya untuk memandang gadis itu saja.
Pierre berjalan mendekat kea rah Noemi. Noemi tidak tau dan secara tiba – tiba
perlahan Pierre menggenggam tangan kanan Noemi.
“Kalau begitu gunakan kekuatanku
juga”
“Eh ?”
“Lakukan. Aku tidak ingin kau
menderita sendirian” Pierre menggenggam erat
“……..baiklah. Thank you very much” Noemi berkata
begitu sambil gemetar
Mereka berdua mengerahkan seluruh
tenaganya. Stella dan Walter tak mampu berbuat apa – apa karena mereka takut
apa yang akan terjadi jika kekuatan mereka di serap oleh benda laboratorium yang
belum pernah mereka berdua lihat. Mungkin konsekuensinya besar atau mungkin
akan terjadi sesuatu dengan tubuh mereka.
Noemi dan Pierre tampak tidak
ragu. Mereka berdua memang pasangan yang cocok. Sayangnya mereka tidak tau,
lebih tepatnya mereka tidak mengerti. Berharap hal positif terjadi mereka
melanjutkan. Noemi sudah di ambang batas tetapi ia tidak takut karena ada seseorang
bersama dengannya. Ia sadar ia tidak sendirian dan terus melanjutkan. Missil pun mulai terisi.
“Haah… Haah… Baik Noemi, lakukan”
Pierre mulai sesak
BOOM
Tembakan kedua tepat sasaran
membuat metallic itu hancur.
Syukurlah tidak ada korban. Kekuatan mereka berdua ternyata cukup.
“Noemi ! Kita berhasil !” Pierre
tampak senang
Noemi terlihat tertidur wajahnya
tersenyum. Hanya saja kenapa ia tidak menjawab perkataan Pierre ?
“Noemi ? Hey, Noemi !” Pierre
menguncangkan tubuh Noemi tetapi gadis itu tidak terbangun juga
“Noe !” Stella mendekati Noemi
Stella pun melakukan check pada Noemi, jantungnya, jantungnya
tidak berdetak. Tidak ada pernapasan sama sekali. Mungkinkah dia … Mati ?
“Noe… Tidak mungkin…” Stella
tidak tahan ia mengeluarkan air mata
“Biar ku gunakan healing ku !” Walter mencoba
menyelamatkan Noemi
“Shit, kenapa tidak bisa ?!!” Walter mulai emosi
Di sisi lain, Pierre tak bisa
berkata apa – apa. Padahal ia sangat yakin tangan Noemi terasa hangat begitu ia
menggenggam tangan gadis itu. Kenapa bisa begini, gumamnya. Sekarang tangan
Noemi mulai terasa dingin membeku. Tidak ada tanda – tanda kehidupan sama
sekali. Padahal Pierre sudah mulai merasa dekat dengan gadis itu. Bagaimana ini
bisa terjadi padanya ?
Pierre terguncang, tidak hanya
dia sendiri Walter dan Stella pasti merasakan hal yang sama. Tetapi Pierre lah
yang merasa paling depresi di antara semuanya.
“Noemi, bukankah kau sudah
berjanji kita akan bersama ? Bukankah kita sudah berjanji akan melihat bintang
bersama ? Bukankah kau berkata jangan melakukan tindakan gegabah sendirian ?
Kenapa kau malah yang melanggar semua itu ? Aa arti dari perjanjian yang kita
buat ? Hey, Noemi. Bukalah matamu. Jangan bercanda. Aku tidak suka jika kau
bercanda seperti ini… Hey !! Noemi !!!” Pierre sangat syok jiwanya sedang tidak
seperti biasanya sekarang
“Hentikan Pierre !!! Apa kau mau
Noemi sedih melihatmu seperti ini ? Lihat ! Dia tersenyum ! Dia mati sambil
tersenyum ! Itu artinya dia senang, di akhir kehidupanya ini kau berada di
sisinya” Walter menahan Pierre yang sejak tadi mengguncang tubuh Noemi
“Kh….” Pierre terdiam, menangis
sambil memeluk Noemi
Mungkin kali ini Pierre sadar
bahwa ia menyukai gadis ini. Sayangnya ia baru saja menyukainya tetapi malah
berakhir dengan cepat. Kehidupan begitu kejam di matanya sekarang walaupun
sebenarnya ia sudah bersyukur karena dapat menikmatinya selama ini. Kenapa
Noemi tidak ? Kenapa ia justru mati lebih dulu darinya ?
Satu tahun, dua tahun telah
berlalu. Pierre yang awalnya tidak bisa melakukan magic dengan benar sekarang telah berubah menjadi lelaki yang
jenius. Menggantikan posisi Noemi sang wanita yang dulunya di panggil jenius di
sekolah itu. Tetapi bukan berarti sikap ramahnya menghilang justru ia semakin
ramah kepada semua orang dan membantu sebisa yang ia lakukan. Apa pun yang ia
lakukan apa pun yang ia pikirkan selalu, ia selalu mengingat kejadian saat –
saat bersama dengan gadis itu.
The Last Hope
sama dengan novel itu. Gadis yang ia sukai berakhir menyelamatkan ratusan jiwa
orang hanya dengan mengorbankan nyawanya. Tetapi Pierre tidak boleh merasa
kecewa karena ia selalu percaya bahwa yang di lakukan Noemi itu adalah untuk
kebaikan semua orang.
Stella sang gadis populer seperti
biasa kehdupannya selalu rumit dengan berbagai macam hal misalnya saja di kejar
oleh para anak lelaki. Sekarang ia tidak mengabaikan mereka tetapi ia berbicara
baik – baik pada mereka dan mulai bersikap baik. Bukan seperti Stella sang
gadis yang suka berbicara kasar.
Satu lagi Walter, ia tetap lah
dirinya yang suka usil, banyak berbicara. Tidak banyak perubahan yang ia
lakukan tetapi ia senang hanya dengan menjadi dirinya sendiri. Setidaknya ia
merubah penampilan sebagai murid normal kebanyakan.
“Tidakah kau tau Noemi. Kami merindukanmu. Walaupun kami tidak
memperlihatkanya pada orang – orang. Tetapi, Hanya saja aku ingin kau tau. Aku
tetap menyayangimu sebagai sahabatku dan orang yang ku cintai”
Author Note : Akhirnya finish juga. Gak tau deh nih cerita muncul karena apa. Aku bingung (>w<) Mungkin karena lagi ke pingin bikin yang fantasy jadinya begini. Endingnya juga pasti gak masuk akal yah (O.o) Karakter Pierre awalnya pengen jadi tipe cowok yang sedikit berbicara dan bertingkah cool tapi keliatanya yang seperti itu sudah mainstream jadinya aku balik deh ceweknya yang begitu. Romance juga kayaknya gak begitu berasa. Terlalu beralih ke drama kayaknya. Haha, maaf kan author yang satu ini. Thanks for reading.