Rabu, November 23, 2011

Gadis Pendiam

Pada suatu hari ada satu orang gadis yang sangat pendiam yang bernama Anna. Ia selalu sendirian, karena itulah ia tidak memiliki yang namanya “Sahabat”. Ketika di sekolah Anna di panggil oleh 3 orang anak perempuan yang bernama Hinna, Klara & Fia.
            
Hinna               : “Hei !!!”
Anna                : “A-ada apa ?"
Fia                   : “Kenapa si ? Kau itu tidak pernah berbicara dengan yang lain ?”
Anna                : “Itu … Karena … Saya tidak terlalu suka …”
Klara                : “Hm ? Kenapa ? Padahal sangat menyenangkan sekali punya banyak temankan ?”
Anna                : “Saya tidak bisa menjawabnya …”
Hinna               : “Huh, ya sudahlah.”
            
Lalu setelah bel berbunyi.

Pak guru          : “Cepat kembali ke bangku kalian.”
Hinna               : “Ada apa, pak ?”
Pak Guru         : “Hari ini akan di adakan pelajaran secara berkelompok.”

Klara                : “Asikk ?!!!!!”
Pak guru          : “Lalu …”
Fia                   : “Lalu kenapa, pak ?”
Pak guru          : “Lalu, bapak akan memberitahukan kalau tiap kelompok terdiri dari empat orang. Dan bapak akan membagikannya.”
Semuanya       : “Baik, pak guru !”
            
Setelah sebagian kelompok telah di buat, lalu kelompok yang terakhir ternyata anggotanya Anna, Fia, Hinna & Klara.
 
Pak guru          : “Dan terakhir kelompok ke sepuluh Fia, Hinna, Klara dan …”
Klara                : “Dan siapa, pak ?”
Pak guru          : “Dan Anna !”
Fia                   : “Hah ?”
Hinna               : “Wah… wah … sepertinya tidak ada murid lagi yang tersisa jadi apa boleh buat. Anna ! Ayo berkumpul bersama kami.”
Anna                : “Baiklah …”

Seketika dalam kerja kelompok Anna hanya termangun diam.
 
Klara                : “Anna ? Kau kenapa ?”
Anna                : “Tidak ada apa – apa !”
Hinna               : “Sudah ! Jangan ngobrol ! Kita kan sedang mengerjakan tugas !”
Klara                : “Iya … Maaf !”

Lalu bel pulang sekolah berbunyi.

Fia                   : “Ahh …….. Leganya !”
Hinna               : “Iya kau benar ! Hei Klara ayo kita pulang !”
Klara                : “Begini, hari ini aku sudah berjanji pulang bersama dengan Anna ! Iya kan, Anna ?”
Anna                : “Hah ?”
Klara                : “Ayo kita pulang Anna !”
Anna                : “Baiklah.”

Seketika berjalan bersama dengan Anna, Klara pun mulai mengajak berbicara dengannya.

Klara                : “Begini Anna. Kenapa kau selalu menjadi anak pendiam di kelas ?”
Anna                : “ ….” Terdiam.
Klara                : “Hei, Anna !”
Anna                : “Saya benci !”
Klara                : “Eh ? Kenapa ?”
Anna                : “Dulu saya juga punya teman mungkin lebih dari teman yaitu sahabat ! Tetapi …. Dia telah mengecewakanku. Padahal dia telah berjanji akan menjaga rahasia denganku. Tetapi … Ia telah memberitahukan semuanya kepada anak – anak yang lain. *Hiks* Padahal saya sudah sangat mempercayainya ! Tetapi … Ia malah melakukan hal yang jahat seperti itu !”
Klara                : “Jadi begitu … Tetapi kau bisa kok mencari teman lagi ?! Tidak semua orang itu jahat ! Aku, Hinna dan Klara itu berbeda. Awalnya kami tidak saling kenal. Tetapi ketika kami saling kenal. Kami semua mulai memahami satu sama lain ! Pasti kami akan sangat senang jika kau mau menjadi sahabat kami ?!”
Anna                : Sambil tersenyum “Ia, terima kasih banyak Klara !”
Klara                : “Tidak perlu ! Mulai sekarang kita akan menjadi sahabat ya !”
Anna                : “Iya”

Ke esokan harinya.

Hinna               : “Anna ! Kami minta maaf !”
Anna                : “Untuk apa ?”
Fia                   : “Kami tidak tau bahwa kau punya pengalaman buruk seperti itu !”
Hinna               : “Benar ! Kami telah mendengarnya dari Klara !”
Anna                : “Klara ?”
Klara                : “Ia benar ! Mulai sekarang kau tidak perlu takut lagi karena kami akan menjadi sahabatmu ?!”
Anna                : “Terima kasih …. Kalian semua !”

Pada saat itu bel berbunyi.

Klara                : “Ayo, kita berkumpul !”
Anna                : “Baik !” 

Pak guru          : “Baik ! Bapak akan memberitahukan sebuah kelompok yang mendapat nilai paling terbagus ! Kelompoknya yaitu ….. Kelompok terakhir !
Fia                   : “Yee …… !!!”
Klara                : “Kita berhasil !”
Hinna               : “Ahaha ! Kelompok kita pasti menang !”
            
Ketika pembelajaran selesai, bel pulang sudah berbunyi Pak guru memanggil Anna ke kantor.

Anna                : “Ada apa, pak ?”
Pak guru          : “Sepertinya kau sudah memiliki banyak teman !”
Anna                : “Ya !”
Pak guru          : “Baguslah ! Jangan terus menjadi anak pemurung atau pendiam. Karena nanti kau yang akan menyesal !”
Anna                : “Baik, pak ! Saya mengerti.”
            
Pada akhirnya Anna dan 3 anak perempuan tersebut dapat menjadi sahabat. Dan Anna tidak akan pernah kesepian lagi.

Selasa, November 22, 2011

Kerudung Merah


Tudung Merah

            Pada suatu hari tinggallah seorang anak perempuan yang suka mengenakan tudung merah. Karena ia selalu memakai tudung merah maka ia sering di panggil si tudung merah. Ketika itu si tudung merah di panggil ibunya.
            Ibu                   : “Tudung merah !”
            Tudung Merah  : “Ada apa ibu ?”
            Ibu                   : “Tolong kamu kasih makanan ini kepada nenekmu yang berada di
hutan seberang sana !”
            Tudung Merah : “Baik, bu !”
Lalu tudung merah pun bersiap – siap untuk pergi ke rumah neneknya. Dalam perjalanan tudung merah melihat sebuah taman yang sangat indah.
            Tudung Merah : “Wah ! Indah sekali. Aku akan memetik bunganya untuk nenek !”
Ketika tudung merah memetik bunga, datanglah seorang pemburu menghampiri tudung merah.
Pemburu         :  ”Apakah kau melihat serigala berkluyuran di hutan ini ?”
Tudung Merah : “Maaf, aku tidak melihatnya !”
Pemburu         : “Begitu … Baiklah jika kau melihat tolong beritahu kepadaku.”
Tudung Merah : “Baiklah.”
Pemburu         : “Lalu sedang apa kau di hutan ini ?”
Tudung Merah : “Aku dalam perjalanan ke rumah nenekku !”
Pemburu         : “Kalau begitu berhati – hatilah.”
Lalu serigala mendengar percakapan mereka.
Serigala           : “Hm… Jadi begitu !”
Dalam perjalanan ke rumah nenek. Akhirnya tudung merah telah sampai ke rumah neneknya.
Tudung merah : Sambil mengetuk pintu. “Nenek ! Ini tudung merah !”
Serigala           : “Ehem … Silahkan masuk !”
Tudung Merah : “Nenek, kok suaranya beda ?”
Serigala           : “Iya, uhuk. Nenek sedang sakit. Masuklah, cu !
Tudung Merah : “Baik, nek.”
Lalu tudung merah memasuki rumah neneknya.
Tudung merah : “Kenapa nenek tidur di atas ranjang ?”
Serigala           : ”Soalnya nenek sedang sakit. Ayo mendekatlah, cu.”
Tudung Merah : “Kok nenek punya telinga yang sangat besar ?”
Serigala           : “Karena nenek ingin mendengar suara cucu nenek !”
Tudung Merah : “Kenapa nenek punya gigi yang sangat tajam ?”
Serigala           : “Karena aku akan memakanmu !”
Tudung Merah : “Ahh ….?!”
Serigala           : “Kemari kau !”
Tudung Merah : ”Tidak !!!”
Sang pemburupun mendengar terakan tudung merah. Lalu ia datang menghampiri.
Pemburu         : “Tudung merah ! Cepat merunduk !!”
Tudung merahpun merunduk dan sang pemburu segera menembak ke arah sang serigala.
“Dorr !” Suara senjata yang tepat mengenai serigala.
Dengan demikian serigalapun tertembak. Tudung merah merasa seperti mendengar sesuatu.
Nenek              : “Eng ….”
Tudung Merah : “Sepertinya ada sesuatu dibalik lemari itu !”
tudung merah pun menghampirinya.
Tudung Merah : “Nenek ! Apa nenek tidak apa – apa ?”
Nenek              : “Terima kasih kau sudah menolongku tudung merah.”
Tudung Merah : “Sebenarnya bukan aku, nek ! Yang telah menolong nenek adalah pemburu itu !”
Pemburu         : “Sudahlah, tidak perlu. Sebenarnya serigala ini telah banyak memakan hewan ternak. Dan pada akhirnya serigala ini bisa tertangkap juga.”
Tudung Merah : ”Lalu apa yang akan kau lakukan dengan serigala itu ?”
Pemburu         : “ Aku akan membawanya !”
Demikianlah, pada akhirnya nenek sang tudung merah telah di selamatkan. Dan sang pemburu kembali ketempatnya dengan mambawa sang serigala.

Tamat