Pada suatu hari ada satu orang gadis yang sangat pendiam yang bernama Anna. Ia selalu sendirian, karena itulah ia tidak memiliki yang namanya “Sahabat”. Ketika di sekolah Anna di panggil oleh 3 orang anak perempuan yang bernama Hinna, Klara & Fia.
Hinna : “Hei !!!”
Anna : “A-ada apa ?"
Fia : “Kenapa si ? Kau itu tidak pernah berbicara dengan yang lain ?”
Anna : “Itu … Karena … Saya tidak terlalu suka …”
Klara : “Hm ? Kenapa ? Padahal sangat menyenangkan sekali punya banyak temankan ?”
Anna : “Saya tidak bisa menjawabnya …”
Hinna : “Huh, ya sudahlah.”
Lalu setelah bel berbunyi.
Pak guru : “Cepat kembali ke bangku kalian.”
Hinna : “Ada apa, pak ?”
Pak Guru : “Hari ini akan di adakan pelajaran secara berkelompok.”
Klara : “Asikk ?!!!!!”
Pak guru : “Lalu …”
Fia : “Lalu kenapa, pak ?”
Pak guru : “Lalu, bapak akan memberitahukan kalau tiap kelompok terdiri dari empat orang. Dan bapak akan membagikannya.”
Semuanya : “Baik, pak guru !”
Setelah sebagian kelompok telah di buat, lalu kelompok yang terakhir ternyata anggotanya Anna, Fia, Hinna & Klara.
Pak guru : “Dan terakhir kelompok ke sepuluh Fia, Hinna, Klara dan …”
Klara : “Dan siapa, pak ?”
Pak guru : “Dan Anna !”
Fia : “Hah ?”
Hinna : “Wah… wah … sepertinya tidak ada murid lagi yang tersisa jadi apa boleh buat. Anna ! Ayo berkumpul bersama kami.”
Anna : “Baiklah …”
Klara : “Dan siapa, pak ?”
Pak guru : “Dan Anna !”
Fia : “Hah ?”
Hinna : “Wah… wah … sepertinya tidak ada murid lagi yang tersisa jadi apa boleh buat. Anna ! Ayo berkumpul bersama kami.”
Anna : “Baiklah …”
Seketika dalam kerja kelompok Anna hanya termangun diam.
Klara : “Anna ? Kau kenapa ?”
Anna : “Tidak ada apa – apa !”
Hinna : “Sudah ! Jangan ngobrol ! Kita kan sedang mengerjakan tugas !”
Klara : “Iya … Maaf !”
Anna : “Tidak ada apa – apa !”
Hinna : “Sudah ! Jangan ngobrol ! Kita kan sedang mengerjakan tugas !”
Klara : “Iya … Maaf !”
Lalu bel pulang sekolah berbunyi.
Fia : “Ahh …….. Leganya !”
Hinna : “Iya kau benar ! Hei Klara ayo kita pulang !”
Klara : “Begini, hari ini aku sudah berjanji pulang bersama dengan Anna ! Iya kan, Anna ?”
Anna : “Hah ?”
Klara : “Ayo kita pulang Anna !”
Anna : “Baiklah.”
Seketika berjalan bersama dengan Anna, Klara pun mulai mengajak berbicara dengannya.
Klara : “Begini Anna. Kenapa kau selalu menjadi anak pendiam di kelas ?”
Anna : “ ….” Terdiam.
Klara : “Hei, Anna !”
Anna : “Saya benci !”
Klara : “Eh ? Kenapa ?”
Anna : “Dulu saya juga punya teman mungkin lebih dari teman yaitu sahabat ! Tetapi …. Dia telah mengecewakanku. Padahal dia telah berjanji akan menjaga rahasia denganku. Tetapi … Ia telah memberitahukan semuanya kepada anak – anak yang lain. *Hiks* Padahal saya sudah sangat mempercayainya ! Tetapi … Ia malah melakukan hal yang jahat seperti itu !”
Klara : “Jadi begitu … Tetapi kau bisa kok mencari teman lagi ?! Tidak semua orang itu jahat ! Aku, Hinna dan Klara itu berbeda. Awalnya kami tidak saling kenal. Tetapi ketika kami saling kenal. Kami semua mulai memahami satu sama lain ! Pasti kami akan sangat senang jika kau mau menjadi sahabat kami ?!”
Anna : Sambil tersenyum “Ia, terima kasih banyak Klara !”
Klara : “Tidak perlu ! Mulai sekarang kita akan menjadi sahabat ya !”
Anna : “Iya”
Ke esokan harinya.
Hinna : “Anna ! Kami minta maaf !”
Anna : “Untuk apa ?”
Fia : “Kami tidak tau bahwa kau punya pengalaman buruk seperti itu !”
Hinna : “Benar ! Kami telah mendengarnya dari Klara !”
Anna : “Klara ?”
Klara : “Ia benar ! Mulai sekarang kau tidak perlu takut lagi karena kami akan menjadi sahabatmu ?!”
Anna : “Terima kasih …. Kalian semua !”
Pada saat itu bel berbunyi.
Klara : “Ayo, kita berkumpul !”
Anna : “Baik !”
Pak guru : “Baik ! Bapak akan memberitahukan sebuah kelompok yang mendapat nilai paling terbagus ! Kelompoknya yaitu ….. Kelompok terakhir !
Fia : “Yee …… !!!”
Klara : “Kita berhasil !”
Hinna : “Ahaha ! Kelompok kita pasti menang !”
Ketika pembelajaran selesai, bel pulang sudah berbunyi Pak guru memanggil Anna ke kantor.
Anna : “Ada apa, pak ?”
Pak guru : “Sepertinya kau sudah memiliki banyak teman !”
Anna : “Ya !”
Pak guru : “Baguslah ! Jangan terus menjadi anak pemurung atau pendiam. Karena nanti kau yang akan menyesal !”
Anna : “Baik, pak ! Saya mengerti.”
Pada akhirnya Anna dan 3 anak perempuan tersebut dapat menjadi sahabat. Dan Anna tidak akan pernah kesepian lagi.