Kamis, Juni 25, 2015

My Royalty Honest

My Royalty Honest

Di tempat yang sangat sangat jauh, terdapat sebuah kota yang cukup besar bernama Orman. Tempat itu sangat nyaman sekali, karena kota itu di sekelilingin oleh hutan yang cukup menyenangkan. Banyak sekali orang yang hidup bahagia serta tidak pernah ada konflik berat yang terjadi. Di sanalah hidup seorang gadis ceria namun tindakan nya cukup aneh. Gadis itu bernama Neseli Yesil. Sekarang ia telah menginjak di usia 17 tahun, memiliki rambut yang cukup unik, kuning ke-emasan. Postur tubuhnya lumayan bagus, tinggi nya ideal berat badannya ? Entahlah. Apa kalian tau ? Gadis ini menyukai sesuatu hal yang berbeda dari orang lain dan hal tersebut lah membuat orang – orang menyebutnya aneh. Walaupun begitu dia merupakan anak yang sangat baik. Orang – orang yang tinggal di Orman cukup akrab dengannya. Siapa sangka gadis ini bisa melakukan hal lain ? Mungkin.

Dalam taman bunga Bahce, Neseli membaringkan tubuhnya sambil menatap langit. Ia merasa ada sesuatu hal yang kurang dalam hidupnya. Entahlah itu apa, tetapi yang jelas hal itu menganjal tepat di dalam hatinya. Neseli merasa gelisah untuk sekian lamanya. Apakah perasaan ini sangat aneh ? Apakah ada hal yang ingin ia lakukan sebelumnya ? Entahlah.

“Neseli !”

“Mama !”

Orang tersebut adalah ibu kandung Neseli yang bernama Gulumseme Yesil. Ia merupakan wanita paruh baya yang baik hati, rambutnya panjang sepinggul dengan kepangan yang menghiasi rambutnya. Matanya menyipit tersenyum kepada anak kesayangannya.

“Neseli.. Kau harus sarapan sebelum main keluar”

Begitu sang ibu mengucapkan kalimat itu, Neseli bergegas mendekati ibunya. Ia tersenyum kepada ibunya dan berjalan menuju rumah kesayangannya.

“Aku pulang, Papa !” senyum Neseli

“Selamat datang, Neseli. Kau itu, papa tau kalau kau sangat ingin bermain tapi jangan lupa kau harus sarapan pagi” begitu sang papa menasehati

Pria ini bernama Bilge Yesel. Tubuhnya tegab dan tinggi, rambutnya sedikit gondrong tetapi masih terlihat rapih. Setidaknya telinganya belum terlalu tertutup oleh rambutnya. Ia bekerja pada sebuah perusahaan company, tetapi selalu sering sekali berpindah – pindah tempat ia bekerja.

“Ya..ya.. Maafkan aku” ucap Neseli sambil duduk seraya bersiap untuk sarapan

Sarapan hari ini ada sup krim yang sangat lezat dan tidak lupa dengan susu segar nikmat yang baru saja di peras dari sapi pilihan. Nyummy.

“Papa, hari ini kau akan bekerja kemana ?” Neseli bertanya

“Papa akan melanjutkan pekerjaan di luar kota, bisa di bilang papa akan keluar pulau. Pulau seberang”

“Whoah ! Aku juga mau ikut !” Neseli mengancungkan tangan

“Tidak boleh, Neseli. Kau hanya akan mengganggu pekerjaan papa” omel Gulumseme

“Ugh… Baiklah…” Neseli merasa sedikit kecewa

“Nanti papa akan bawakan oleh – oleh”

“Benarkah ? Ya-hoo~~” Neseli menggoyangkan tarian ‘hawaii’ nya

Gadis ini benar – benar aneh sekali, tetapi orang bisa merasa tenang di sisinya. Syukurlah.

“Kalau begitu aku ingin bermain keluar dulu !” begitulah dan ia melangkah keluar lagi

Kali ini Neseli berlari menuju tempat kesayangan nya. Yup, air terjun yang terletak sedikit jauh dari kota tempat ia tinggal. Tempat itu indah, banyak sekali kupu – kupu dan capung berterbangan. Hanya saja kalau di malam hari banyak hewan liar seperti serigala berkeliaran. Wajar saja bukan karena tempat ini memang umumnya adalah sebuah hutan. Tak lama ia sampai di tempat itu matanya berbinar, senyum polos terukir. Ia pun melepas sepatunya dan mulai duduk di pinggir sungai sambil menenggelamkan kakinya di dalam air. Dingin dan sejuk sekali, sambil mengayunkan kaki di dalam air Neseli mengalunkan sebuah lagu. Lagu asal yang ia buat sendiri lebih tepatnya.

“Air~ Air~ Kau terasa sejuk sekali~ Seandainya kau bisa berbicara aku akan mengajakmu berbicara~”

Itulah nyanyian buatan asalnya sendiri. Aneh bukan ? Itulah mengapa banyak orang yang ragu – ragu mendekatinya. Ada gossip yang mengatakan kalau mereka mendekati Neseli maka orang itu akan tertular ‘gilanya’ tetapi ada juga orang yang tidak menghiraukan gossip itu karena nyatanya mereka menganggap Neseli adalah anak yang baik.

Sambil terus menyipakan air di kakinya, gadis itu tetap bernyanyi sampai ia mendengar suara gesekan semak – semak. Neseli mengambil dua pisau sepanjang 25 cm. Ia selalu membawa pisau itu kemana pun ia pergi jika sudah melewati perbatasan kota tempat tinggalnya. Karena ia harus waspada terhadap sesuatu hal yang akan terjadi padanya. Sambil mengeratkan tangan yang memegang pisau mata Neseli semakin tajam. Lalu seketika sesuatu itu menampakan dirinya Neseli berlari mendekati semak – semak tersebut bersiap menyerang.

“AH !”

Neseli salah menyangka bahwa itu serigala, orang yang ada di hadapannya ternyata adalah seorang perempuan yang memiliki rambut panjang berwarna hitam. Gadis itu memiliki warna mata biru bagaikan berlian laut. Sungguh cantik sekali. Warna kulit tubuhnya pun sangat mendukung, putih. Seketika Neseli menjauh kan dirinya dari perempuan itu. Ia merasa bersalah karena sedikit lagi ia bisa melukai wajah perempuan itu.

“Maafkan aku, aku tidak tau ternyata ada orang di balik semak – semak ini” gelisah Neseli

Perempuan itu menggelengkan kepalanya sambil tersenyum, cantik. Mata Neseli terpukau oleh kecantikannya, cantik luar dalam. Itulah yang di pikirkan oleh Neseli. Terlalu mendalami pikirannya akhirnya Neseli memperkenalkan diri.

“Namaku Neseli Yesil, umurku 17 tahun, rumahku berada dekat dari sini. Siapa namamu ?”

“…..” perempuan itu terdiam dan tidak mengeluarkan kata sedikit pun

“Apa kau baik – baik saja ?” Neseli tampak khawatir

Perempuan itu menggelengkan kepalanya lagi.

“Mungkinkah….. Kau tidak bisa bicara ?!” Neseli terkejut

Perempuan itu terdiam sejenak lalu menganggukkan kepalanya.

“Whoah ! WHoah ! WHOAH !! Kau benar- benar sungguh… sesuatu sekali” mata Neseli berbinar

Perempuan itu terlihat merasa tidak enak, mungkinkah ada maksud di balik itu ?

Neseli memutuskan membawa perempuan itu menuju rumahnya. Ia tidak tau tentang kenyataan bahwa sebenarnya perempuan itu bisa berbicara. Tapi, apa daya perempuan itu Neseli telah salah pemikiran. Sesampainya di rumah Neseli mencari mama nya yang sepertinya sedang tidak ada di dalam rumah. Ternyata ada surat yang ada di atas meja ruang tamu. Begitu Neseli membuka amplop ternyata itu adalah surat dari mamanya.

“Neseli, mama ikut pergi bersama dengan papamu. Papamu sepertinya tidak bisa mengurusi diri sendiri jika bekerja. Mama khawatir papamu akan jatuh sakit, oleh karena itu Mama memutuskan untuk ikut bersama dengan papamu. Jaga rumah baik – baik ya. Salam manis, Mama.”

Neseli terbelalak sekaligus kesal membaca surat itu. Padahal Neseli sangat ingin ikut bersama papa nya keluar pulau. Tetapi, Neseli juga merasa pasti akan mengganggu pekerjaan ayahnya itu. Sambil menghembuskan nafas kecil Neseli berkata.

“Maaf, sepertinya mama dan papaku tidak akan berada di dalam rumah untuk beberapa hari. Oh, mungkin aku juga tidak tau kapan mereka akan pulang”

Perempuan itu tersenyum kembali sambil menggeleng seakan berkata “tidak apa – apa”

“Bagaimana kalau ku buatkan sesuatu ? Kau ingin makan apa ?” Neseli bertanya

Perempuan itu menggeleng

“Hmm… Bagaimana kalau minum ?”

Perempuan itu berpikir sejenak, tak lama ia mengangguk

“Baiklah, apa kau suka minuman manis ?”

Perempuan itu mengangguk lagi

“Kalau begitu akan ku buatkan tea caramel” Neseli tersenyum

Perempuan itu pun duduk di ruang makan, sambil menunggu Neseli mempersiapkan tea caramelnya. Neseli merasa senang sekali, sudah lama ia tidak kedatangan tamu di dalam rumahnya. Mungkin sudah sangat lama sekali. Neseli bernyanyi kembali.

“Senangnya~ Senangnya~ Mendapat teman baru~” Neseli bernyanyi

Perempuan itu merasa kebingungan ia berpikir apakah yang di maksud teman oleh Neseli adalah dia. Walaupun begitu perempuan itu harus waspada, karena ia berada dalam rumah orang asing. Tapi, bagi perempuan itu Neseli tak tampak seperti orang jahat sama sekali.

“Ini dia, tea caramel” Neseli meletakan cangkir di depan perempuan itu

Neseli pun ikutan duduk berhadapan dengannya sambil meneguk tea caramel. Neseli menampakan wajah senangnya, ia merasa sangat…sangat senang sekali. Perempuan itu tidak tau mengapa ia merasa sesenang itu. Perempuan itu hanya meneguk minuman tersebut. Senyum terukir, Nampak sekali bahwa perempuan itu merasa bahwa minuman ini sangat enak sekali.

“Enak bukan ?” tanya Neseli sambil tersenyum

Perempuan tersebut mengangguk sambil membalas senyumannya.

“Oh.. Aku tidak sadar kalau pakaian mu berlumuran lumpur seperti itu, apa kau ingin mandi dulu ? Aku punya banyak pakaian, beruntung nya dirimu loh~ Karena aku anak yang baik hati” Neseli mulai pamer

Perempuan itu hanya tersenyum lalu mengangguk tanda setuju

“Baik, ikuti aku”

Neseli menunjukkan lokasi kamar mandi di rumahnya, rumah kayunya tidak begitu besar tetapi cukup luas dengan memiliki banyak sekali kamar. Hmm.. Terdapat lima kamar di dalam rumahnya. Biasanya di gunakan jika ada tamu yang hendak menginap di rumahnya dan pastinya tamu tersebut adalah kenalan ayahnya.

“Silahkan, aku akan mengambilkan pakaian untukmu” Neseli berucap

Perempuan itu pun mengangguk (lagi)

Tak lama Neseli mengambil pakaian untuk perempuan itu, Neseli juga memperhatikan dirinya. Dia pun tidak sadar bahwa pakaian nya pun juga kotor, mungkin karena tadi dia memasuki semak –  semak. Neseli membawa pakaian yang akan ia kenakan. Ia berencana mandi bersama dengan perempuan itu.

Neseli membuka pintu kamar mandi

“Hey.. Kau tidak keberatan kan mandi bersama-“ Neseli terdiam

Ia melihat … Melihat sesuatu yang hanya di milliki oleh seorang laki – laki. Perempuan yang sedang mandi itu menoleh lalu…

“WAAAHHH !!!!”

Mereka berdua berteriak secara bersamaan, Neseli pun membanting pintu karena saking terkejutnya. Pakaian yang di bawa Neseli jatuh seketika. Neseli shock dan berlari menjauhi kamar mandi itu menuju kamarnya dan mengunci dirinya di dalam sana. Jantungnya tidak kharuan wajahnya pun ikutan tidak kharuan. Ia merasa sangat shock sampai – sampai tidak bisa mengeluarkan sepatah kata pun.

“Aku…. Aku melihatnya….” Gumam Neseli “Oh tidak.. Tuhan… Aku masih ingin menikah dengan orang lain… Aku telah melihat *peep* orang itu… Aku… Aku… TUNGGU ! Jadi… Perempuan itu adalah…. LAKI - LAKI ???”

Di saat bersamaan terdengar suara ketukan pintu, ternyata pintu kamar Neseli. Neseli meneguk ludahnya. Sambil berjalan dan membuka pintu, Neseli melihat perempuan- tidak, laki – laki itu.

“aa…um….” Laki – laki itu tampak ragu mengeluarkan suaranya

Di sisi lain Neseli masih berpikir, orang ini adalah laki – laki.

“Kau… Laki – laki kan ?” Neseli bertanya terus terang

“…..ya”

Suaranya manis dan lembut sekali, Neseli tidak menyangka bahwa laki – laki ini begitu sangat cantik. Jarang sekali Neseli menemukan hal ‘semenarik’ ini. Neseli membinarkan matanya, ia Nampak seperti seorang anak kecil yang telah menemukan mainan baru.

“M-maafkan aku.. Aku tidak mengatakannya”

Wajah laki – laki itu sedikit merona. Wajahnya makin manis dan cantik sekali. Neseli hanya bisa membuka mulutnya, kagum. Rasanya Neseli ingin sekali histeris berbahagia. Ia akhirnya tau kenapa laki – laki ini tidak mengeluarkan suaranya semenjak pertama kali bertemu dengannya.

“Tidak apa – apa !!! Aku senang ! Aku senang sekali !!” Neseli mengeratkan kedua tangannya dengan tangan lelaki itu

“Apa maksudmu ?”

“Aku ingin memiliki teman seperti mu ! Apakah boleh ?” dalam mata Neseli terdapat bintang yang berkelap – kelip

“….” Lelaki itu terdiam dan melepaskan genggaman Neseli padanya

“Kau tidak apa – apa ?” Neseli bertanya

“Sejujurnya, aku tidak suka wajah cantik ini” ekspresi lelaki itu memudar

“Kenapa ? Padahal kau terlihat indah begini” Neseli sedikit kecewa

“…karena wajah cantik ini lah aku kabur dari tempat tinggalku”

“….kamu…….KABUR ???” Neseli sedikit berteriak

“….”

“Kenapa kamu kabur ? Bagaimana jika ada yang menghawatirkanmu ?”

“…tidak apa – apa kan… Pada akhirnya mereka hanya akan menjualku”

“…apa..maksudmu..?” Neseli terdiam

“….” Lelaki itu hanya terdiam

“Ahh… Pokoknya.. Kita diskusikan setelah aku selesai mandi” Neseli bergegas ke Kamar mandi lagi

“……..ku harap, aku menemukan tempat yang pas di sini” lelaki itu bergumam

***

Ke esokkan harinya. Neseli membatalkan diskusi kemarin, ia terlalu banyak pikiran sehingga ia bingung ingin menanyakan hal apa. Hari ini pun tiba dan Neseli telah menyiapkan segala kalimat yang akan ia pertanyakan. Gadis yang sangat aneh sekali sampai memikirkan hal ini sejauh itu.

“Jadi… Siapa namamu ?”

“Guzel….Cesur…” akhirnya kita tau bahwa nama lelaki itu adalah Guzel

“Hmm.. lalu… status mu ?” Neseli menyipitkan matanya

“….!!” Guzel tampak terkejut mendengar perkataan Neseli

“..jadi…?” Neseli semakin penasaran

“….aku.... hanyalah seorang anak bangsawan..” jawab Guzel

“….bangsawan ? Sebenarnya aku tidak bertanya itu.. APA ?!! BANGSAWAN ??” Neseli terkejut dadakan

“Ya…”

“Apa yang dilakukan seorang bangsawan di tempat seperti ini??” Neseli histeris

“Aku akan mengatakannya jika kau mulai tenang”

“OKE !!!” Neseli kembali duduk dan tak sabar mendengar perkataannya selanjutnya

“Jadi… Aku adalah seorang anak dari bangsawan yang bernama Kindar Cesur. Dia adalah seorang pria yang telah menguasai beberapa daerah, tetapi… Semenjak… Ibuku, Samimi Cesur meninggal karena konflik yang terjadi. Ayahku langsung memutuskan untuk berhenti menguasai daerah lagi. Ia sadar, menguasai banyak daerah akan memakan banyak korban. Jadi, dia pergi entah mengapa dan aku di tugaskan untuk menjadi penerus selanjutnya. Tapi..”

“Tapi ?”

“Teman ayahku berkata bahwa aku adalah seorang ‘perempuan’ jadi aku tidak layak untuk menerima kekuasaan itu. Teman ayahku, dialah yang mengambil alih sekarang. Karanlik Guclu.”

“Tunggu! Aku tidak begitu mengerti.. Tapi, kau kan laki – laki !” Neseli merasa kebingungan

“Aku sudah mengatakannya, hanya saja mereka tidak percaya” Guzel mengalihkan pandangan

“Kalau begitu… Bagaimana kalau kita membuat sedikit perubahan padamu ?” Neseli seraya merencanakan sesuatu

“Maksudmu ?”

“Aku akan mengubah penampilanmu” Neseli bersemangat

***

Ke esokannya, Neseli berjalan bersama Guzel mengelilingi kota tempat Neseli tinggal. Neseli menunjukan berbagai macam tempat kepada Guzel. Banyak orang yang memperhatikan mereka berdua, tidak, tepatnya banyak sekali orang yang memperhatikan Guzel dari kejauhan. Mata orang – orang tersebut seakan melihat seorang dewa yang turun dari langit. Mungkin kalimat ‘dewa yang turun dari langit’ terlalu berlebihan. Neseli hanya bisa tercengar – cengir, ia memang tipe orang yang suka di perhatikan banyak orang. Walaupun ia tau yang di lihat mereka bukanlah Neseli tetapi Guzel.

“Neseli.. Aku merasa tidak nyaman”

“Sudahlah ayo kita jalan” Neseli tersenyum lebar sambil menarik pergelangan baju Guzel

Mereka berdua berjalan melewati berbagai macam orang, dan sampailah mereka pada sebuah café kecil di kota itu. Neseli mengajak Guzel untuk makan siang di sana. Karena Neseli sedang tidak mood untuk memasak. Di sana mereka memesan beberapa makanan. Neseli memesan Telur dadar gulung yang berisi daging yang sudah di haluskan. Guzel memesan sandwich yang isinya ada sayuran, daging ikan, keju, dan saus mayonnaise. Siang hari yang sangat tidak tenang sekali. Banyak orang yang bertanya – tanya kepada Neseli siapakah sebenarnya orang itu. Neseli dengan senang hati memberitahukan pada semuanya, tapi tidak semuanya ia beritahukan. Ia hanya memberitahukan nama dan juga Guzel merupakan teman baiknya.

Di sisi lain, Guzel merasa tidak nyaman di pandang oleh banyak orang dari kejauhan. Ia selalu menatap kebawah memandangi kedua tangan nya yang telah lama mengepal. Tiba – tiba datanglah seorang pria berbadan cukup besar menghampiri Guzel.

“Huh ! Apa yang hebat dari bocah ini ? Badan nya kecil dan tidak terlihat kuat”

Guzel mendongak ke atas melihat pria besar itu berdiri di dekatnya. Matanya seakan melototinya sambil berkata merendahkannya. Guzel hanya terdiam dan melihat pria itu.

“Kau cukup menarik perhatian banyak orang. Memangnya kau pikir, kau di sukai mereka ? Bagaimana kalau kau pergi dari sini ?”

Pria besar itu menarik kerah baju Guzel. Guzel sudah merasa sangat tidak nyaman, begitu ia bersiap memukul orang itu.

DUAAKK

Kepala pria besar itu di tending sangat kencang oleh… Neseli.

“KAU ! Apa yang kau lakukan ?!” Pria besar itu mengamuk

“Fufufu, bagaimana denganmu sendiri ? Bukankah kau hanya memiliki tubuh besar dan omongan pedas saja ? Lalu… ‘Di perhatikan banyak orang’ ? Bilang saja kalau kau sebenarnya iri padanya. Kalimatmu ‘memang kau di sukai banyak orang’ ? Aku menyukainya, apa itu kurang jelas ?” Neseli menatap pria itu sinis

 Guzel terkejut mendengar perkataan Neseli yang di luar dugaan itu. Pengakuan Neseli yang terbuka itu cukup membuat banyak orang berdatangan.

“Cih…!”

Pria besar itu langsung pergi meninggalkan café. Tetapi, keramaian di tempat itu belum menghilang. Tepatnya sekarang tempat itu makin ramai dan berisik.

“Selamat ya Neseli !” orang – orang mengerumuni mereka berdua

“Eh ? A-ahaha terimakasih” Neseli berucap walaupun tidak mengerti maksud perkataan mereka

Semakin lama semakin banyak orang yang mengerumuni mereka. Lalu, Neseli sama sekali tidak tahan. Ia merasa sesak kurang oksigen sementara itu Guzel hanya terdiam saja. Karena tidak betah Neseli berlari sambil menarik tangan Guzel, alhasil mereka berhasil lolos dari kerumunan yang ricuh itu. Tak di sangka hanya membawa Guzel berkeliling kota bisa membuat kericuhan itu terjadi.

Setelah berlari cukup lama Guzel menatap Neseli yang sejak tadi menarik tangannya. Tepatnya menggenggam tangannya. Tapi mereka berdua masih terus berlari sampai mereka menemukan tempat yang sepi. Mereka berdua duduk di hutan samping air terjun tempat pertama kali Neseli bertemu dengan Guzel. Neseli terduduk di atas rumput sambil mengambil nafas tidak teratur sedangkan Guzel masih berdiri menatap Neseli yang ternyata masih menggenggam tangannya.

“Lelah… Aku capek…” Neseli berkata

“…..” sementara Guzel melihat tangannya

“Hey Guzel, kau itu… Kenapa tidak melawan tadi ?” Neseli bertanya

“Karena … Kau sudah lebih dulu” Guzel menjawab matanya tetap menatap di tempat yang sama

Begitukah ? Berarti... Sudahlah... Sudah terjadi apa boleh buat”

Neseli membaringkan tubuhnya genggaman tangannya kepada Guzel pun terlepas. Guzel terlihat terbelalak tetapi tak lama ia tenang kembali. Di sisi lain Neseli berbaring dan terlelap dengan cepat.

“Kau itu... Padahal di sampingmu ada seorang lelaki” Guzel menyentuh pipi Neseli dengan jari telunjuknya “.....wajahnya damai sekali” Guzel mendekatkan wajahnya kepada Neseli

SREK SREK

Ada bunyi gesekan semak – semak. Ternyata dari kejauhan ada yang memperhatikan mereka berdua. Guzel pun bersiap menyerang, ia membawa sejenis pedang bersamanya. Bersiap untuk menyerang orang yang bersembunyi itu keluar dari semak – semak tanpa ragu.

“Ah... Lama tidak berjumpa Tuan Guzel”

“Kau !”

Pria paruh baya keluar dari semak – semak sambil membungkukkan badan menyapa salam dengan Guzel. Pria ini mengenakan pakaian yang sangat rapih selayaknya seorang yang ‘penting’. Ia mengenakan topi yang biasa dipake orang eropa. Busananya elit sekali mungkin jika Neseli memperhatikan orang ini ia akan terpukau kesat mata.

“Apa yang kau lakukan di sini ?” Guzel meninggikan suaranya

“Tentu saja saya datang ke sini untuk menjemput anda. Anda harus kembali, jangan seperti ayah anda” Pria itu menegaskan

“Apa maksudmu ? Aku tidak akan pernah mau kembali ke penjara itu. Tidak akan !” Guzel pun mengangkat Neseli layaknya seorang putri dan berlari pergi

Neseli tak lama membuka matanya, ia merasa tanahnya seperti bergetar. Tapi ketika ia melihat ke atas ada Guzel yang wajahnya terlihat seperti kesal. Neseli melihat ke samping, jalannya bergerak cepat. Masih setengah sadar ia menutup lagi kedua matanya.

EH ?

Neseli membuka matanya dadakan sambil berteriak “Apa – apaan ini ??!!!”

Teriakan Neseli mampu membuat telinga Guzel merasa kesakitan. Guzel pun berhenti berlari sambil menengok ke belakang. Syukurlah dia tidak mengikuti pikir Guzel.

“Ke-ke-ke-ke-kenapa tiba – tiba kau menggendongku seperti ini ?” Neseli mulai heboh “Kenapa kau tidak menggendongku di belakang pundakmu saja ?” Neseli mulai menawar

“.......dasar aneh” Guzel pun menurunkan Neseli

“Kok aku di turunin ? Aku kan hanya ingin di gendong di punggungmu sekaaliiiii saja !” Neseli seperti memohon untuk di gendong Guzel

“Kau itu.. Kalau cewek normal pasti sudah langsung malu setelah di gendong seperti itu” Guzel memalingkan pandangan

“Kenapa ?? Aku normal kok !” ucap Neseli

“Kau tidak normal” Guzel menegaskan

“Hmph !” kesal Neseli sambil menggembungkan pipinya

“Pokoknya ayo kita kembali ke rumahmu dulu. Aku tidak mau berbicara di sini” Guzel memperhatikan situasi sekitar

“Oh ! Kau sudah mulai lapar ya Guzel~ oke ! Aku akan memasak untukmu”

Sebenarnya pemikiran Neseli itu salah tetapi apa boleh buat Guzel juga sedang tidak ingin berbicara banyak – banyak. Ia hanya takut tempat yang ia tinggali sekarang sudah di ketahui oleh pria itu.

Neseli sedang mempersiapkan makanan untuk makan malam. Guzel hanya duduk di kursi sambil memperhatikan Neseli. Ia tidak mau jika gadis ini kenapa – kenapa karena dia. Guzel pun menempelkan wajahnya di meja. Neseli memasak sambil melirik ke arah Guzel diam – diam. Neseli tau kalau Guzel berada dalam masalah tapi Neseli hanya berpura – pura tidak tau. Neseli hanya tidak mau jika ia ikut campur hanya akan menjadi beban untuk Guzel. Setidaknya Neseli mendoakan Guzel agar ia tidak kenapa – kenapa.

“Ta-da~ Silahkan di coba~”

Neseli memperlihatkan mekanannya yang berwarna aneh. Warnanya putih tetapi ada warna kuning ke emasannya. Sepertinya makanan ini terlihat tidak lezat.

“Apa ini ?”

“Ini namanya ‘Shockin’ tofu’ ! Tahu yang di campur dengan susu, keju, dan mentega. Rasanya enak loh~” Neseli tersenyum

“Ugh... Mendengarnya saja sudah bikin enek” Guzel protes

“Coba~ Ayo coba~” Neseli terlihat girang

Karena Neseli sudah susah payah membuat Guzel tidak mungkin melolaknya. Jadi satu – satunya pilihan yang harus Guzel lakukan adalah melahapnya habis. Awalnya Guzel ragu memakan tahu itu. Dari namanya saja sudah pasti tahu ini rasanya aneh. Tapi apa salahnya untuk mencoba. Guzel memotongnya dengan sendok lalu perlahan – lahan memasukkannya ke dalam mulut.

GLEK

Guzel menelan makanan itu. Matanya membulat, ternyata rasanya tidak seperti yang ia bayangkan. Enak. Pertama kali ini ia memakan masakan aneh yang di buat oleh orang aneh pula tapi, rasanya enak sekali. Guzel pun menambah nasi dan makan kembali. Neseli tersenyum melihatnya dan mereka berdua makan bersama – sama.

***

DUG DUG DUG

Sebuah pintu kayu yang telah di gedor dengan keras telah membuat Guzel terbangun dari tidurnya. Ia merasa ada yang tidak beres, seperti ada sesuatu hal yang berbahaya jika ia membuka pintu kayu tua itu. Neseli sepertinya belum terbangun, mungkin karena gadis itu sudah kelelahan semalaman. Tidak berpikir panjang Guzel membuka pintu dan sosok yang waktu kemarin itu datang kembali.

“Bagaimana bisa kau tau aku disini ?” Guzel terlihat sangat kesal

“Tentu saja saya tau, sudah kewajiban saya untuk terus mengawasi anda. Anda harus kembali” ucap pria itu

“Aku tidak akan pernah mau kembali ! Apa kau tidak dengar ? Aku sudah menemukan tempat baru. Tidak akan ku biarkan kau merusaknya”

“Walaupun begitu saya akan tetap menjemput anda dan membawa anda kembali”

“Aku tidak perduli. Sebaiknya kau tidak usah kembali lagi” Guzel pun menutup pintu

Guzel tau posisinya sangat di butuhkan tapi umurnya masih terlalu dini. Di tambah lagi ayahnya lah yang seharusnya menempatkan posisi itu. Guzel benci sekali dengan keluarganya. Ia selalu di paksa melakukan berbagai hal. Bahkan sebelum rambutnya di potong seperti sekarang ini. Ia pernah di godai oleh sesama kaumnya. Hanya karena dia cantik, Guzel sudah seperti di perjual belikan. Padahal Guzel adalah seorang bangsawan tetapi mengetahui ia sangat cantik orang lain malah salah mempergunakannya. Menjualnya ke tempat lain atau mungkin mempekerjakannya melakukan suatu hal seperti pajangan. Guzel tidak terima kalau dia di perlakukan seperti itu. Sangat tidak adil sekali.

“Guzel…?”

“Ah !”

Neseli ternyata terbangun mungkin karena suara Guzel yang nyelengking barusan membuat Neseli terbangun dari mimpinya. Guzel hanya menunduk ke bawah sambil mengepalkan tangannya. Ia tidak ingin mengatakan apa – apa untuk saat ini. Neseli memandangnya khawatir namun pandangan itu langsung pudar dan Neseli mencoba memulai topic pembicaraan.

“Hey, Guzel… Apakah kau menyiapkan sarapan ? Karena ku pikir ada suara berisik di sini” Neseli bertanya

“Oh.. Sekarang giliranku memasak sarapan ya… Maaf aku lupa, haha” Guzel memaksakan tawanya

“Padahal aku lapaaaaaaarrr sekali~~” Neseli memegang perutnya “Kalau begitu cepatlah ! Kau harus bertanggung jawab !” Neseli menunjuk Guzel dan tangan yang satunya lagi memegang pinggangnya

“Aaahaha…ha” Guzel memaksakan tawanya lagi

Di pagi hari ini mereka berdua tampak bercakap seperti biasa. Guzel bersikap seolah ia tidak melakukan apapun pagi ini sedangkan Neseli ia berpura – pura tidak tau kalau sebenarnya tadi pagi Guzel sedang berbicara dengan seseorang namun Neseli tidak tau apa yang mereka bicarakan. Sungguh mereka berdua terlalu mahir dalam menutupi hal seperti itu.

Guzel memasak masakan yang sederhana. Ia memasak daging ayam yang di lapisi tepung telur, daging ayam itu sangat empuk sekali karena sudah di hancurkan terlebih dahulu sebelum di campur dengan adonan tepung dan telur. Selain itu ia juga membuat salad untuk pencuci mulutnya. Oh ! Dan juga buah melon yang segar.

“Waaaaaaahh~~ Terlihat enak~~” Neseli tampak senang

“Silahkan di cob- maksudku di makan” Guzel mematahkan kalimatnya

“Okee~~ Aku makaaan~~” Neseli mengambil daging yang di lapisi itu

Neseli mengunyahnya dan makan perlahan. Matanya berbinar ia pun melanjutkan aktivitas makannya itu. Jarang – jarang Neseli bisa merasakan masakan dari seorang ‘cowok cantik’. Tapi Neseli merasa masakan itu ‘sedikit’ hambar. Mungkin karena tidak ada bumbu perasaan di dalamnya. Mungkin Guzel adalah karakter yang tidak suka membuka kedoknya pada orang lain dengan mudah meskipun sudah akrab sekali pun.

“Nesei…” ucap Guzel

“Ada apa ?” Neseli menatap lurus sambil mengunyah daging itu

“Aku … Tidak bisa berlama – lama bersama denganmu”

“HAH ? Kenapa ? Nanti siapa yang membantuku memasak ? Siapa yang bakal nemenin aku di saat orang tuaku gak ada ?” Neseli melontarkan pertanyaan sekaligus

“Maaf, aku sungguh tidak bisa berlama di sini. Aku harus ke suatu tempat” ucapnya lagi

“Guzel..” gumam Neseli

Neseli terdiam sejenak sambil berfikir. Tangannya yang satu memegang dagunya sedang kan tangannya yang satu di lipat di depan dadanya. Guzel memperhatikannya di seberang sambil mengeratkan kepalan tangannya. Berharap Neseli tidak berfikiran yang tidak – tidak. Lalu Neseli membuka matanya yang tadi tertutup sekian detik.

“Aku ikut”

***

“Capek… Aku lelah… Guzeeeeelll…. Gimana kalau kita istirahat duluuuu perutku lapaaaarrr…” Neseli merengek

“Baru juga kita sarapan tadi pagi kau sudah mau makan lagi ? Memangnya kau hidup tidak pernah melakukan perjalanan jauh ?” Guzel mengernyitkan dahinya

“Pernah ! Aku bersama ayah ibuku selalu main ke kota yang beeesaaaarr sekali !” Neseli merentangkan kedua tangannya

“Lalu ? Kenapa tubuhmu bisa selemah ini ?” Guzel curiga

“Ehehe~ Itu karena kami selalu menaiki transportsi” Neseli ceringai

“Dasar…” Guzel melanjutkan langkahnya

“Tungguuuu aku Guzeeell !” Neseli merengek kembali

Mereka setelah sekian lama berdebat akhirnya memutuskan untuk pergi bersama. Awalnya Guzel melarang Neseli ikut karena ia takut jika Neseli akan tertimpa bencana atau semacamnya. Sedangkan Neseli ia berfikiran ingin mengetahui Guzel lebih jauh lagi, maka dari itu ia bertekad ingin ikut meskipun ia sudah mengirim surat kepada orang tuanya tetapi belum di balas. Wajar bukan ? Ia menulis surat tepat di hari keberangkatannya. Entah orang tuanya akan marah nanti.

“Aku tidak mau bertanggung jawab jika ada hal yang terjadi padamu nanti” ucap Guzel

“Siap ! Dimengerti !” Neseli memberikan hormat dengan menggunakan dua jarinya saja

Langit masih cerah tetapi matahari sedang di tutupi awan sekarang. Bukan karena ingin hujan tepatnya awan hanya menutupi matahari untuk sekian lamanya. Syukurlah Neseli tidak merasa kepanasan sama sekali. Jika matahari muncul maka kepalanya akan terasa panas terkena pantuln cahaya mentari. Oh, Neseli tidak ingin itu terjadi. Setidaknya ia memakai tudung untuk menutupi kepalanya jikamatahari akan tampak kembali. Sedangkan Guzel ia terlihat biasa saja. Ia mungkin sudah terbiasa dengan panasnya mentari, mungkin juga karena dia melakukan perjalanan jauh makanya tubuhnya sanggup berjalan sejauh ini. Neseli saja yang baru pertama kali melakukan perjalanan jauh sudah meminta untuk istirahat. Anak yang satu ini memang sangat mengandalkan transformasi. Wajar saja zaman sudah mulai maju.

“Guzel…” Neseli tampak cemberut

“Apa ?” Guzel menjawab santai

“Kita sedang menuju kemana ? Aku lupa bertanya.. Aku lelah, mau minum, istirahat yuk?” lagi lagi Neseli mulai cerewet

“Sebentar lagi kita sampai di sebuah desa yang gak jauh dari sini. Bersabarlah sedikit” Guzel berkomentar

“Huuuu… Ya sudah”

Mereka melangkah kembali. Pandangan Neseli lurus ke depan melihat sebuah pemandangan dari kejauhan. Walaupun sikap Neseli begitu ia memiliki mata yang tajam. Itu merupakan sesuatu kelebihannya. Tampak sebuah sungai yang bercahaya, Neseli berlari mendekati pemandangan itu. Guzel ingin memanggil namanya tetapi gadis ini sudah melangkah pergi dengan cepat. Setelah menghembuskan nafas kecil Guzel berlari mengejar Neseli di belakang. Pemandangan langka yang di lihat Neseli, kesan pertama yang ia ingin sampaikan adalah ‘indahnya’

“Guzel… Ini hebat sekali. Desanya di kelilingi air sungai !” Neseli tampak kagum

“Ya… Nama desa itu adalah ‘Su’” Guzel menjelaskan

“’Su’ ? Namanya singkat sekali” Neseli mengangkat satu alisnya

“Sudahlah ayo kita cari tempat makan di sana. Kau lapar kan ?”

Tak lama terdengar suara bunyi perut Neseli yang sangat kencang.

“Hehe… Sepertinya begitu” Neseli tertawa kecil

Hal pertama yang di lihat Neseli adalah sungai yang berwarna keperakan. Mungkin karena ada batu mineral disana jadinya sungai tampak berkilauan seperti itu. Tapi Neseli malah bermain dengan air itu dan berkata ‘airnya dingin sekali’ sambil tertawa besar – besaran. Guzel yang melihatnya seperti itu merasa malu dan menarik Neseli untuk menghentikan aktivitasnya yang tidak masuk akal itu. Neseli merasa kecewa karena dia kan baru pertama kali merasakannya. Maksudnya merasakan air sungai yang berkilauan. Guzel pun mengomelinya karena tindakan itu sama sekali tidak sopan terutama wilayah itu adalah wilayah yang baru saja mereka masuki dan tidak ada yang mereka kenal sama sekali.

“Cepat duduk di sana” Guzel memerintahkan setelah mereka memasuki tempat makan kecil di desa itu

“Huuaaa… Aku mau ikut ! Aku juga mau ikut memesan makanan !”

“Du-duk !”

“Oke !!” Neseli tegang

Guzel berjalan mendekati pemilik restoran dan menyebutkan nama makanan beserta minuman yang ingin ia pesan. Neseli duduk sambil menopang dagunya dengan kedua tangannya. Ia menghela nafas sambil bermurung. Baru pertama kali ini dia melakukan tindakan yang gegabah. Biasanya ia tidak pernah pergi dari rumah sebelum di izinkan oleh orang tuanya. Sungguh ia memiliki rasa penyesalan karena pergi mendadak seperti itu. Tapi, Neseli merasa tidak bisa menginggalkan Guzel sendirian. Ia masih ingat di pagi itu Neseli menguping pembicaraan Guzel dengan seorang pria sayangnya Neseli tidak melihat dengan jelas rupa orang tersebut. Seandainya waktu dapat berputar kembali. Mungkinkah itu ayahnya Guzel tapi tidak mungkin, ayahnya saja kabur seperti itu. Tidak mungkin, benar kan ?

Guzel duduk berhadapan dengan Neseli. Neseli memandang Guzel yang sepertinya sedang melamun memikirkan sesuatu. Neseli ingin menanyakan sesuatu tetapi ia luangkan hal itu lain kali dan membicarakan topic yang lain. Paling tidak dapat menghibur Guzel untuk saat ini saja.

“Hei hei Guzel ! Setelah kita makan bagaimana kalau berkeliling desa ini ?” Neseli memulai pembicaraan

“Ya, lagipula jika aku meninggalkanmu kau pasti akan nyasar” Guzel terus terang

Neseli memanyunkan bibirnya sambil cemberut. Matanya focus menatap Guzel tetapi Guzel memandang ke arah yang lain. Neseli berpikir bahwa ia merasa kehadirannya sangat jauh untuk Guzel yang sekarang ini sedang duduk di hadapannya. Padahal sudah beberapa hari mereka menghabiskan waktu bersama. Bahkan Neseli rela menolongnya dan membawanya ke rumah walaupun Guzel waktu itu merupakan orang asing untuk Neseli. Lalu pelayan mengantarkan makanan untuk mereka.

***

Sesuai dengan janji, mereka berdua mengelilingi desa Su dari ujung sampai ujung lainnya. Neseli senang dengan pemandangan yang baru ia lihat. Baginya selain melihat – lihat ibukota yang besar tak di sangka ada tempat yang lebih indah dari itu. Sungainya tampak bersih, banyak ikannya pula. Tapi warga di dalamnya sangat sedikit itulah desa terpencil. Sepertinya jarang ada pengembara yang datang kemari. Sayang sekali padahal desa ini sangat indah sekali jauh dari polusi yang di timbulkan oleh transportasi. Seandainya dunia sama seperti desa ini mungkin akan tampak lebih indah. Guzel menatap sesuatu di balik pohon ia merasakan kehadiran sesuatu. Ia segera memegang pedang yang ia pasang di bagian kaki kirinya.

“Guzel ?” Neseli kebingungan

“Ssst…”

Mereka berdua terdiam sambil menunggu sesuatu keluar dari pohon itu. Di tempat mereka berdiri sekarang tidak ada orang yang berlalu lalang karena mereka sedikit memasuki pedalaman di desa itu. Sambil meneguk ludah Neseli mengepalkan kedua tangannya menunggu aba – aba dari Guzel jika terjadi sesuatu. Makhluk itu muncul. Seekor anak rusa muncul.

“Rusa… Kau menakutiku Guzel !” Neseli berbalik dan berjalan kembali ke desa

Guzel Nampak yakin bahwa apa yang ada di balik pohon itu ada seseorang tapi mengapa malah rusa yang keluar. Ia merasa curiga tetapi Neseli sudah melangkah jauh meninggalkannya. Tanpa pikir panjang Guzel menyusul gadis itu. Neseli berjalan sambil menggerutu sendiri, ia merasa di permainkan tapi dalam hati ia tau kalau Guzel memang merasakan sesuatu tapi sudahlah.

Neseli memperhatikan seisi desa itu. Kenapa jadi lebih ramai dari sebelumnya ? Bergegas Neseli mendekati salah satu warga di dekatnya. Orang tersebut mengatakan bahwa di desa ini akan di adakan festival panen. Karena sekarang adalah musim panen bagi desa itu. Neseli membinarkan matanya ia berfikir ‘whoah festifal !’ sambil tersenyum senyum sendiri. Guzel bertanya kepada Neseli apakah ia mau ikut menonton acara festival desa ini. Tentu saja jawaban Neseli sudah dapat di tebak kan ?

Malam pun tiba dengan berbagai macam orang di sertai pakaian mereka yang unik. Warnanya beraneka macam hanya saja di pakaian mereka terdapat dua warna. Jadi, paduan warna pakaian mereka setangah setengah tetapi tetap terlihat polos. Bukan hanya itu saja yang membuat perhatian, ternyata mereka mengadakan acara bakar – bakaran. Maksudnya seperti membakar makanan dengan api unggun yang sudah mereka sediakan. Api unggun yang sangat besar. Pokoknya sangat meriah dan menarik minat orang lain.

Salah seorang wanita memberikanku daging rusa yang sudah di potong, aku hanya tinggal membakar daging itu di api unggun. Guzel pun begitu ia tetap berada di samping Neseli. Mereka berdua makan dengan damai sambil menikmati acara di desa ini. Senyuman polos yang menawan dari Neseli membuat Guzel merasa jauh lebih nyaman. Sudah lama lelaki ini tidak merasakan kehangatan dari orang lain. Guzel berharap kejadian ini bisa terus menerus ia rasakan. Tiba – tiba…

DORR

Terdengar suara peluru yang di tembakan. Neseli membelalakan matanya terkejut sedangkan Guzel memegang pedangnya berhati – hati. Terlihat beberapa pria mengenakan pakaian formal seperti seorang penjaga. Mereka membawa beberapa senjata yang cukup berbahaya contohnya adalah pistol yang barusan menembakan peluru. Guzel menyiniskan matanya sepertinya ia tau siapa orang – orang ini.

“Guzel Cesur…” ucap suara pria yang terdengar familiar

“Kau… Apa yang kau lakukan di sini ?” Guzel menekankan nadanya

“Sudah jelas bahwa saya datang untuk menjemput anda. Anda harus kembali” kata – kata itu tidak berubah sama sekali

“Aku tidak akan pernah mau kembali !” Guzel mengeluarkan amarah sambil mengayunkan pedangnya

Salah seorang pria berbaju formal itu menangkis serangan Guzel dengan pedang juga. Guzel mendecih lalu kakinya siap menendang saying sekali pria itu menepis semua serangannya.

“Guzel !” teriak Neseli “Apa yang kau lakukan pada rekanku !! Hiiaahh !” Neseli meluncurkan tinjunya

“Hentikan, Neseli !!” Guzel mencegahnya tetapi gagal

Kepalan tangan Neseli di tahan oleh pria yang lain dan perut Neseli di pukul dengan sangat kencang sehingga membuatnya mengeluarkan sedikit darah dari mulutnya. Guzel merasa tidak terima dan bermaksud untuk menyerang balik tetapi hal itu sia – sia tak lama sejak kejadian itu kepala Guzel terasa berat hanya saja ia tidak menyerah. Ia melemparkan serpihan tanah kepada pria yang mengawasinya. Setelah itu Guzel melarikan diri karena kemampuannya yang sekarang belum bisa menyelamatkan Neseli. Neseli pun ia tinggalkan dan segera mencari tempat yang aman.

***

Membuka mata perlahan sambil memfokuskan mata. Neseli merasa perutnya sakit sekali sehingga daya penglihatannya ikut terpengaruh. Ia menggeram kesakitan sambil memanggil nama Guzel tetapi tidak terdengar suara balasannya. Neseli membangunkan tubuhnya ia melihat sekeliling ternyata dia ada di penjarang ruang bawah tanah. Bukannya merasa ketakutan gadis ini malah terlihat senang, ia merasa baru pertama kali ini ia melihat penjara bawah tanah secara nyata. Ia merasa tidak sia – sia ikut dengan Guzel karena ia selalu mendapatkan suatu hal yang baru gadis ini tidak tau sama sekali bahwa sekarang ia mungkin akan berada dalam bahaya.

“Diam kau ! Seorang tahanan sepertimu jika tidak di beri pelajaran sepertinya tidak akan diam” seorang petugas itu menyodorkan benda tajam yang terlihat seperti obat bius

“Wow ! Apa itu ? Mungkinkah itu senjata baru ?” Neseli bertanya dengan polosnya

“Kau..!!” petugas itu tampak jengkel

“Cukup”

Hanya mengatakan satu kata itu sang petugas terlihat shock dan membalikan badannya ke arah sumber suara. Sepertinya orang itulah yang berkuasa di tempat ini atau mungkin itu adalah atasannya. Neseli tidak melihat dengan jelas wajah orang itu karena tempat ini lumayan gelap dan hanya ada obor kecil yang bisa menerangi. Neseli semakin penasaran dan mencoba mencari cara agar melihat orang itu dengan baik sayangnya orang yang bersangkutan sudah melangkah pergi bersama dengan petugas. Sayang sekali.

“Sebenarnya aku di mana ya ? Guzel juga tidak ada…” Neseli mencoba mencari celah untuk keluar

Neseli mencoba – coba membuka gembok penjara dengan jarum. Tidak berhasil walaupun sudah berusaha tetap tidak berhasil. Tapi Neseli tidak patah semangat walaupun sudah bermenit – menit yang lalu ia lakukan. Sejam, dua jam, tiga jam telah berlalu dan akhirnya Neseli menggeletakan tubuhnya di lantai. Apa kabar Guzel pikirnya. Neseli berfikir bahwa Guzel telah di tangkap tapi ia tidak ingat sama sekali semenjak perutnya di pukul secara tragis. Mencoba berfikir tetapi tetap tidak berhasil Neseli tidak tau harus berbuat apa kepalanya pun masih terasa sakit akhirnya ia memutuskan untuk kembali tidur.

DUK

DUK DUK

DUK DUK DUK

BRUAK

Terdengar suara yang jatuh dari atas membuat Neseli terbangun. Setelah ia terbangun dengan membelalakan matanya, pas, tepat di depannya Guzel berdiri sambil menatapnya, khawatir.

“Guzel…?” Neseli memanggil namanya ragu

Tak berapa lama Guzel melipatkan kedua tangannya kepada Neseli, memeluknya erat. Nafas Guzel tidak teratur seperti ia habis lari di kejar – kejar oleh banyak orang. Neseli mengelus pundaknya secara lembut untuk bisa menenangkan Guzel. Di saat seperti ini Neseli masih bisa memikirkan orang lain. Padahal dirinya sendiri yang sedang berada dalam bahaya.

“Maafkan aku.. Neseli… Aku sudah membuatmu dalam keadaan celaka” Guzel sedikit bergumam

“Apa maksudmu ?” Neseli mengangkat satu alisnya

“Kau tau kan aku yang menyebabkan kau jadi seperti ini”

“Guzel… Ternyata kamu lebih bodoh dari aku ya ? Haha” Neseli tertawa sedikit

“Kau ini di saat seperti ini masih saja bisa bercanda !” Guzel melepaskan pelukannya

“Tapi… Pada akhirnya kau datang menyelamatkanku bukan ?” Neseli tersenyum lembut

“…..kau bodoh”

Guzel menggendong Neseli ala tuan putri lalu melompat ke atas ke tempat di mana dia datang. Sambil menggendong Neseli, Guzel berlari dengan tatapan mata yang tajam. Ternyata sekarang sudah malam. Walaupun begitu Neseli tidak tau pasti kalau sebenarnya ia sudah tertidur seharian penuh. Mungkin karena perutnya yang di pukul kencang system kesadarannya jadi melemah. Setelah keluar dari tempat yang di sebut ‘penjara’ itu Guzel menurunkan Neseli dari gendongannya. Ia berpikir bahwa tempat ini sudah aman.

“Guzel, bagaimana kalau kita beristirahat ? Nafasmu sampa-“

“Aku tidak apa – apa” Guzel memutuskan pembicaraan Neseli

Neseli memandang Guzel sepertinya dia telah berusaha masuk ke dalam dengan usaha yang keras. Neseli tersenyum dan memukul pundak Guzel berusaha untuk menyemangati lelaki yang sudah menyelamatkannya ini. Lelaki cantik yang berhati tulus. Neseli senang tapi siapa sangka perasaan senangnya ini berarah ke tempat lain ?

Sambil terus berjalan Neseli membantu Guzel berjalan. Nampaknya Guzel sudah mulai kelelahan kemungkinan besar ia tidak bisa tidur karena memikirkan Neseli seharian itu. Tak lama ada sebuah rumah kayu kecil yang kosong tak jauh dari tempat mereka berdiri. Sepertinya itu tempat yang bagus untuk di jadikan peristirahatan.

Mereka berdua memasuki rumah kayu itu. Neseli menyalakan api untuk menghangatkan tubuh mereka ternyata ada terobong asap juga di rumah ini. Begitu api menyala tiba tiba ada suara jatuh di belakang Neseli. Gawat. Ternyata Guzel terjatuh, wajahnya memerah, nafasnya tidak teratur. Neseli mendekatinya sambil menyentuh kening Guzel. Panas. Bahaya, Guzel ternyata sedang demam. Keringatnya bercucuran banyak. Neseli menggotongnya tidur di atas ranjang satu – satunya rumah itu. Ia menyelimuti Guzel dengan selimut berharap demamnya turun dan ia sehat kembali. Sayangnya tidak ada makanan di rumah ini. Tapi di depan rumah ini ada sebuah sungai yang mengalir. Neseli bergegas mengambil air itu dengan ember kecil yang ada di pojokan rumah ini. Setelah mengambil air cukup ia berlari kembali ke dalam rumah. Berusaha mencari kain tapi tidak ada, gadis ini merobek ujung bajunya dan menyelupkannya ke dalam air. Sambil di peras ia meletakannya di atas kepala Guzel sebagai kompres. Masih terdengar suara terengah – engahnya Neseli menggenggam tangan kiri Guzel dan berdoa agar dia cepat sembuh.

“Guzel, maafkan aku.. Sepertinya aku masuk seenaknya dalam hidupmu. Aku terlalu ikut campur bahkan sampai membiarkanmu memasuki rumahku. Apakah aku ini malah menjadi beban untukmu ya” Neseli menaruh tangan Guzel di pipinya

“Tapi aku merasakan sebuah rasa sakit yang aneh. Apakah aku juga tertular penyakitmu ? Apa aku juga akan terkena demam ? Tapi kenapa rasanya berbeda ?” Neseli mengelus pipi Guzel

Neseli menatap Guzel halus, angin bersepoi sepoi melewati jendela rumah kayu itu. Membuat rambutnya jadi berterbangan kecil. Dan waktunya tiba untuk ia menutupkan kedua matanya. Tak lama Guzel membuka kedua matanya.

***

CIIT CIIIITT CIIITTT

Mungkin itu adalah suara burung kecil yang sedang bernyanyi. Neseli otomatis membuka matanya. Ia merasa aneh, begitu ia membangunkan tubuhnya ia tersadar ternyata ia sedang berada di atas ranjang. Lalu Guzel kemana ? pikirnya. Ia mencari Guzel di sekeliling rumah kayu yang rapuh itu. Tapi, ia tidak menemukan lelaki yang ia cari. Neseli berpikir kemungkinan besar Guzel meninggalkannya sendiri. Tidak. TIDAK !

“Ternyata kamu sudah bangun, Neseli” ucap Guzel sambil menepuk pundak Neseli dari belakang

Neseli sedikit terkejut “Apa maksudmu ? Jadi maksud kamu aku gak bisa bangun pagi ? Aku selalu bisa bangun pagi tau !” Neseli mengibaskan rambutnya

“Hahaha.. Oh ! Matamu berair Neseli” Guzel menyentuh air matanya

“Jangan sentuh !” Neseli menghindar

“Hah ?”

“Air mataku ini langka tau, jarang – jarang aku mataku bisa berair setelah bangun tidur” Neseli bertindak normal tetapi tetap dengan gayanya yang aneh

“O-ooh..”

Neseli berjalan menjauhi Guzel, ia sendiri tidak tau kenapa ia bisa mengeluarkan air mata seperti tadi. Aneh. Akhir – akhir ini Neseli merasa sangat aneh. Tidak seperti biasanya, walaupun aslinya dia aneh tapi bagi dia ini pertama kalinya ia merasa aneh. Bukankah orang yang bersifat aneh dan berfikir pertama kalinya bahwa dirinya itu aneh sangat jarang sekali ?

Mereka melanjutkan perjalanan kembali, kali ini Guzel berada di depan Neseli sedangkan Neseli berada di belakangnya. Tidak ada jarang di antara mereka hanya saja Neseli sedang tidak ingin berjalan di samping Guzel. Di sisi lain Guzel merasakannya, ia merasa Neseli mulai menjauhinya kemungkinan karena kejadian ia di tangkap itu sehingga membuatnya menjadi trauma. Pemikiran mereka berdua berbeda. Tapi intinya mereka masih bersama – sama.

“G-g-g-guzel…Kita sedang ke arah mana ?” Neseli sedikit gugup

“Kamu akan tau begitu kita sampai”

“Ngakkkk gak mauuu kasih tau seka-“

JDUKK

Kepala Neseli terbentur pohon, jika berjalan ia memang suka melihat ke arah kiri dan kanan tanpa tau apa yang ada di depannya.

“Sa….KIITT !! SAKIITT !!” Neseli merengek kembali

“Neseli ?!” Guzel terkejut lalu menghampiri Neseli

Sakit. Itu yang di rasakan Neseli. Darah segar bercucuran dari keningnya. Darah yang keluar tidak banyak seperti yang di bayangkan. Tapi kalau sudah sampai keluar darah seperti itu pasti rasanya sangat sakit sekali. Guzel mendekatkan dirinya melihat kening Neseli. Lukanya lumayan. Guzel mengambil sapu tangan di sakunya lalu membersihkan darah yang ada di kening Neseli lalu mengikatnya. Dengan begini darah di kening Neseli bisa berhenti keluar. Tiba – tiba Guzel menyium kening Neseli. Neseli hanya membulatkan matanya. Ia terkejut tapi tidak bisa bergerak.

“Hei.. Neseli ? Haloo ?” Guzel memanggil nama Neseli sambil mengibaskan tangannya di depan wajah Neseli

Neseli masih pelongo seperti orang bodoh. Apa itu barusan pikirnya. Gara – gara kejadian barusan Neseli jadi sedikit lelet dalam berfikir. Mereka melanjutkan berjalan kembali tapi kali ini makin parah Neseli selalu suka menabrakan dirinya ke pohon pohon yang mereka lewati. Untunglah Guzel berdiri di sampingnya ia jadi bisa memeganginya agar tidak salah arah. Mengapa Neseli jadi seceroboh ini pikir Guzel kali ini.

“Baik…Kita sudah sampai” Guzel berucap

Besar itulah kesan pertama Neseli melihat tempat ini. Seperti sebuah kerajaan tapi ini berbeda bangunannya memang terlihat lebih mewah tapi tidak semewah istana kerajaan. Lalu, tempat apakah ini sebenarnya ? Bahkan tempat ini jauh lebih besar dari rumah Neseli. Ya, itu wajar karena itu kan hanya sebuah rumah kayu yang di buat oleh ayah Neseli.

“Selamat datang, di rumahku” ucap Guzel

***


Author Note    : Wuhuuu~~ Selesai juga~ Sebenarnya niatku dalam satu kali rilis langsung tamat tapi ku urungkan niatku karena cerita ini masih blooming~ Jarang – jarang aku bikin alur cerita yang seperti ini. Bagiku yah namanya juga maniak mencoba melakukan hal yang baru. Tapi kita kembali lagi ke cerita~ Neseli ini tipenya orang yang aneh di gabungkan dengan seorang cowok cantik (Guzel) karena author ini memang tertarik sama cowok cantik KYAKYAKYA. Tapi pribadi Neseli yang aneh sulit di buat alami. Karena aslinya belum pernah bikin karakter yang bersifat seperti ini. Biasanya bikin karakter yang bersifat normal atau gak tipe yang serius. Tetap doakan akuuu untuk hasil yang lebih baik! (>w<)b