Selasa, Juli 15, 2014

The Never Forgotten

The Never Forgotten

Tahun 2xxx, di mana semua orang dapat menggunakan sihir dan kekuatan spiritual lainnya. Walaupun begitu, jarang sekali adanya tindak kejahatan maupun pemberontakkan. Sebenarnya banyak sekali orang yang tidak percaya adanya sihir. Tetapi, apa yang mereka lihat sekarang adalah bukti nyata bahwa sihir itu memang benar – benar ada. Bukankah itu aneh ? Hal itu merupakan pertanyaan yang tidak asing lagi bagi orang – orang yang sudah sering mendengarkannya. Tetap saja hal tersebut tidak dapat di percayai lagi. Karena sekarang dan yang dulu itu berbeda.

Seorang gadis muda bernama Noemi Mathieu adalah salah satu murid jenius dan misterius. Ia pendiam, berbicara seadanya, dan juga sangat dingin. Berambut coklat gelap sepundak dan berkulit putih. Tubuhnya tidak begitu tinggi dan tidak begitu pendek. Di usia nya yang ke 16 tahun itu wajar saja kalau tinggi sekitar 160 cm merupakan angka ideal. Berat badannya tidak di ketahui. Matanya berwarna emerald, gelap di tengah malam dan berkilauan di siang hari. Pesonanya yang seperti itu mungkin merupakan kelebihannya, belum lagi ke jeniusan yang ia miliki.

Ada lagi sesosok lelaki bernama Pierre Chenart. Dia murid yang populer, ramah, dan hal positif lainnya selalu menyertainya. Umurnya berusia 17 tahun sekarang. Banyak sekali orang – orang yang bergantung padanya. Sosoknya merupakan seorang ketua yang memotivasi setiap orang. Rambutnya hitam gelap dan berkilau. Matanya berwarna skyblue. Tingginya sekitar 170 atau mungkin 172 cm. Tubuhnya juga termasuk kategori cowok yang agak macho tetapi orang lain tidak memperhatikannya karena ia terlihat masculine dan wajahnya manis. Tidak ada yang tidak mengenalinya, tetapi Noemi terkecuali.

Saat hari menjelang siang tepatnya di Sorcery High School, Noemi sedang berada di taman sekolah sambil melahap bekal makanan yang ia buat sendiri dari rumah. Sayangnya di saat ia sedang makan dengan damai seorang gadis berteriak memanggil namanya dengan kencang sehingga membuat semua orang yang ada di taman itu menoleh kaget.

“Noe ! Noe !! Noe !!!”

Gadis berparas mungil yang berteriak itu bernama Stella Trixi. Rambutnya berwarna cream. Matanya besar dan berwarna keperakan. Seperti yang di katakan sebelumnya tubuh mungil nya itu 155 cm memang agak pendek, atau bisa di katakan pendek di usianya yang sama dengan Noemi. Ia juga termasuk murid populer seperti Pierre bedanya Stella lebih galak dan menyeramkan.

“Noe ! Aku mencarimu kemana – mana tau ! Sekarang saatnya pelajaran praktek, di tambah lagi kita di gabungkan dengan kelasnya Pierre ! Mimpi buruk apakah aku ini sekarang ?! Kalau ada Pierre pasti ada dia !”

Stella berbicara sambil memasang wajah melas dan kakinya mulai menginjak – nginjak tanah berulang kali. Benar – benar sifat dan penampilannya berbeda sangat jauh.

“Ya, aku tau”

Noemi mulai berdiri dari tempatnya duduk dan mulai melangkah menuju kelas yang ia tuju. Selain itu, Stella yang sedang marah – marah ia tinggalkan sendirian tetapi akhirnya Stella menyusulnya dari belakang.

Di kelas praktek

BAMM

Suara ledakan yang keras terdengar begitu Noemi membuka pintu. Ternyata Pierre sang populer itu telah gagal membuat Fireball dan terbang menuju gelas kaca yang ada di atas meja. Sang guru pun mengomelinya hanya saja teman – temannya (atau mungkin fans nya) itu membantu Pierre yang sedang terkena omelan.

Teacher ! Kenapa Pierre di salahkan ? Wajarkan kalau dia tidak bisa ia masih dalam proses belajar”

Seorang lelaki yang sedang berbicara dengan Teacher bernama Walter Ulrich. Cowok sporty yang bergaya funky karena ia selalu mengenakan headphone di telinganya maupun melepasnya lalu di gantungkan di lehernya.Tingginya 175 cm berambut pirang pendek dengan bola mata berwarna hitam pekat. Terkenal dengan sebutan troublemaker wajarlah seperti halnya seorang badboy. Orang inilah yang paling di sebali oleh Stella.

“Walter, kau jangan selalu memanjakanya ! Kau lihat gelas kaca yang pecah itu ? Apa kau tau harganya berapa ?! 10.000 gold !”

Walter pun mengelurkan dompet yang berada di sakunya begitu di buka yang terlihat hanya uang sejumlah 1.000 gold. Wajahnya terlihat terkejut dan cengiran kuda pun ia simpulkan.

Teacher, bukankah 10.000 gold merupakan angka yang terlalu besar bagi seorang pelajar ?” Walter mencoba membujuk

Teacher memutarkan bola matanya petanda dia sudah lelah berurusan dengan Walter. Noemi yang sejak awal berdiri di pintu mulai berjalan menuju meja tempat gelas kaca itu pecah.

Return” ucapnya

Gelas yang awalnya pecah mulai kembali ke bentuk semula. Sang jenius Noemi dapat melakukannya dalam waktu 5 detik. Waktu yang sangat cepat.

“Whoa ! Memang hebat Noemi sang jenius ini sepertinya aku memang jatuh cinta padamu” Walter memulai godaan basinya

Noemi hanya memandang sinis ke arah Walter sehingga membuatnya merinding ketakutan. Tak lama kemudian Noemi pun berdiri di depan Pierre.

“Ulurkan kedua tanganmu” perintahnya

“Eh ? Oh ! Baik !” Pierre pun mengulurkan kedua tangannya

Fireball

Seketika Fireball berada di atas kedua tangan Pierre. Mata Pierre terpikat takjub karena baginya ini merupakan pertama kali ia dapat membuat fireball dengan sempurna.

Thanks” kata Pierre dengan mata yang berkilauan, silau

Noemi tidak berkata apa – apa hanya menatapnya lalu membalikkan badannya menuju boneka yang di gunakan untuk melatih kemampuan Magician. Dengan cepat ia mengayunkan tangannya dan boneka itu terbelah menjadi dua. Padahal tangannya tidak menyentuh boneka itu. Windslash, ternyata ia menggunakan Magic itu.

Walter berpikir bahwa Noemi sangat membenci Pierre karena ketika Pierre mengucapkan terima kasih padanya Noemi langsung membelah boneka itu tanpa berkata apa – apa. Di lain sisi mata Pierre tetap saja berkilauan melihat aksi Noemi, ia tidak takut melainkan kagum dan menganggap bahwa Noemi merupakan sumber inspirasinya. Pemikiran mereka berdua sangat berbeda jauh.

“Noe, aku juga mau berlatih denganmu !” Stella pun berjalan mendekati Noemi

“Aku juga ! Aku juga !” Pierre mulai ikut – ikutan

Karena Pierre ikutan semua murid yang berada di ruangan pun mulai mengikutinya, hanya saja mereka hanya terpikat pada Pierre dan sama sekali tidak memperhatikan Noemi maupun Stella. Entah Noemi kesal atau tidak ia berjalan keluar dari ruang kelas, Stella mengetahui akan hal itu tetapi ia ingin fokus belajar karena dibandingkan dengan Noemi nilai Stella lebih kecil darinya. Akhinya Stella memutuskan untuk meninggalkan Noemi sendiri. Dari kejauhan Pierre juga melihatnya tetapi, begitu ia ingin berjalan mendekati Noemi teman – temannya sudah mengelilinya dan kesempatan Pierre untuk berbicara dengan Noemi pun hilang.




Noemi seperti biasa sedang duduk di taman sekolah. Sebenarnya taman sekolah memang selalu sepi karena kantin di sekolahnya itu sudah jauh lebih luas sekarang. Jadinya jarang sekali ada orang yang mau capek – capek berjalan menuju taman selagi kantin memiliki tempat yang luas.

Float

Buku yang sedang ia baca terjatuh lalu mengambang karena magic yang ia gunakan. Buku itu berjudul “The Last Hope” menceritakan tentang seorang pria yang memiliki kemampuan untuk menyelamatkan dunia. Cerita yang dapat menggerakan hati Noemi.

The Last Hope ?”

Suara yang terdengar tidak asing itu menyebutkan judul buku yang sedang Noemi baca. Otomatis Noemi mengangkat wajahnya menuju asal suara itu. Ternyata Pierre yang ada di depan matanya sedang berdiri sambil membawa sekotak kue.

“Apa kau mau ?” tawar Pierre

Noemi terlihat terkejut ia pun menunduk ke bawah, bibirnya bergerak seperti orang yang sedang gugup hanya saja Pierre tidak yakin karena wajahnya sedang tertutupi rambut.

“Ini cake aku baru saja membelinya di kantin” jelas Pierre

GULP

Noemi mulai menggerakan kedua tangannya seperti sedang menimbang – nimbang sesuatu yang ada dalam pikirannya.

“Ini”

Pierre memberikan cake itu kepada Noemi. Dengan segan Noemi menerimanya lalu memakannya. Tiba – tiba

Delicious

Sebuah senyum mengambang dalam wajah Noemi, senyum yang belum pernah di lihat oleh siapa pun terkecuali untuk Pierre. Dia menjadi orang pertama yang melihat Noemi tersenyum, karena selama ini Noemi hanya memasang wajah pokerface nya.Sejujurnya Pierre pun terkejut melihat Noemi seperti ini, wajahnya agak memerah menyaksikan pemandangan langka ini.

Noemi memandang ke arah Pierre, Pierre pun menoleh ke belakang karena mungkin wajahnya seperti tomat sekarang. Tetapi, Noemi melanjutkan kegiatan makannya itu. Pierre pun duduk di sebelah Noemi hanya saja Noemi tiba – tiba berdiri dan berjalan 3 langkah menjauhi Pierre. Siapa sangka kalau Noemi ini sebenarnya adalah seorang gadis yang takut terhadap lelaki ?

“Ada apa, Noemi ?” Pierre hanya terbingung melihat tingkah laku mendadaknya

Noemi hanya terkaku diam, setelah ia melahap habis cake itu dia berjalan meninggalkan Pierre yang tengah dalam kebingungan.



“Pierre ! Kenapa wajahmu murung begitu ?” Walter bertanya

“Oh, tidak. Um, aku hanya berpikir apakah aku bisa pulang karena kabarnya setelah kita pulang sekolah akan turun hujan” Pierre berbohong yang ia pikirkan adalah kejadian waktu ia bersama dengan Noemi

“Benar juga, apa kau membawa payung ?”

“Sayangnya aku tidak membawanya”

“Haha, kalau begitu gunakan saja shield magic agar kau tidak basah”

“Benar juga, seandainya ada magic yang bisa menghentikan hujan… Sayang sekali kekuatan magic tidak bisa di gunakan untuk mengubah takdir yang di berikan God

“Ya, kau benar...”

DRASS

Air berjatuhan dari langit kian menderas dengan angin yang sedikit kencang. Hujan turun sesuai dengan perkataan Pierre tetapi, Pierre memang tau kalau hari ini akan hujan karena dia selalu menonton siaran cuaca di pagi hari sebelum ia berangkat sekolah. Bodohnya dia adalah tidak membawa payung walaupun sudah tau kalau akan turun hujan. Sekarang ia sendirian di depan pintu utama sekolah, teman – temannya sudah pulang karena mereka membawa payung atau sebagian dari mereka bisa menggunakan shield magic sehingga mereka tidak kebasahan.

TAP TAP

Suara langkah kaki terdengar di belakang Pierre. Ia merinding karena di belakang tempat ia berdiri itu lumayan gelap. Belum lagi ruang guru sangat jauh dari pintu utama sekolah. Munculah sesosok gadis dengan wajah yang tertutup poni.

“HIIIIIII !!!!!!” Pierre menjerit ketakutan sambil jongkok di bawah

“Apa yang kau lakukan ?” pertanyaan singkat dan dingin terdengar

Pierre pun menoleh “E-eh ? T-ternyata Noemi ya ? Syukurlah”

“Kenapa masih di sini ?”

“Aku tidak membawa payung di tambah lagi aku belum bisa menggunakan shield magic dengan sempurna oleh karena itu aku masih berada di sekolah”

“Oh”

“…..padahal aku menceritakan dengan lengkap kenapa ia hanya membalas dengan singkat” gumam Pierre sambil terlihat down

Barrier

Tiba – tiba sekeliling tubuh Pierre telah di lindungi oleh Barrier Magic yang di buat oleh Noemi. Begitupun dengan Noemi sendiri ternyata ia juga menggunakan magic untuk dirinya sendiri. Noemi pun melangkah keluar sekolah disusul dengan Pierre tetapi begitu Pierre berjalan di sampingnya reaksi yang sama di taman waktu itu terulang kembali. Noemi menjauhkan diri dari Pierre sebanyak 3 langkah.

“Begini Noemi, apa kau benar – benar membenciku sampai – sampai kau menjauh seperti itu ?” Tanya Pierre karena ia merasa tidak enak

“…tidak”

Noemi melanjutkan berjalan kembali tetapi kali ini langkah kakinya jauh lebih cepat dari sebelumnya. Pierre juga mengikuti nya tetapi karena ia jauh lebih tinggi tidak lama kemudian Pierre dapat menyusul Noemi.

“Tunggu !” Pierre menarik tangan Noemi

“J-jangan sentuh !” Noemi menebas pegangan tangan Pierre

“Noemi… Kau kenapa ? Segitunya kah kau membenciku ?”

“Ya, kau benar. Kau terlalu bersinar dengan terang layaknya mentari… Berbeda denganku !”

Anggap saja Pierre saat ini hanya terdiam dan tak tau ingin membalas perkataan Noemi seperti apa. Bunyi hujan masih saja menaungi telinga sampai Noemi memutuskan untuk meninggalkan Pierre. Noemi berlari sangat kencang sekali walaupun Pierre bisa mengejarnya saat ini ia tidak bisa melakukan apa – apa karena ia sendiri tidak tau harus berbuat apa setelah itu.




Seperti biasa Noemi sedang duduk di taman sekolah bedanya untuk saat ini ia di temani oleh temannya, Stella. Bagi Stella jarang sekali Noemi ingin memintanya untuk ikut bersamanya. Stella hanya berpikir pasti ada sesuatu yang terjadi padanya semenjak ia tidak berada di dekatnya.

“Hey, Noe. Tidakah kau merasa bosan di tempat seperti ini setiap hari ? Memang taman ini masih bisa di katakan indah. Tetapi, taman ini sepi sekali, kau tau ?”

“Ya dan aku suka” jawaban singkat

“Haahh… Kau itu memang aneh, Noe. Kalau begitu aku ke kantin dulu. Mau beli roti”

“Ya”

Stella meninggalkan Noemi yang sedang asik membaca novelnya itu. Noemi akhirnya sendirian, sedikit menghela nafas ia menggeletakan tubuhnya di bangku taman itu. Tangan kirinya menutupi kedua matanya. Sedangkan tangan yang satunya lagi memegang novel yang tadi ia baca. Pikirannya benar – benar kacau sudah lama sekali ia tidak merasa depresi seperti ini.

“…melelahkan”

“Apanya ?”

Suara mendadak yang tiba – tiba di dengar oleh Neomi mampu membuatnya terjatuh dari bangku taman yang sedang ia tiduri.

BRUK

Suara tubuh yang terjatuh terdengar kencang terdengar tidak salah lagi pasti rasanya sakit (author mulai ngibul). Noemi mulai mengusap – usap pinggangnya yang sakit. Rasanya seperti ada yang patah pikirnya.

“Apa kau baik – baik saja ?”

“Ya”

Noemi langsung berdiri tetapi sayang sekali kakinya gemetar dan terasa sakit.

“Kau sedang tidak baik – baik saja” ucap Pierre yang akhirnya sosok itu dapat di ketahui

Noemi berdiri dan merapikan sedikit penampilannya yang berantakan itu. Tak lama kemudian dia bersiap melangkah pergi hanya saja kali ini Pierre mencoba berbicara dengannya.

“Begini… Noemi… Yang kemarin itu, maaf… Aku tidak mengerti perasaanmu”

Noemi hanya terdiam mendengar perkataan Pierre yang mendadak itu. Tak salah lagi kalau Pierre memang tidak mengerti yang namanya rasa penderitaan orang. Karena ia selalu dalam kondisi bahagia dan keberuntungan selalu menyertainya. Sungguh lelaki yang sangat beruntung.

“Tidak usah di pikirkan”

Noemi melanjutkan langkahnya dan terus menerus menjauhi Pierre.

Di sekolah waktu pelajaran praktek di mulai pun Noemi menjauhi dirinya dari Pierre. Lalu di saat Noemi pergi ke kantin pun, Pierre yang selalu memanggil namanya selalu di hindari. Belum lagi pada saat berada di tempat umum sekolah, Pierre memanggil nama Noemi dengan kencang sehingga membuat semua orang di sekeliling mereka menengok seakan ada sesuatu yang di sembunyikan antara mereka berdua.

“Noemi ! Noemi !!”

Suara Pierre sangatlah mengganggu jaringan telinga setiap orang. Bagaikan menggunakan speaker dan  mic. Noemi sudah mulai di ambang batas, dia mulai kesal dan marah akan perbuatan Pierre. Dia berpikir apakah ia harus menggunakan vanish magic. Mungkin itu adalah satu – satunya cara yang dapat ia lakukan.

Vanish

Begitulah, Noemi pun menjadi tidak terlihat dan dia dapat bergerak bebas tanpa perlu khawatir di ikuti oleh Pierre kemana pun ia pergi. Noemi memutuskan untuk menuju tempat istimewanya yaitu, taman. Sesampainya dia hanya membaca novel yang selalu ia baca itu. Novel kesayangannya yang selalu ia baca berulang – ulang itu sepertinya sangat menarik karena mata Noemi begitu terpikat dengan novel itu. Di saat yang sama Pierre mendadak berada di depan Noemi, hampir saja Noemi berteriak terkejut karena sekarang ia menutupi mulutnya dengan kedua tangannya.

“Kemana perginya Noemi…” gumam Pierre

Noemi menatapnya dari tempat duduk, tetapi ketika itu Pierre ingin duduk di bangku taman sehingga membuat Noemi bergeser duduk di sampingnya. Mungkin, Pierre tidak dapat melihat Noemi padahal magic yang di gunakan sangat mudah di cancel dengan orang lain. Pierre walaupun populer ternyata memiliki kelemahan di luar dugaan, padahal ia bisa saja meminta bantuan temannya jika dia tidak bisa melakukan magic atau mungkin dia bisa membuat para guru mengajarinya secara privat. Tetapi, sepertinya ia bukan tipe orang yang ingin menyusahkan orang lain.

“Padahal aku ingin berteman dengannya”

Pierre berkata seperti itu sambil menatap ke arah langit berharap agar secepatnya ia dapat bertemu dengan Noemi. Anehnya lagi Noemi tepat berada di sampingnya tetapi sampai matahari tertutup awan pun ia tidak tau.

“Aku ingin minta maaf padanya, aku hanya tidak mengerti apa yang dia rasakan sampai ia marah seperti itu. Aku hanya ingin mengenalnya lebih dekat”

Noemi hanya diam dari awal Pierre berbicara. Dia tidak bisa melihat Noemi dan Noemi telah mendengarkan kata – katanya, bukankah itu tidak adil ? Tak lama kemudian vanish magic yang di gunakan Noemi kian memudar.

“Kau tidak salah”

Pepatah kata itu keluar dari mulut Noemi, Pierre pun langsung memalingkan wajahnya tepat ke arah samping. Awalnya Pierre tidak mengira bahwa apa yang dia liat itu adalah sebuah imajinasi tetapi

“UWAH !” Pierre terkejut dengan hebat

Ia pun mencubit kedua pipinya berharap kalau ini bukan imajinasi yang ia lihat. Ternyata benar, ini bukan imajinasi tetapi kenyataan. Noemi duduk di sampingnya sekarang dan dia tidak menjauh dari Pierre, hanya saja Noemi terlihat kaku dan gugup. Yang di pikirkan Noemi adalah kata – kata yang di keluarkan oleh Pierre. Sekarang kondisi mereka berada dalam kegugupan.

“A-apakah kau mendengar semua perkataanku ?” Pierre bertanya

Noemi pun menganggukan kepalanya pertanda kalau dia memang mendengarnya. Wajah Pierre benar – benar malu sekarang karena mengetahui bahwa omongan memalukannya telah di dengar oleh orang yang bersangkutan.

“Hm…” Pierre menggaruk belakang kepalanya

“Aku tidak membencimu, aku hanya iri padamu. Kau sangat berlawanan denganku.. Maksudku adalah kau selalu di kelilingi banyak orang bahkan orang yang tidak mengenalimu sekali pun. Kau seperti memiliki sebuah ikatan yang memikat setiap orang”

Pierre menatap Noemi kagum, ia merasa takjub di puji oleh seseorang yang di panggil jenius. Rasanya seperti baru saja ia memasuki wilayah yang tidak ia kenali. Karena baginya, posisinya hanyalah sebagai murid yang tidak bisa melakukan magic.

“Terima kasih, aku sangat senang mendapatkan pujian darimu” Pierre tersenyum “Hey, Noemi. Apakah kau bisa mengajariku magic ? Kalau bisa… Dari dasarnya ? Boleh ?” pintanya

“Ya” jawaban singkatnya kembali

“Benarkah ? Bagus !” Pierre terlihat senang

Mereka berdua sekarang mulai semakin dekat. Sedikit demi sedikit tetapi pasti mereka akan menjadi pasangan magician yang sangat hebat. Hanya saja akan menjadi hari – hari yang sangat panjang untuk mewujudkannya. Tak ada salahnya mencoba dari pada tidak sama sekali bukan ?




“…..salah !” suara tegas Noemi terdengar

“Lagi ? Kenapa selalu salah ? Aku sudah konsentrasi…” Pierre terlihat lelah

“Kosongkan pikiranmu” perintah Noemi

Noemi yang selalu terlihat tenang dan sedikit berbicara ternyata punya sisi yang tegas dan menyeramkan. Saat ini Noemi sedang mengajarkan magic kepada Pierre di mulai dari yang paling dasar. Bayangkan, hanya mencoba menyalakan api pada lilin saja dia tidak bisa. Anak yang berumur 10 tahun saja bisa melakukannya. Noemi ragu kalau Pierre ini sebenarnya memang bukan keturunan magician melainkan hanya seorang yang bodoh dan kerjanya cuman bisa memikat orang saja.

“Haaah…Haaah…..Ku mohon.. Aku butuh istirahat” dada Pierre mulai naik turun

“Baik”

Hanya mengucapkan kata itu sudah membuat Pierre lega, akhirnya dia bisa beristirahat setelah 2 jam berlatih konsentrasi terus. Sebenarnya Noemi sudah tau kelemahan Pierre bahwa magic yang berhubungan dengan pemikiran maupun yang berhubungan dengan konsentrasi merupakan kelemahan Pierre. Itulah mengapa Noemi mengajarkannya magic berupa sesuatu yang ada kaitannya dengan otak.

“Noemi, jangan bilang kalau kau sengaja menyuruhku belajar mind magic ?”

“Ternyata kau pintar juga dapat mengetahuinya”

“Sudah ku duga” ucap Pierre melakukan sweatdrop

Mereka beristirahat cukup lama, Noemi sedang memikirkan sesuatu membuat Pierre menjadi bingung dan tidak tau ingin berbicara apa. Noemi yang tampak selalu tenang sekarang malah terlihat seperti seorang yang serius menghadapi masalah yang sangat besar. Pierre menatapnya mungkin ini hanya perasaannya saja tapi, rasanya ada yang tidak beres.

“Hey, Noemi. Dari tadi kau menatap ke bawah sambil memikirkan sesuatu. Kalau boleh-“

“Tidak boleh”

“Tunggu ! Aku belum juga selesai bicara” Pierre menarik nafas pendek “Kau sedang ada masalah bukan ?”

“Itu tidak ada hubungannya denganmu kan ?”

“Ugh, memang benar … Tapi, aku kepikiran”

“Kau benar – benar ingin tau ?” Noemi bertanya

“Ya !!” Pierre menjawabnya dengan semangat

“Kalau kau ingin tau….. Kau harus menguasai mind magic terlebih dahulu”

JLEB

Seperti itulah, Pierre melanjutkan latihannya bersama dengan Noemi. Hanya saja latihan kali ini tidak berjalan lancer. Mungkin karena Noemi tidak fokus mengajari Pierre. Noemi yang sekarang bukanlah Noemi yang berjiwa tenang.




“Noe ! Noe !” Stella memanggil

“…ada apa ?”

“Hueee hueee… Noe… Walter benar – benar cowok menyebalkan ! Lihat rambutku ! Lihat !” Stella menyentuh helai rambutnya yang terpotong jauh lebih pendek dari yang lain

“Ku pikir itu cocok dengan gayamu yang baru, haha !”

Tiba – tiba terdengar suara anak laki – laki yang tidak asing. Dialah Walter, cowok yang baru saja di omongi oleh Stella. Tangan kanannya sedang mengayunkan gunting berwarna merah dan tangan kirinya membawa sebuah kaca kecil. Seringainya pun bermunculan Stella merasa takut dan mengumpat di balik tubuh Noemi.

“Walter dasar cowok idiot ! Kau tau kan kalau rambut perempuan itu seperti harta bagi mereka ? Lalu kenapa kau melakukan hal ini padaku ?!!” Stella tampak kesal

“Tentu saja aku tau. Itulah kenapa aku memanfaatkan kesempatan ini untuk mengetahui kelemahanmu. Bukankah dengan begini kita bisa menghabiskan waktu ber-sa-ma lebih lama ?”

Suara Walter terdengar menjijikan untuk Stella. Noemi yang sejak tadi berdiri di depan Stella malah berjalan pergi meninggalkan mereka berdua. Yah, Noemi memang tipe orang yang seperti itu. Dia selalu tidak ingin ikut campur dengan urusan orang lain.

“N-Noe ! Sekali ini saja tolong aku !” Stella merengek menarik – narik tangan Noemi

“Haaah…. Mau bagaimana lagi…” Noemi mengeluarkan magic nya

Tak lama kemudian rambut Stella kembali normal. Mungkin magic yang Noemi gunakan adalah return magic. Magic yang dapat mengembalikan sesuatu seperti semula. Itulah Noemi, murid jenius top nomor satu di Sorcery High School.

Thanks Noemi~~” Stella terlihat senang kembali

“Cih, kenapa kau malah membantunya ? Jadi tidak seru” Walter memutuskan untuk meninggalkan mereka berdua.

“Apa sih maunya ? Sudah mengerjai orang bukannya minta maaf, weeekk !” Stella menjulurkan lidah “Sekali lagi terima- Eh ? Noe ?”

Tanpa sadar Noemi tidak ada di dekat Stella. Noemi sudah pergi sejak Walter berbicara. Kasihan sekali Stella dia merasa seperti berbicara sendirian di taman belakang sekolah itu. Tak lama kemudian Stella pergi dari taman itu. Oh ! Ternyata Noemi masih ada di taman itu, hanya saja ia menggunakan vanish magic. Sihir itu membuatnya tidak terlihat oleh orang lain, ingat ?

Seperti biasa Noemi duduk di bangku taman sambil membaca novel yang ia sukai itu. Ia melepaskan vanish magic nya, karena tidak ada siapapun di sana. Membuat Noemi bisa menenangkan diri walaupun tadi sempat di ganggu kedua orang bodoh, baginya. Hari ini dia terasa tidak bersemangat untuk membaca novelnya, ia merasa sangat bosan. Pandangan matanya pun menuju tepat ke arah langit yang biru dengan banyak gumpalan awan di sana. Mataharinya tertutup awan sehingga terasa jauh lebih sejuk. Noemi menutup matanya perlahan, di saat itu juga.

“NOEMI !”

Suara yang kencang itu mampu membuat Noemi terkejut dan tubuhnya terdorong ke belakang membuatnya terjatuh bersama dengan bangku taman itu. BRUK. Bunyinya lumayan keras. Noemi berusaha untuk bangkit tetapi belakang kepalanya terasa sakit, membuatnya susah untuk berdiri. Kejadian ini sudah dua kali terjadi pada Noemi, Noemi yang malang.

“Noemi ! Apa kau baik – baik saja ?” Pierre membantu Noemi untuk berdiri

“Ya”

“K-kau tidak baik – baik saja ! Uwah ! Jidatmu berdarah !”

“Kalau kau tau aku sedang tidak baik – baik saja buat apa bertanya ?”

“A-ha-ha.. Dingin seperti biasa…”

Setelah Pierre membantu Noemi berdiri ia membawanya menuju ruang UKS. Sayangnya tidak ada guru di sana, semua guru di sekolah ini memang selalu saja sibuk walaupun ada beberapa yang berpura – pura mencari kesibukan. Sekolah terkenal tetapi gurunya ternyata seperti itu memalukan sekali membuat reputasi sekolah jatuh.

“Noemi duduk di sini biar ku bersihkan dulu lukamu”

“Ya”

“Dimana antiseptiknya ya… Ah ! Ini dia ! Baik, Noemi tahan sakitnya ya”

“Ya”

“J-jangan nangis ya ini tidak terasa sakit”

“Ya”

“Tidak perih kan ? Kau tidak apa – apa kan “

“…..”

“Ugh, pasti rasanya sakit”

“…..”

“Noemi ?”

“Cepatlah !!”

“I-iya…”

Selesai Pierre menutup luka di jidat Noemi dengan bandage entah mengapa Pierre merasa lega. Padahal hanya goresan kecil dan darahnya tidak keluar banyak, tetapi Pierre kelihatan khawatir sekali dengan Noemi. Ada apa sebenarnya ?

“Pierre”

“…..” wajah Pierre tampak berkilauan pertama kali ini dia mendengar Noemi memanggil namanya, langkah yang sangat pesat

“………..aku pergi”

“T-tunggu !!” Pierre manarik tangan Noemi yang baru saja melangkah sedikit jauh dari tempatnya duduk dari kasur.

Karena kekuatan fisik Pierre jauh lebih besar dari Noemi, tubuh Noemi pun ke tarik sehingga mendorong Pierre terjatuh di atas kasur. Noemi meniban tubuh Pierre dan Pierre pun merasa sakit karena terdorong tiba – tiba. Ketika Noemi mencoba bangkit, wajahnya terasa sangat dekat sekali dengan Pierre. 1 … 2… 3… 4…

“KYAAA !!” Noemi berteriak, mendorong dan memukul Pierre

“WHOAAA !!” Pierre pun terkejut dan hanya bisa merasa kesakitan dua kali

“PIERRE IDIOT !!!!!!”

Noemi melarikan diri dari ruang UKS, nampaknya Noemi benar – benar terkejut sekali atas apa yang terjadi barusan. Pierre yang masih berada dalam UKS hanya bisa melihat bintang – bintang di atas kepala. (haha, dasar Pierre, author muncul)

Noemi tampak terlihat lelah habis berlari, dia juga telah melukai jidatnya sehingga membuat dia sedikit pusing jika banyak berlari. Kondisinya sangat tidak baik untuk sekarang. Dia pun melangkah kembali menuju tempat favorite nya. Dia benar – benar tidak tau harus kemana lagi. Jika ia bertemu dengan teman dekatnya Stella, pasti gadis itu akan histeris dan panic menanyai siapakah yang membuat Noemi terluka. Setidaknya untuk sekarang Noemi ingin, ingin sekali merasa sangat amat damai dan tak ada yang mengganggunya. Seperti biasa ia duduk kembali di bangku taman tetapi, Pierre datang kembali.

“…..”

“Noemi, maaf. Sungguh maaf !” Pierre meminta maaf sambil menundukan kepala

“……….”

“Aku yang salah karena menarikmu seperti itu”

“!!” Noemi pun bangkit dari tempat ia duduk dan meninggalkan Pierre

“Noemi…”


“Hahaha… Jadi begitu ceritanya. Kau kurang jantan, Pierre !” tawa Walter

“Bukannya kau membantuku untuk menyelesaikan masalah itu, kau malah tertawa”

“Haha..Habis nya..pffftt… Hahahaha” Walter tertawa ria

“Sudahlah kau bisa tertawa sepuasnya” Pierre pun berjalan meninggalkan Walter

Padahal Pierre berharap agar teman dekatnya itu mau membantunya untuk menyelesaikan masalah di antara Noemi dengannya. Tetapi, sepertinya dia salah. Temannya itu sama sekali tak ada niatan untuk membantu maupun memberi nasihat. Malah tawa nya yang ia pamerkan. Sungguh kasihan sekali nasibmu Pierre.

Di tengah perjalanan nya menuju entah itu kemana, Pierre melihat Noemi sedang berbicara dengan salah satu guru di sekolah. Dari ekspresi wajah dan gerak – gerik nampaknya pembicaraan itu serius sekali. Pierre pun mencoba berjalan mendekat dan bersembunyi di balik tembok.

“….kau mengerti ? Waktumu tinggal sedikit lagi. Benda itu akan datang sebentar lagi dan akan menghancurkan pulau ini”

“Ya, saya mengerti”

Mata Pierre terbuka lebar ‘menghancurkan pulau’ ? ‘Benda itu’ ? Apa yang sebenarnya mereka bicarakan ? Hal itu membuat pikiran Pierre bertanya – tanya. Apakah Noemi memiliki suatu rencana rahasia ? Apa yang akan di lakukan Noemi ?

Tak lama kemudian Teacher melangkah pergi setelah berbincang tadi dengan Noemi. Pierre masih melihat Noemi yang berdiri sambil mengepalkan tangan, gemetar. Mencoba untuk mendekati Noemi ternyata di luar dugaan.

“Aku tau kau bersembunyi di sana” suara Noemi terdengar begitu ia membalikkan badannya

“Aha..haha… Sepertinya aku memang tidak jago dalam permainan petak umpet” Pierre mencoba bersikap tenang

“Apa kau mendengarnya ?”

“Berbohong juga sepertinya percuma… Ya… Aku mendengarnya. Apa yang terjadi ? Aku tidak mengerti sama sekali”

“Aku punya waktu beberapa hari lagi sebelum aku akan di korbankan”

“Dikorbankan ? Apa maksudmu ?”

“Ku mohon jangan bertanya. Pierre, mari kita jalani kehidupan sebagai murid dari Sorcery High School.” Noemi mengulurkan tangan

“O-oh, aku mengerti”

Dari situlah awal dari hubungan mereka menjadi seorang teman.


“Hey kau ! Dasar Walter ! Jangan mengambil bekalku !!” lagi – lagi Stella bertengkar dengan Walter

“Haha ! Kerjar aku kalau bisa !”

“Tunggu kau dasar thief !!”

Mereka memang suka sekali berkelahi. Sudah kebiasaan mereka berdua melakukannya. Memang agak unik sih cara mereka berkelahi. Lihat saja, mereka main kejar – kejaran, mengeluarkan kata – kata yang biasa orang katakana jika berkelahi dan juga mereka berdua memang terlihat cocok.

Di samping itu, Noemi dan Pierre sedang asik memakan bekal mereka. Tampaknya mereka jadi lebih tenang di banding sebelumnya. Dulu, Noemi kalau di dekati Pierre pasti tidak mau dan merasa risih. Karena sikap Noemi memang tidak suka di ganggu orang lain. Dia pasti selalu menghindar melakukan komunikasi dengan orang. Tetapi, ternyata ia melakukan itu agar dia tidak membangun kisah bersama teman ‘berharga’ nya. Karena waktu dia hanya tinggal sedikit.

Noemi memakan bekal yang berisi nasi, daging, sosis, dan brokoli. Di sisi lain Pierre hanya memakan roti yang ia beli di kantin. Mereka berdua nampak tenang sekali dalam kegiatan makan siangnya itu. Tetapi, Noemi memulai untuk melakukan pembicaraan.

“Pierre, terima kasih atas segala yang kau lakukan. Padahal aku selalu menghindarimu. Ternyata kau masih sanggup berteman denganku. Terima kasih” Noemi berkata terima kasih dua kali

“Apa maksudmu ? Aku justru sudah lama sekali ingin berbicara denganmu. Nampaknya kau anak yang baik. Ternyata dugaanku ini benar.” Pierre tersenyum

Dada Noemi terasa sesak. Sensasi yang baru kali ini ia rasakan. Rasanya sakit tetapi di saat bersamaan rasanya juga….terasa manis. Karena melihat Pierre tersenyum Noemi pun juga tersenyum. Semua yang di lakukan Noemi selalu mengejutkan bagi Pierre dan sekarang dia terkejut melihat gadis yang duduk tepat di depannya tersenyum. Pemandangan yang sangat indah bagi cowok seperti Pierre. Mata emerald Noemi tampak berkilauan. Warnanya bagus sekali sehingga dapat membuat Pierre tercengang.

“Noemi, boleh aku bertanya ?”

“Ya ?”

“Pernahkan kau jatuh cinta pada seseorang ?”

.
.
.

“A-apa maksud dari kalimatmu itu ?”

“Ah ! Maaf aku mengatakan hal yang aneh !!” Pierre menunduk

“Benar juga ! Malam ini katanya akan ada bintang yang banyak sekali di langit. Apa kau mau melihatnya ?” ajak Pierre

“Bintang ? Hmm.. Kelihatannya menarik. Baik aku ikut”

“Oke ! Kita sepakat ! Kalau begitu diam – diam kau keluar dari asrama pukul 11 malam. Kau bisa ? Lalu kita bertemu di gedung kebun sekolah. Kita bisa naik tangga dari dalam dan melihat bintang dari atas bangunan itu”

“Baiklah”

Mereka berdua sepakat untuk melihat bintang bersama – sama. Kelihatannya aka nada peristiwa yang menarik terjadi. Walter dan Stella telah datang kembali, mereka berdua tampak kelelahan bermain kejar – kejaran versi mereka itu. Di saat mereka kembali ternyata tetap saja mereka berdua tidak bisa diam. Lalu, Noemi tampaknya dari tadi ia hanya terdiam. Ia merasa senyam – senyum sendiri dan tidak sabar untuk acaranya nanti malam bersama Pierre. Noemi mulai berpikiran dan mengimajinasikannya. Kebahagiaan tampak terlihat jelas dari raut wajahnya. Berharap suatu hal istimewa terjadi.


Di saat malam hari ternyata suhunya lebih dingin dari biasanya. Wajar karena Noemi selalu tidur lebih cepat di asramanya. Makanya itu ia selalu bangun pagi. Noemi melihat jam yang ada di sakunya. Waktu menunjukkan pukul 10:52, ia datang lebih cepat sekitar setengah jam yang lalu. Karena Noemi tidak sabar ingin melihat bintang yang di katakana oleh Pierre. Di sisi lain Pierre malah kesulitan menyelinap keluar dari asrama cowok. Penjagaan di sekolah mereka memang ketat sekali karena berisikan murid – murid yang elit akan kepribadian masing – masing.

Keh, cepat lah kau pergi.” Pierre bersembunyi di balik semak – semak

Petugas itu nampaknya terlihat kelelahan, mungkin dengan begini akan ada kesempatan untuk dapat melewatinya. Pierre sudah bersiap – siap untuk berlari. Ia melempar batu ke semak – semak yang ada di seberangnya.

“Siapa di sana ?” petugas itu pun berlari mendekati semak – semak itu

“Bagus”

Pierre berlari setelah rencana nya berhasil. Ia tidak menyangka akan semudah ini untuk menipu orang. Setidaknya hal itu tidak perlu di pikirkan, sekarang ia hanya terfokus untuk menemui Noemi yang pasti sudah menunggu lama di depan gedung kebun sekolah.

“Kenapa Pierre lama sekali..” Noemi mulai bosan menunggu Pierre

“Maaf ! Aku telat !” Pierre datang sambil berlari

“Aku menunggu selama 48 menit. Kau kemana saja ?” Noemi terdengar kesal tapi wajahnya biasa saja

“Maaf, barusan aku menghindari petugas yang berjaga malam – malam. Apa kau tidak menemui petugas sama sekali ?”

“Kalau itu, aku menggunakan Magic ku agar tak terlihat”

“Benar juga… Kita hidup di jaman yang ada Magic nya”

Pierre berbicara seakan ia tidak lahir di masa sekarang saja. Wajar saja karena nilai praktek Magic nya selalu ancur, nilai pelajaran tidak begitu buruk dan nilai olah raganya selalu bagus. Tiap orang pasti memiliki kelemahan dan kelebihannya tersendiri. Ya, itu benar.

“Ayo kita ke atas”

“Ya”

Mereka berdua pun berjalan naik ke atas tangga. Di saat yang sama muncul lah langit malam yang di penuhi banyak bintang. Warnanya terang berkelap – kelip dengan indahnya. Terasa seperti di dunia galaksi yang di penuhi bintang nuansanya benar – benar cantik. Noemi sampai terkesima ia mengulurkan tangannya seakan dapat meraih bintang itu. Sayangnya bintang tak dapat di raih dengan mudah karena bintang berada di tempat yang sangat jauh.

“Benar kan ? Bintangnya indah ?” Pierre berucap

“Ya, sangat indah” Noemi tersenyum tulus “Ku harap aku masih dapat melihatnya”

“Kalau begitu, ayo kita ke sini lagi lain waktu !”

“………ya, kau benar”

Mereka berdua tertawa sambil menikmati malam yang penuh akan bintang itu. Membicarakan berbagai macam hal dan bercanda bersama. Seandainya waktu dapat berhenti mungkin Noemi akan senang sekali. Di balik kesenangan itu sebenarnya Noemi merasa sedih karena dia akan berpisah, sebentar lagi. Mereka berdua akan berpisah. Mengulang kalimat itu membuat sesak Noemi. Noemi masih belum menceritakannya hal yang sebenarnya kepada Pierre. Tapi, kekuatan Noemi sangat di perlukan untuk masa depan Pierre dan masa depan bumi ini.

“Noemi kau menangis ?” Pierre melihat Noemi mengeluarkan air mata

“Ya, aku menangis senang” Noemi berbohong


“Noemi~ Kau di panggil Teacher di ruang guru” ucap teman sekelas Noemi

Noemi melangkah keluar kelas. Stella bertanya kenapa ia di panggil tetapi Noemi seakan berpura – pura tidak mendengarnya. Stella merasa cemas kalau sahabatnya itu telah melakukan kesalahan atau mungkin lebih buruk dari itu. Tetapi, Stella berpikir yang kita bicarakan ini adalah Noemi.

Noemi berjalan di koridor, wajahnya tampak serius dan ia memiliki rasa ketakutan. Ia takut dan gugup. Mungkin akan di mulai hari ini atau mungkin besok atau mungkin besoknya lagi. Tetapi, ia tidak takut memang dia sudah terinspirasi dan tak akan mundur. Hanya ada satu yang membuatnya ragu. Tidak dapat bertemu dengan Walter, Stella dan….Pierre.

“Pierre….” Gumam Noemi

“Ada apa Noemi ?” tiba – tiba orang yang ia pikirkan muncul

“T-tidak ada… Bukan apa – apa”

Langkah Noemi semakin cepat meninggalkan Pierre yang baru saja menghampiri Noemi. Noemi tidak tau ia jadi merasa seperti itu. Mungkin kehidupan singkatnya ini telah di ubah oleh orang itu. Noemi kau harus berjalan lurus ke depan dan jangan pernah lihat ke depan. Kau sudah memutuskan apa yang terbaik untukmu. Begitulah pikiran Noemi yang ada di benaknya.

Sesampainya di ruang guru Noemi bertemu dengan Teacher yang waktu itu berbicara padanya. Nampaknya ia sedang melakukan penelitian dengan komputernya. Matanya serius mencari sesuatu dari ribuan kata yang berada dalam layar itu. Ketikannya begitu sangat cepat seakan di kejar oleh waktu. Satu hal yang Noemi tau, pasti Teacher itu sedang memikirkan cara lain untuk membasmi benda itu. Tampaknya sampai sekarang masih belum di temukan.

Teacher” Noemi memanggil

“Oh, kau datang. Sebenarnya begini, saya minta maaf ternyata memang itulah satu – satunya cara...” Teacher Nampak gugup

“Tidak apa – apa. Saya sudah siap. Lalu berapa hari lagi sampai itu tiba ?”

“Besok”


Ke esokkan harinya langit tampak cerah, burung riang bernyanyi, suara gemuruh para murid, dan satu lagi teman berharga. Noemi tidak menyesal atas apa yang di setujuinya itu. Dadanya kian berdetak kencang berharap semua akan baik – baik saja. Tetapi, nampaknya Noemi terasa sesak seakan membuat jantungnya tak kian berhenti berdetak. Pierre salah satu yang menjadi sahabat Noemi walaupun hanya dalam jangka waktu yang pendek. Mereka mulai akrab hari ke hari. Stella dan Walter pun nampaknya sudah mulai baikkan dan jarang berkelahi. Perubahan dalam jangka waktu pendek ini tak akan pernah Noemi lupakan.

Ia masih berharap dapat bermain terus menerus bersama sahabat – sahabatnya itu. Satu hal yang membuatnya memilih jalan itu. Noemi hanya ingin semua bahagia sampai ajal menjemput mereka. Mungkin God memang memberikan sebuah takdir yang begitu sulit untuk Noemi lakukan. Hanya saja hal itu Cuma dia yang bisa. Dia yang mampu.

“Noemi, dari pagi sampai siang ini kau selalu melihat kea rah langit” Pierre berkata

“Ya” singkatnya

“Sssttt ! Noemi sedang rileks !” Stella tiba – tiba datang

“Benarkah ? Tapi, bagiku ia tidak seperti sedang rileks”

“Apa perlu ku ajarkan untuk mengerti perasaan seorang wanita, Pierre ?” kali ini Walter berbicara

“Ahaha… Sebaiknya itu tidak perlu” Pierre tertawa miris

Noemi tersenyum kecil tapi nampaknya tidak ada yang memperhatikan. Mata Noemi terbuka lebar ketika ia menatap ke langit. Benda itu muncul, gumamnya. Noemi pergi berlari meninggalkan ketiga sahabatnya dan bergegas menuju ke suatu tempat. Pierre nampak kebingungan dan tubuhnya otomatis mengejar Noemi. Sayangnya ia telah kehilangan jejak gadis yang sedang tergesa – gesa itu.

Di belakang Stella dan Walter menyusul. Menanyakan kepada Pierre ke mana perginya Noemi. Pierre menjawab bahwa ia telah kehilangan jejaknya. Mereka bertiga akhirnya memutuskan untuk berpencar mencari Noemi. Entah mengapa ada yang aneh dengan tingkah gadis itu. Kemungkinan ada sesuatu hal yang terjadi yang tidak ia beritahukan pada sahabatnya.

Pierre mencari Noemi di perpustakaan, Stella mencari di taman dan kantin lalu Walter mencari di halaman sekolah. Sudah setengah jam mencari tetapi gadis itu juga tidak bermunculan. Meninggalkan berbagai pertanyaan yang ingin di tanyakan oleh sahabatnya.

“Hoi ! Lihat !” salah satu seorang murid menunjuk kea rah langit.

Stella pun melihat ke atas dan melihat sebuah meteor besar ah, bukan baginya mungkin itu hanya batu yang kecil. Jika dapat terlihat dari jarak sejauh ini kemungkinan besar benda itu sangatlah besar. Tanpa piker panjang Stella mencari Walter dan Pierre. Di saat ia sedang berlari, ia melihat bayangan yang mirip dengan Noemi.

“Noe ?”

Bayangan itu pun menghilang. Stella terlihat curiga tetapi ia harus mencari Walter dan Pierre sekarang.

Ketemu, Stella melihat Walter dan Pierre sedang berada di koridor dekat ruang guru. Mereka berdua tampaknya sudah mengetahuinya, karena mereka sedang melihat kea rah langit sekarang.

“Walter ! Pierre ! Ah… Akhirnya aku menemukan kalian berdua. Tanpa ku beritahu sepertinya kalian sudah tau apa yang terjadi.” Stella mengambil nafas pendek

“Begitulah” Pierre menjawab singkat, serius

“Apa kau sudah menemukan Noemi ?” tanya Walter

“Kalau itu-“

BOOOM

Suara keras terdengar seperti missil yang di tembakan.

“Apa itu ?” Stella terkejut

“Sepertinya… Itu berasal dari bangunan laboratorium !” tegas Walter

Mereka bertiga berlari ke sana. Tegang. Pierre merasa tegang karena perasaanya kini tidak menentu. Entah mengapa ia merasa bahwa orang yang menembakan mssil tadi adalah Noemi. Tepat. Begitu Walter membukakan pintu terlihat Noemi sedang duduk, ia terlihat lelah sekali. Dalam ruangan yang penuh dengan kabel dan barang – barang yang tampak hebat itu. Mungkinkah, kalau gadis itu menggunakan magic nya untuk menembakan missil tadi ?

“Noe !” Stella berlari mendekati Noemi

“Jangan mendekat !!” pertama kalinya Noemi berteriak

“Kenapa ? Kenapa kau tidak memperbolehkanku mendekat ? Aku khawatir padamu ! Bukan hanya aku tetapi Walter bahkan Pierre pun juga !” Stella tampak kesal

“…..” Noemi tidak menjawab

Tangan Noemi di penuhi dengan kabel aneh yang sepetinya menyerap energi tubuhnya. Wajahnya kewalahan, pucat. Gadis itu seperti tersiksa seakan tidak bisa bernafas lagi. Sahabatnya tidak mengerti bahkan tidak tau, terkecuali untuk Pierre lelaki yang pernah mendengar pembicaraan teacher dengan Noemi. Apakah mungkin ini yang di maksud ?

“Hey, Noemi. Apa yang kau lakukan ? Memangnya kau bertarung dengan demon atau sejenisnya ?” Walter mencoba bercanda

Demon itu tidak ada. Mereka hanyalah perasaan benci yang ada pada manusia. Kalau adanya magic aku tidak tau. Mungkin, dunia ini hanyalah fiktif” Noemi menjelaskan

“Lalu ? Kenapa kau di sini ?” kini giliran Stella bertanya

“Tentu saja menghancurkan benda yang kalian lihat” Noemi menjelaskan

“Maksudmu… Batu itu ?”

“Salah, itu bukan batu. Benda itu tebuat dari metallic yang kuat. Memang mirip dengan besi hanya saja 5x lebih kuat dari besi. Sayangnya bidikan ku barusan sedikit meleset sehingga tidak membuat benda itu hancur”

“Lalu ? Bagaimana cara menghancurkanya ?” Walter bertanya

“Tentu saja dengan menggunakan seluruh magic yang ku punya” Noemi terdengar tenang

“Tunggu !! Bukankah jika seperti itu kau akan…” Pierre terdiam

“Ya, tentu saja mati” Noemi masih berbicara tenang

“Bohong… Kau bohong kan ? Kau bercanda kan ??” Stella syok

“…..” Noemi hanya bisa diam sejak awal dia memang tidak melihat ke arah mereka bertiga

“Noemi, hentikan” Pierre akhirnya berbicara

“…..” Noemi tidak mendengar dan melanjutkan mengeluarkan seluruh magic nya

“Noemi !!!” kali ini suara Pierre memberat

Tubuh Noemi mengeluarkan sinar, magic, kekuatan magic nya ia keluarkan berwarna hijau ke emasan. Mirip dengan matanya emerald sungguh kekuatan yang hebat. Bukan saatnya untuk terpesona akan hal itu. Pierre harus menghentikan Noemi bagaimana pun caranya.

“Noemi, ku mohon padamu. Berhentilah, aku tidak ingin kau terluka, aku tidak ingin kau kenapa – kenapa, aku tidak ingin kau menderita.” Pierre serasa ingin menangis

“…..” Noemi hanya bisa terdiam

Pierre tidak tahan, tetapi ia tau kalau satu – satunya yang bisa melakukanya hanyalah Noemi. Hanya saja Pierre ingin membantu gadis yang dapat membuatnya untuk memandang gadis itu saja. Pierre berjalan mendekat kea rah Noemi. Noemi tidak tau dan secara tiba – tiba perlahan Pierre menggenggam tangan kanan Noemi.

“Kalau begitu gunakan kekuatanku juga”

“Eh ?”

“Lakukan. Aku tidak ingin kau menderita sendirian” Pierre menggenggam erat

“……..baiklah. Thank you very much” Noemi berkata begitu sambil gemetar

Mereka berdua mengerahkan seluruh tenaganya. Stella dan Walter tak mampu berbuat apa – apa karena mereka takut apa yang akan terjadi jika kekuatan mereka di serap oleh benda laboratorium yang belum pernah mereka berdua lihat. Mungkin konsekuensinya besar atau mungkin akan terjadi sesuatu dengan tubuh mereka.

Noemi dan Pierre tampak tidak ragu. Mereka berdua memang pasangan yang cocok. Sayangnya mereka tidak tau, lebih tepatnya mereka tidak mengerti. Berharap hal positif terjadi mereka melanjutkan. Noemi sudah di ambang batas tetapi ia tidak takut karena ada seseorang bersama dengannya. Ia sadar ia tidak sendirian dan terus melanjutkan. Missil pun mulai terisi.

“Haah… Haah… Baik Noemi, lakukan” Pierre mulai sesak

BOOM

Tembakan kedua tepat sasaran membuat metallic itu hancur. Syukurlah tidak ada korban. Kekuatan mereka berdua ternyata cukup.

“Noemi ! Kita berhasil !” Pierre tampak senang

Noemi terlihat tertidur wajahnya tersenyum. Hanya saja kenapa ia tidak menjawab perkataan Pierre ?

“Noemi ? Hey, Noemi !” Pierre menguncangkan tubuh Noemi tetapi gadis itu tidak terbangun juga

“Noe !” Stella mendekati Noemi

Stella pun melakukan check pada Noemi, jantungnya, jantungnya tidak berdetak. Tidak ada pernapasan sama sekali. Mungkinkah dia … Mati ?

“Noe… Tidak mungkin…” Stella tidak tahan ia mengeluarkan air mata

“Biar ku gunakan healing ku !” Walter mencoba menyelamatkan Noemi

Shit, kenapa tidak bisa ?!!” Walter mulai emosi

Di sisi lain, Pierre tak bisa berkata apa – apa. Padahal ia sangat yakin tangan Noemi terasa hangat begitu ia menggenggam tangan gadis itu. Kenapa bisa begini, gumamnya. Sekarang tangan Noemi mulai terasa dingin membeku. Tidak ada tanda – tanda kehidupan sama sekali. Padahal Pierre sudah mulai merasa dekat dengan gadis itu. Bagaimana ini bisa terjadi padanya ?

Pierre terguncang, tidak hanya dia sendiri Walter dan Stella pasti merasakan hal yang sama. Tetapi Pierre lah yang merasa paling depresi di antara semuanya.

“Noemi, bukankah kau sudah berjanji kita akan bersama ? Bukankah kita sudah berjanji akan melihat bintang bersama ? Bukankah kau berkata jangan melakukan tindakan gegabah sendirian ? Kenapa kau malah yang melanggar semua itu ? Aa arti dari perjanjian yang kita buat ? Hey, Noemi. Bukalah matamu. Jangan bercanda. Aku tidak suka jika kau bercanda seperti ini… Hey !! Noemi !!!” Pierre sangat syok jiwanya sedang tidak seperti biasanya sekarang

“Hentikan Pierre !!! Apa kau mau Noemi sedih melihatmu seperti ini ? Lihat ! Dia tersenyum ! Dia mati sambil tersenyum ! Itu artinya dia senang, di akhir kehidupanya ini kau berada di sisinya” Walter menahan Pierre yang sejak tadi mengguncang tubuh Noemi

“Kh….” Pierre terdiam, menangis sambil memeluk Noemi

Mungkin kali ini Pierre sadar bahwa ia menyukai gadis ini. Sayangnya ia baru saja menyukainya tetapi malah berakhir dengan cepat. Kehidupan begitu kejam di matanya sekarang walaupun sebenarnya ia sudah bersyukur karena dapat menikmatinya selama ini. Kenapa Noemi tidak ? Kenapa ia justru mati lebih dulu darinya ?


Satu tahun, dua tahun telah berlalu. Pierre yang awalnya tidak bisa melakukan magic dengan benar sekarang telah berubah menjadi lelaki yang jenius. Menggantikan posisi Noemi sang wanita yang dulunya di panggil jenius di sekolah itu. Tetapi bukan berarti sikap ramahnya menghilang justru ia semakin ramah kepada semua orang dan membantu sebisa yang ia lakukan. Apa pun yang ia lakukan apa pun yang ia pikirkan selalu, ia selalu mengingat kejadian saat – saat bersama dengan gadis itu.

The Last Hope sama dengan novel itu. Gadis yang ia sukai berakhir menyelamatkan ratusan jiwa orang hanya dengan mengorbankan nyawanya. Tetapi Pierre tidak boleh merasa kecewa karena ia selalu percaya bahwa yang di lakukan Noemi itu adalah untuk kebaikan semua orang.

Stella sang gadis populer seperti biasa kehdupannya selalu rumit dengan berbagai macam hal misalnya saja di kejar oleh para anak lelaki. Sekarang ia tidak mengabaikan mereka tetapi ia berbicara baik – baik pada mereka dan mulai bersikap baik. Bukan seperti Stella sang gadis yang suka berbicara kasar.

Satu lagi Walter, ia tetap lah dirinya yang suka usil, banyak berbicara. Tidak banyak perubahan yang ia lakukan tetapi ia senang hanya dengan menjadi dirinya sendiri. Setidaknya ia merubah penampilan sebagai murid normal kebanyakan.

Tidakah kau tau Noemi. Kami merindukanmu. Walaupun kami tidak memperlihatkanya pada orang – orang. Tetapi, Hanya saja aku ingin kau tau. Aku tetap menyayangimu sebagai sahabatku dan orang yang ku cintai



Author Note : Akhirnya finish juga. Gak tau deh nih cerita muncul karena apa. Aku bingung (>w<) Mungkin karena lagi ke pingin bikin yang fantasy jadinya begini. Endingnya juga pasti gak masuk akal yah (O.o) Karakter Pierre awalnya pengen jadi tipe cowok yang sedikit berbicara dan bertingkah cool tapi keliatanya yang seperti itu sudah mainstream jadinya aku balik deh ceweknya yang begitu. Romance juga kayaknya gak begitu berasa. Terlalu beralih ke drama kayaknya. Haha, maaf kan author yang satu ini. Thanks for reading.