Kamis, Agustus 01, 2013

See You 3



See you 3

Rating : T
Genre : Drama & Romance
Chara : Maki Fuyu, Sanada Aki, Kitayama Kei, Minamoto Zen, Kouchi Mimi, etc





"Apa kau lupa tentang hubungan kita dulu ?" Tanya Zen sambil menatapku tidak percaya

"A-apaan si ? A-aku tidak mengerti maksudmu !"

"Taman - waktu kecil - jatuh - bukit" ucapnya sepatah - patah

"Taman ? Waktu kecil ? Jatuh ? Bukit ... ?"

"Kau itu benar -benar bodoh ! Apa kau lupa ?! Hah ! Lantas cewek bodoh sepertimu pasti lupa !" Zen memulai berbicara lebih kasar dari sebelumnya

Aku yang sejak tadi menahan emosi akhirnya mulai berbicara dan berkata jauh lebih kasar.

"HEH ! COWOK BRENGSEK ! Aku tau kau KAYA ! Kau hidup enak ! Tapi jangan pernah kau mengataiku BODOH ! Antara kau dan aku justru kau yang lebih BODOH !" Bentakku sedikit berteriak

Sekarang dia malah terdiam. Menunduk ke bawah tanpa melihat ke arahku sedikitpun. Oh ... Aku mulai merasa bersalah sekarang. Tapi, dia kan yang mulai duluan. Aku tidak ingin selalu mengalah. Karena jika seperti itu terus menerus maka dia akan menjadi keras kepala.

"Gomen(1) ... Sebenarnya ... Aku tidak berniat membuatmu marah sama sekali. Tetapi ternyata tidak bisa ya ... Memang sejak dari kecil kita sering bertengkar ..."

Ekspresinya berubah, jauh lebih lembut dari sebelumnya. Raut wajah menyesalnya benar - benar sungguhan. Dia serius mengatakannya, aku yakin.

Tetapi ... Walaupun begitu aku berusaha keras untuk mengingat masa laluku. Jangan - jangan aku ini amnesia ya ? Ah ! Gak mungkin. Kalau aku amnesia pasti aku segera di beritahu orang tuaku dan ada surat keterangan dari dokter. Lagi pula selama ini aku belum pernah mendapat penyakit yang parah.

"Waktu itu ... Aku menjatuhkan gantungan kunci kesayanganmu. Ketika kau ingin mengambilnya tiba - tiba kau terpeleset dan terjatuh dari atas bukit yang sedikit jurang" jelasnya

Tunggu ... Aku terjatuh dari bukit ? Ah ! Eh ! Ya ! Benar ... Aku terjatuh dari bukit karena ingin mengambil gantungan kunci berbentuk bintang itu !

Flashback ON

Hari ini aku berlibur bersama dengan semua teman - temanku di TK. Rasanya senang ... sekali. Kami mendaki ke puncak gunung. Waktu itu aku bersama dengan Zen. Temanku. Bukan, lebih tepatnya sahabatku. Dia suka sekali berbicara kasar. Tetapi sebenarnya niatnya baik. Aku tau itu karena dia selalu ada di sisiku. Banyak yang iri pada kami, karena kami selalu bersama - sama. Padahal kami selalu adu mulut tiap kali bertemu. Tetapi kami berniat tidak melakukannya hanya untuk momen spesial ini. Oleh karena itu kami tidak akan berbicara kasar. Hanya hari ini.

"Fuyu-chan, itu apa ?" Tanya Zen sambil menunjuk gantungan kunci yang sengaja ku pakai di tasku

"Ini gantungan kunci bintang ! Okasan(2) yang membuatkannya untukku sebagai hadiah ulang tahunku" jelasku sambil tersenyum lebar

"Bolehkah aku melihatnya ?"

"Tentu saja !"

Aku melepaskan gantungan itu dari tasku dan ku serahkan padanya.

"Suge(3)~ !" Ia memperhatikannya sambil berjalan

"Ehehehe" aku tertawa melihat ekspresinya

Tiba - tiba

BUG !

Zen tersandung

"Itai(4) !" Kesalnya

"Daijoubu ka(5) ?"

"Un(6) ah ! Gantunganmu !" Ia terkejut ketika melihat barang itu tak ada di tangannya

Kami berdua segera mencarinya di sekeliling kami. Syukurlah aku melihatnya. Benda itu tersangkut di tiang pembatas jalan. Segera aku berlari dan mengambilnya.

"Itu berbahaya, Fuyu-chan !"

"AHH !!!" Aku terjatuh

"FUYU-CHAN !"

Ketika Zen menarik tanganku ia ikut terjatuh bersamaku dari atas tebing itu. Dan untungnya kami masih hidup. Ku pikir Zen akan mati bersamaku. Syukurlah kami berdua masih hidup.

Flashback OFF

"Aku ingat ! Kau Zen ! Bocah yang suka berbicara kasar tetapi memiliki niat yang baik !"

"KASAR ??? Apakah aku sekasar itu ? Ku rasa waktu kecil sikapku itu keren" ucapnya sambil melakukan pose gaya sok-cool

"Mana ada orang keren yang mengatakan bahwa dirinya itu keren ?"

"Lihat ini !"

Oh ! Oh ! Itu gantungan kunci kesayanganku ! Gantungan kunci bintang ! Tetapi kenapa bisa ada di tangannya ? Padahal bukankah kita terjatuh dari atas jurang bersama - sama ? Bagaimana bisa ?

"Kenapa ... Benda itu ada di tanganmu ?"

"Sebelum aku tidak sadarkan diri, aku menggenggam erat benda ini. Ini benda berharga untukmu, bukan ?" Ucapnya sambil menyerahkannya padaku

Aku menggangguk lalu menggeleng.

"Untukmu saja, anggap saja itu adalah hadiah karena sebenarnya kau ingin melindungiku waktu itu"

"Memang benda ini bisa apa ?" Tanyanya jutek

"Bisa mengabulkan permohonanmu ! Lihat ! Bentuknya bintang bukan ? Anggap saja itu adalah bintang sungguhan. Banyak orang yang meminta permohonan pada bintang loh ..." seruku tersenyum sambil menghayati kalimatku itu

"C-cih !!" Zen membuang muka

"Kau kenapa ?"

"A-sudah malam !! Sebaiknya kau pulang ! Cepat ! Akan ku antar kau"

Dia bergegas keluar sambil memasang muka yang menurutku kesal bercampur malu. Aneh.

Hanya dalam waktu 10 menit dia telah mengantarku sampai depan rumah. Apakah kalian tau ? Dia mengebut bagaikan ke sambet setan. Bayangkan saja, lampu lalu lintas masih berwarna merah tetapi dia berani main serobot !! Seandainya tempat itu ada polisi pasti aku akan benar - benar pulang larut malam.

"Arigatou(7) sudah mengantarku pulang. Jaa(8) !"

"Oi !"

"Nani(9) ?"

"Iie(10), kau boleh masuk ke dalam. Lagi pula aku tidak ingin berlama - lama."

Aku mengangguk dan langsung masuk ke dalam. Sementara itu suara motor Zen terdengar semakin jauh.


Di hari - hari yang ku lalui ini, sepertinya banyak hal yang ku lupakan. Ada apa sebenarnya denganku ya ... Atau jangan - jangan aku sengaja melupakannya karena memori itu tidak berarti untukku ? Oh, tidak  ! Bagiku semua memori itu sangatlah penting. Tak ada satupun dari mereka yang tidak penting. Tetapi mengapa aku tidak dapat mengingatnya sampai sekarang ? Justru jika tidak di beritahukan detailnya aku hanya bisa merasa pusing memikirkannya.

Baiklah, aku tidak ingin hal itu menggangguku dalam sekolah. Lagipula sekarang aku berada di dalam kelas dan sedang mendengarkan guru menerangkan mata pelajaran matematika di depan.

Sambil menjelaskan guru itu menulis angka di papan tulis sementara aku sedang melihat ke arah jendela dan memandangi lapangan sekolah yang tampak sepi.

"Haaaahh ..."

Entah mengapa aku merasa kosong seperti ini. Begitu banyak pikiran sekali aku ini. Bayangkan saja, pertama Aki kedua Zen lalu selanjutnya ?

"Maki-san !!!"

"Huaa !!"

Oh, sial ... Ternyata guruku menyadari kalau aku sedang bengong (?) Semua teman - teman sekelasku pada tertawa sedangkan aku sendiri malu sambil menundukkan kepala.

'Memalukan !' ucapku dalam hati


Pada saat jam istirahat aku ke atap sekolah. Di sana sudah seperti kantin bagiku. Lagipula karena aku selalu membawa bento(11), aku tidak perlu ke kantin untuk membeli makan maupun minuman. Lebih sehat masakkan rumah, bukan ?

Sesampainya aku membuka pintu terlihat Kei sedang berbaring tidur di lantai. Aku berpikir apa yang dia lakukan di sini.

Sementara itu aku berjalan masuk dan menjauh dari tempat dia berbaring. Aku tidak ingin berurusan dengan cowok yang di sebut 'playboy' itu.

Aku duduk di bangku yang letaknya sekitar 10 meter jauh darinya. Sambil makan, ternyata dia sama sekali tidak menyadari kehadiranku. Sepertinya dia sedang tertidur. Ya sudah, selama dia tidak menggangguku aku lanjutkan makan saja.

Bel tanda waktu istirahat selesai sudah berbunyi. Tetapi sampai sekarang dia masih belum bangun juga. Jangan - jangan sebenarnya dia pingsan ?

Walaupun aku masih ragu mendekatinya tetapi akhirnya aku nekat juga. Lagipula aku hanya ingin memberitahukan kalau bel masuk sudah berbunyi.

"Kei ! Bangun !"

Sambil terus memanggil dan mengguncangkan tubuhnya ia tetap tidak bangun - bangun malah tanganku ia tepis. Sepertinya dia ini sengaja tidur di sini sampai pulang sekolah. Baiklah, aku akan meninggalkan orang ini.

Ketika aku berjalan dan berada di depan pintu ada suara mengatakan

"Kau pengganggu"

Aku berhenti lalu memandanginya dan berkata

"Lebih baik jadi pengganggu dari pada menjadi orang yang selalu bolos dalam waktu belajar di sekolah"

Setelah mengatakannya akhirnya aku berjalan turun ke bawah. Aku mendengar suara orang tertawa. Pasti Kei yang melakukannya.


Di dalam kelas yang tak terasa sudah sepi ini aku bersiap untuk pulang ke rumah. Masih ingatkan prinsipku pulang sampai semua murid yang ada di sekolah tampak tinggal sedikit ?

Oke, semua barangku sudah ku masukkan ke dalam tas. Ketika aku ingin membuka pintu ternyata Aki sudah membukanya.

"Fuyu-chan ! Ano(12) ... Maukah kau pulang bersamaku ?"

Aki tampak seperti orang yang kehabisan nafas. Sepertinya ia baru saja berlari - lari. Apakah untuk mencariku atau karena ada hal lain ?

Ternyata benar, ia sedang di kejar - kejar oleh Zen. Dan sekarang Zen malah ikut - ikutan berkata

"Fuyu ! Hari ini pulang bersama denganku !"

Uwah, ini si terlalu berlebihan. Entah mengapa aku seperti gadis yang berada dalam game dan sedang di perebutkan oleh dua lelaki. Ah, kok jadi agak konyol si ?

"Tunggu, aku ... Oya Zen ! Barusan ada seorang cowok yang mencarimu. Dia berbicara tentang projek kalau tidak salah" jelasku

"Sial ! Aku lupa"

Zen pun berlari cepat mencari lelaki itu. Ternyata dia itu tipe orang yang lupa akan janji dan urusannya sendiri.

Sekarang aku berdua dengan Aki. Ya, aku pun akhirnya pulang bersama dengannya. Kami saling pandang dan tersenyum.

"Ayo, Fuyu-chan" ajaknya

Aku mengangguk dan berjalan bersama dengannya.


"Lupa ingatan ?" Seru Aki ketika aku memberitahukan bahwa kenangan masa laluku tentang Aki dan Zen sama sekali tak ku ingat

"Ya ... Entahlah ... Sepertinya aku keturunan ayahku yang lupa akan masa lalu yang indah" ucapku dan menghembus nafas

Sambil berjalan aku bercerita kepada Aki. Tentang semua kejadian yang ku ingat di masa lalu. Tetapi entah mengapa aku merasa tidak ada hal yang menimpaku atau hal yang dapat membunuhku karena lupa ingatan seperti itu.

"Sudahlah ... Tak apa - apa. Nanti juga sedikit demi sedikit dapat teringat kembali" Aki mulai mengusap kepalaku

"Entah mengapa aku yang lebih pantas mengusap kepalamu"

Kami tertawa. Mungkin benar yang di katakan olehnya. Sedikit demi sedikit pasti aku tau apa penyebabnya. Tapi yang membuatku bingung. Kenapa aku harus punya memori indah dengan kedua lelaki itu ? Apa aku tidak punya teman perempuan ya ?

Aku berhenti sejenak melihat toko yang menjual kue. Oh ! Ada kue blackforest ! Aku ingin membelinya tetapi sayang sekali aku tidak memiliki uang karena aku menghabiskannya untuk membeli peralatan sekolah yang baru.

"Fuyu-chan mau kue itu ?" Ucap Aki yang tau akan pemikiranku

"Ehehe ... Tidak kok ...! Ayo kita pulang sebelum gelap"

Aku jalan duluan lalu Aki mengikutiku.


"Fuyu ... Kau sudah pulang ..."

Okasan sedang memasak sesuatu di dapurnya. Wanginya enak sekali. Aku yang baru saja pulang dari sekolah langsung duduk di ruang makan.

"Okasan, bolehkah aku bertanya sesuatu ?"

"Apa itu ?"

"Apakah aku punya penyakit ?"

"Penyakit ?" Okasan menghentikan gerakannya saat memasak

"Hm ... ku pikir tidak ada. Kau 100% normal kok !" Lanjutnya sambil meneruskan memasak

"Sou desu ne(13) ..."

"Kenapa tiba - tiba kau menanyakan hal itu ?"

"Nande monai(14) !"


Apakah Okasan menyembunyikan sesuatu dariku ya ? Tapi, caranya bicara sepertinya tidak ada yang ia sembunyikan. Mungkin memang aku tipe anak yang pelupa.

Ketika aku berjalan sendirian aku melihat Aki sedang tersenyum sambil mengusap kepala anak kucing. Manis ... Memang pas dengan karakternya.

Tiba - tiba ia mengetahui keberadaanku lalu tersenyum sambil melambaikan tangan.

"Fuyu-chan, Ohayou(15) !"

"Ohayou ..." jawabku membalas senyumnya

"Pergi bersama ?"

"Ya, ayo ke sekolah bersama"

Kami berjalan bersama lagi. Aku merasa lebih nyaman bersama dengan Aki. Mungkin karena sikapnya yang lemah nan lembut itu. Lalu orangnya tenang dan mengerti situasi. Itu sangat membuatku lebih tenang.

"...chan.. Fuyu-chan !"

DEG

Pasti aku lagi - lagi bengong sampai - sampai Aki yang memanggilku dari tadi tak ku dengar.

"A-ah ... Maaf aku tidak mendengarmu ..."

DEG DEG

Wajahnya terlalu dekat. Aku sampai tersentak ke belakang dan terjatuh. Sakit sekali rasanya.

"Daijoubu ?"

Dia mengulurkan tangan sambil membuat ekspresi bersalah. Ini si terlalu baik sekali. Biasanya kalau orang lain pasti akan tertawa.

"Hai'(16)"

Aku menerima uluran tangannya dan bergegas berdiri, belakang punggungku terasa agak sakit. Sepertinya aku terjatuh dengan sangat tidak enak di lihat. Kakiku juga rasanya sakit.

"Apa kau mau ku gendong ?"

"..... ..... ..... ..... ..... EHH ??!!!"

Aki jongkok dan menghadap membelakangiku bersiap untuk menggendongku.

"T-tidak usah ! Aku baik - baik saja kok"

Aku berdiri dan melanjutkan berjalan. Sambil menutupi wajahku dan menunduk ke bawah aku berjalan dengan cepat dan Aki menyamai caraku berjalan. Ku harap dia tidak melihat wajahku yang terasa panas ini.


"...baik silahkan beristirahat"

Sensei(17) merapihkan barang - barangnya dan berjalan keluar kelas. Di saat yang sama Mimi menghampiriku dengan senyum yang menurutku bagaikan iblis (?)

"Kenapa kau tersenyum seperti itu ?"

"Mau tau ?"

"Jika kau tidak ingin memberitahukannya padaku ya sudah" ucapku sambil bergegas menuju atap sekolah

"C-c-c-chotto(18) !!! Sebenarnya aku sedang mengerjai si 'playboy' itu"

Oh ! Pasti dia sedang membicarakan Kei. Entah mengapa kami mulai menjulukinya 'playboy' dari pada memanggil namanya. Karena memang ia pantas mendapat sebutan seperti itu soalnya ia memiliki sikap yang berada di luar dugaan.

"Lalu apakah itu ?"

"Aku akan memberitahukanmu nanti pulang sekolah"


Sampailah aku di atap sekolah. Untung saja jam istirahat masih ada sisa sekitar 20 menit atau tidak aku pasti tidak dapat menikmati sosis dan telur gulung ini.

Aku melahap bento itu dengan sedikit hyper. Karena perutku sudah tidak bisa menahannya lagi. Aku lapar dan aku berada dalam masa pertumbuhan. Tidak ada salahnya makan banyak - banyak asalkan makanan itu tidak banyak memiliki lemak. Bisa - bisa nanti berat badanku naik 2 atau 3 kilo lagi.

"Cepat Aki !"

Aku mendengar seseorang meneriakkan nama Aki dari bawah. Ketika aku melihat ke bawah terlihat Aki sedang berlari menghampiri cowok yang memanggilnya tadi. Sisanya aku tidak mendengar apa yang mereka bicarakan. Cowok itu sepertinya sedang memarahi Aki sedangkan Aki menundukkan kepalanya berkali - kali.

Sesaat ia melihat ke atas dan melihatku. Dia tersenyum sambil melambaikan tangan aku pun membalasnya dengan hal yang sama di lakukannya.

Sepertinya itu temannya. Hebatnya dia dapat cepat bergaul dengan orang lain di bandingkan denganku yang jarang ingin berbicara dengan orang yang tak di kenal selain ada hal penting.

DING DONG
DING DONG

Oh celaka ! Makananku harus cepat ku habiskan !


"Mimi, kau bilang ingin memberitahukan padaku !"

"Baik, ikut aku"

Aku tidak tau rencana seperti apa yang akan ia lakukan pada si 'playboy'. Tapi, aku rasa itu adalah sesuatu hal yang berbahaya. Apakah apa yang ku pikirkan ini benar ?

"Kochi(19) !"

Aku menghampiri Mimi dan membungkuk di balik semak - semak. Tampak di depanku Kei sedang berjalan mendekati kolam ikan. Oh ! Jangan bilang Mimi akan melakukan tindakan ekstrim dan ... kenapa ia membawa bola basket ? Ini benar - benar tak bisa ku bayangkan.

"X point !" Gumam Mimi

Tiba - tiba ia berdiri ketika Kei sudah berada tepat di pinggiran kolam itu. Lalu Mimi bersiap sedia untuk melempar bola basket itu ke arahnya. Oh, tidak aku tidak ingin melihatnya. Mimi melempar bola itu dan ... Headshot !! Kei tercebur ke dalam kolam itu.

"Jack point !!" Mimi menyeringai gembira dan berjalan meninggalkan Kei dalam posisi yang 'kecipak kecipuk' dalam kolam

"Apa tak apa kita meninggalkan dia seperti itu ?" Tanyaku yang merasa berdosa tidak melakukan apapun untuk menolongnya

"Biarkan saja !" Ketusnya

Aku terdiam dan membalikkan tubuhku.

"Kau mau kemana ?"

"Ada barang yang tertinggal" ucapku dan berlari menuju Kei berada

Wah ! Dia masih 'kecipak kecipuk' dalam kolam ikan. Ku rasa sepertinya dia tidak bisa berenang atau sejenisnya.

"T-tolong aku !"

Aku masih melihat tingkahnya di kolam itu. Aku tersenyum dan mengeluarkan keitaiku lalu mengambil fotonya. Akan di jual berapa ya ?

"T-tolong ..."

Dalam hati sebenarnya aku tertawa melihatnya seperti itu. Ternyata aku punya sisi jahat juga. Tapi kan sebenarnya kolam itu ...

"Diam dan jangan banyak tingkah ! Coba kau tapakkan kakimu !" Tegasku

Akhirnya ia menghentikan aktivitasnya dan menuruti perintahku. Seketika itu dia terdiam cukup lama lalu tertawa kecil.

"Ehehe ... Ternyata cetek ya ... Ehehe ..."

"Jangan hanya tertawa saja ! Cepat naik ke atas apa kau mau bermain bersama ikan itu ?"

"Hai' ... Hai' ..."

Dia pun naik ke atas kolam. Uhh ... Pakaiannya basah semua. Sampai - sampai air menetes turun deras dari baju dan celananya.

"Sebaiknya kau ganti pakaian olah raga deh ..."

"Tapi, aku hanya membawa celana olah raga saja"

"Oh, itu urusanmu"

Aku berjalan meninggalkannya. Peranku di sini adalah menjadi orang jahat, ya ? Baiklah ... Baik ... Aku akan bertingkah baik satu kali saja.

"Aku bawa baju olah raga. Kau harus mengembalikannya besok"

Ia tersenyum bahagia. Kenapa aku harus melakukan hal itu. Padahal aku sedikit setuju dengan apa yang di lakukan Mimi padanya. Ya sudahlah, aku juga manusia punya hati nurani.

Aku berdiri menunggu ia selesai mengganti pakaian di depan ruang kamar mandi. Lama sekali dia berganti pakaian saja. Biasanya kan cowok cepat melakukan hal seperti itu.

Tak lama kemudian sosok Kei keluar dan tak ku sangka pakaianku pas dengannya mungkin karena aku lebih suka baju yang kebesaran di banding yang ketat.

Aku melihat kelakuannya. Ia sedang mencium baju olah ragaku. Entah mengapa aku merasa dia ini bertingkah seperti hewan.

"Apa yang kau lakukan ?"

"Bajumu ini ... Ada wangi tubuhmu"

"..... ..... ..... KAU BILANG APA ?!!"

Aku sudah menyiapkan kepalan tinjuku untuk menonjok wajah si 'playboy' brengsek satu ini. Emosiku meledak sudah. Bukannya berterima kasih ia malah melontarkan kalimat pelecehan seperti itu.

"H-hey ! Aku tidak bermaksud hal yang negatif. Kalau kau tidak percaya coba saja"

Tiba - tiba ia mendekatiku dan ... Ia MEMELUKKU !!! Aku mencium wangi bunga di tubuhnya. Huaaaa !!! Ini memalukan. Apa yang ku pikirkan barusan.

Di saat bersamaan Zen berdiri di sebelah kami.

"Apa - apaan ini ?" Ucapnya syok

Gawat ! Zen melihat adegan ini ! Bisa - bisa aku akan di lecehkan dan di katai bahwa aku di peluk oleh seorang raja 'playboy'. Apa yang harus aku lakukan sekarang ?


TO BE CONTINUED

Notes :
1.     Gomen         : Maaf
2.    Okasan         : Ibu
3.    Suge             : Hebat / keren
4.    Itai               : Sakit
5.    Daijoubu ka  : Kau baik – baik saja
6.    Un               : Ya
7.    Arigatou       : Teerima kasih / makasih
8.    Jaa               : Sampai nanti
9.    Nani            : Apa
10.  Iie                : Tidak
11.   Bento           : Bekal
12.  Ano             : Itu (Kalimat yang di ungkapkan untuk bingung ingin bicara apa seperti ‘umm …’)
13.  Sou desu ne  : Jadi begitu
14.  Nande monai         : Tidak ada apa – apa
15.  Ohayou        : Pagi / selamat pagi
16.  Hai              : Baik
17.  Sensei           : Guru
18.  Chotto         : Tunggu
19.  Kochi           : Sini

See You 2



See you 2

Rating : T
Genre : Drama & Romance
Chara : Maki Fuyu, Sanada Aki, Kitayama Kei, Minamoto Zen, Kouchi Mimi, etc




"Mohon bantuanmu, Fuyu-chan" ucap Aki sambil tersenyum ke arahku

BRAKK

"Jangan sok akrab !" bentak Zen kepadanya

Kok jadi begini ?

"Minamoto-san ! Kau tidak boleh bersikap seperti itu kepada murid baru" tegas Ayuzawa-sensei(1)

"Cih" Zen kembali duduk dengan emosi tinggi yang tergambar pada wajahnya

Sebenarnya apa hubungan mereka berdua ? Tetapi sepertinya mereka tidak saling kenal. Tapi, kenapa Zen sampai marah seperti itu ? Apa dia tidak suka dengan Aki ?

"Allright, Sanada-san. Duduklah di samping kanan Maki-chan. Bangku itu kosong." suruh sensei

"A-apa ?" Zen mulai tampak kesal lagi

"Shut Up ! Minamoto-san di sini aku gurumu ! Baik Sanada-san, douzo(2) .."

Sepertinya hari - hariku berubah semenjak mereka berdua di pertemukan. Padahal aku tidak tau kenapa. Kapan aku bisa menjalani hari - hari yang menyenangkan ?


"Ini ruang perpustakaan, di sebelahnya ada laboratorium" ucapku

Sekarang aku sedang menunjukkan tempat - tempat yang ada di sekolah ini kepada Aki. Dan kalian tau Zen sampai ikut - ikutan. Padahal aku menyuruhnya untuk tetap di kelas tapi dia malah mengomel - ngomel padaku. Selain itu juga banyak anak perempuan yang melihat ke arahku dengan tatapan yang tidak bersahabat. Mungkin, karena aku bersama dengan mereka berdua.

Lalu tempat terakhir ruang UKS.

"Sampai sini, Aki. Jika kau ingin bertanya silahkan" ucapku

"Aku ... Aku ingin ke atap sekolah." jawabnya sambil membayang - bayangkan sesuatu

"Dasar ! Kalau mau ke atap sendiri saja sana !" bentak Zen yang terlihat sudah bad mood dari awal kedatangan Aki ke sini

"Sudah !!! Bisakah kau lebih baik sedikit pada Aki ? Dia tidak punya salah apa - apa tau ? Ayo Aki ! Aku temani kau" kesalku dan menarik tangan Aki menuju atap dan meninggalkan Zen di belakang

Sebenarnya apa si masalahnya ? Menyebalkan. Padahal Aki kan baik kenapa dia marah - marah seperti itu. Memang dia pikir dia siapa si. Tuh kan lagi - lagi aku emosi tiap kali berbicara tentangnya.

Akhirnya kami berdua sudah sampai di atap. Aku yang berjalan sambil menggerutu terus sedangkan Aki dengan wajahnya yang agak ketakutan membuatku merasa bersalah akan perbuatanku.

"Maaf, Aki. Sepertinya aku emosian ya orangnya" ucapku sedikit tersenyum

"Tidak apa ... Aku senang dapat bertemu Fuyu-chan lagi. Dan aku menyukai tempat seperti di atap gedung ... Tempat pertama kali kita bertemu .." serunya sambil memandang langit dengan senyum halusnya

Pertama kali bertemu ?

Di atap gedung ?

Atap gedung ...

T-ternyata ... Dia !

Flash Back ON

Hari ini aku ingin menjenguk Otousan(3) yang berada di dalam rumah sakit. Karena Otousan terlalu pekerja keras, ia bahkan meluangkan waktu kosongnya untuk di isi dengan pekerjaannya yang belum selesai. Sepertinya Otousan terlalu fokus akan pekerjaannya.

Aku membawakan sebuah buket bunga untuknya dan bento(4) supaya kalau dia tidak napsu makan - makanan di rumah sakit, dia boleh memakan bento buatan Okasan(5). Tentang Okasan nanti dia akan menyusul ke rumah sakit karena sebelum keluar dia harus rapih - rapih rumah terlebih dahulu.

"Otousan, bagaimana kabarmu ?" tanyaku yang sudah sampai masuk ke ruangannya

"Fuyu, tenang saja Otousan besok sudah di perbolehkan pulang. Otousan hanya kecapean saja." jelasnya sambil tertawa kecil

"Otousan ! Sudah ku bilangkan jangan terlalu hyper active kalau bekerja ! Jadi sakit kan ?!" kesalku sambil menggembungkan pipiku

GRAKK

Pintu terbuka dan ternyata Okasan sudah datang. Nafasnya terlihat tidak teratur. Jangan - jangan dia berlarian sampai ke sini.

"Bagaimana kondisimu ? Apa kata dokter ? Apa kau sudah baikkan ?" tanya Okasan dengan pertanyaan berbunturannya

"Tenang saja, besok aku sudah di persilahkan pulang" jawab Otousan

Aku sebaiknya keluar kamar dulu deh. Biar Okasan yang mengurus Otousan.

Aku berjalan tanpa tujuan. Hanya mengelilingi sekitar rumah sakit ini saja. Banyak sekali pasiennya aku bahkan tiap kali berjalan tidak lama kemudian akan bertemu dengan pasien yang lain. Dan rata - rata pasiennya adalah orang yang sudah tua. Sekalinya yang muda pasti jarang ku lihat.

Sepertinya agak sedih juga ya melihat orang lain menderita seperti ini hanya gara - gara suatu penyakit. Sama seperti Otousan yang sedang sakit sekarang.

Terakhir aku menuju atap gedung rumah sakit ini.

"Uwah ... anginnya sejuk sekali." seruku

Hembusan angin di sini tidak terlalu kencang. Tapi dapat membuat rambutku terbang bergelombang. Pokoknya asik sekali berada di sini. Seandainya tiap hari aku bisa merasakannya pasti aku tidak akan merasakan panas sedikitpun.

Tiba - tiba

PLUKK

Ada sebuah kain yang tepat menutupi wajahku. Aku terkejut tetapi sama sekali tidak berteriak. Ketika aku menarik kain itu yang sejak tadi menempel di wajahku aku melihat ada seorang laki - laki yang menggunakan kursi roda sedang menuju ke arahku.

"G-gomen nasai(6), aku tidak sengaja melepas kain itu dari genggamanku sampai terbang ke arahmu" ucapnya dengan ekspresi wajah penyesalan yang manis

"Iie(7), daijoubu(8). Kau tidak usah khawatir setiap orang pasti sering melakukan kesalahan" ucapku sambil menyerahkan kain itu kepadanya

"Apa kau pasien ?" tanyanya

Aku menggeleng

"Aku menjenguk ayahku di sini." jawabku

"M-maaf ..." ucapnya dengan wajah yang menunduk ke bawah

"Ahaha ... Tidak apa - apa ayahku hanya kecapean. Besok ia di perbolehkan pulang, kok"

"Yokatta(9) ..." ia merasa lega setelah aku mengatakan hal itu

"Kamu ? Bagaimana dengamu ?" tanyaku tetapi pertanyaanku itu membuat ekspresinya jauh lebih sedih

"Aku ... Aku akan menjalani operasi ... Karena kakiku ini ... kau tau kan ?"

"A-gomen aku benar - benar minta maaf"

"Tak apa ... Aku juga sudah salah bicarakan tadi ?"

Kami berdua tertawa bersama. Syukurlah dia tidak marah. Ku pikir dia akan terluka dalam akibat perkataanku barusan. Tetapi ternyata tidak.

"Siapa namamu ?" tanyanya setelah kami selesai tertawa

"Fuyu ... Maki Fuyu ... Kau ?"

"Aki, Sanada Aki. Hajimemashite(10)"

"Un(11), hajimemashite."

Setelah itu kami berbincang - bincang. Aku membicarakan tentang sekolah SMPku itu dan dia mendengarkannya baik - baik. Terkadang kami tertawa di saat aku menceritakan pengalamanku yang menyebalkan dan terkadang kami bersedih ketika aku menceritakan tentang masalahku dan masa - masa laluku. Otomatis aku menjadi akrab dengan Aki walaupun baru hari ini kami bertemu.

"Wah ! Sudah mau malam, Okasan pasti sedang mencariku."

"Kalau begitu sampai jumpa, Fuyu." ucapnya

"Jangan, jangan sampai jumpa tetapi sampai nanti. Kita memang tidak tau kapan kita akan bertemu lagi tetapi aku yakin kita akan bertemu di suatu tempat. Aku akan mendoakanmu agar operasinya dapat berjalan lancar." seruku sambil tersenyum

Eit ! Aku membuat Aki menangis. Jangan - jangan aku mengatakan sesuatu yang melukai hatinya.

"A-Aki gomen ... Kalau aku berbicara hal yang tidak enak bagimu." ucapku sambil mengelus pundaknya

"Bu-kan ... bukan .. itu .. Aku senang dapat berteman denganmu ... Sangat senang .." ucapnya gemetar sambil terus menangis

"Sudah, jangan menangis. Ayo berjanji ! Berjanji kalau kita akan bertemu lagi" aku menghapus air matanya dan menunjukkan jari kelingkingku padanya.

"H-hai(12) ..." ia pun mengikat jari kelingkingnya dengan jari kelingkingku

"Baik ! Sampai nanti, Aki !" aku pergi meninggalkannya sambil melambaikan tangan

"Sampai nanti ... Fuyu-chan"

Flash Back OFF

Ternyata dia cowok yang waktu itu. Kenapa aku tidak sadar ya ? Sama sekali tidak sadar. Padahal aku yang mengajaknya berjanji seperti itu tetapi aku malah lupa. Memalukan.

"Fuyu-chan ?" panggil Aki karena sejak tadi aku terlihat bengong di depannya

"Sudah lama tak bertemu ya, Aki" ucapku dengan tersenyum walau ada cairan bening yang jatuh dari pelupuk mataku

"Un" balasnya senyum


Dengan memoriku yang sudah teringat Aki kembali aku merasa lega. Karena pada akhirnya aku dapat menepati janjiku padanya. Tak ku sangka kami akan menjadi teman sekelas dan satu sekolah. Sepertinya operasi kakinya berhasil, syukurlah.

Mungkin perkataan Aki waktu ke taman wisata maksudnya itu. Memberitahukanku memori masa lalu. Atau ... Hal lainkah ?

Seperti biasa pagi ini aku berangkat ke sekolah bersama dengan Aki. Tetapi di tengah jalan aku melihat Zen sepertinya dia menunggu seseorang.

Eh, dia melihat ke arah kami dan tiba - tiba ekspresinya berubah menjadi menyeramkan. Di saat itu juga dia berjalan ke arah kami. Karena ku pikir Zen akan memarahi Aki lagi aku menarik tangan Aki menjauh dari Zen.

"Oi !" panggil Zen yang ikut - ikutan berlari mengejar kami

"Jangan mengikuti kami dasar, stalker !" kesalku sambil terus menerus berlari dan akhirnya sampai di sekolah

Mungkin jika aku berlari ke arah belakang gedung sekolah dia tidak akan mengikutiku. Mungkin ...

Ku putuskan untuk memutari jalan menuju kelas melewati belakang gedung sekolah. Walaupun nafasku sudah tak beraturan aku akan terus berlari. Memang, Aki sudah tampak kewalahan tapi kalau mereka bertemu pasti tidak akan jauh dari omongan kasar si Zen.

Yokatta ... Zen tidak dapat mengejar kami. Karena aku melewati jalan yang jarang sekali di lalui para murid. Jadi dengan kata lain karena aku suka tempat yang sepi jadi aku tau jalannya.

"Fuyu-chan ...." panggil Aki dengan suara nafas yang berat

"E ? Gomenne Aki, sepertinya aku berlari terlalu kencang ya ?" ucapku sama sepertinya dengan suara yang kewalahan

"Kenapa kau .. memisahkanku dari Zen ?"

"Kau tau sendiri kan ... Zen itu ngomongnya pedas ! Kalau bertemu denganmu pasti emosinya meluap !" Jelasku sambil menendang (?) Tembok

"Ahaha .. Demo(13), menurutku Zen orangnya baik"

WHAT ???

Aku tidak salah dengar tuh ? Padahal dia kan sering di omelin oleh Zen. Tetapi dia tidak merasa kesal sedikit pun dan mengatakan bahwa Zen itu sebenarnya baik. GILA ! Aku tidak mungkin bisa menjadi orang seperti Aki yang selalu mudah memaafkan orang.

"Fuyu-chan, ayo ke kelas sudah mau bel tuh"

"Hai"


"Fuyu-chan !" Panggil Mimi dan segera menghampiriku

"Ada apa ???" Tanyaku malas

"Ikut !" Mimi segera menarik tanganku

"Mau ke mana ?"

Kenapa pertanyaanku tak di jawab ? Dan kenapa ekspresinya kesal seperti itu ? Ada apa sebenarnya ?

Dengan pasrah aku mengikuti tiap langkah yang di laluinya. Dia selalu bergumam 'menyebalkan' berkali - kali. Akhirnya kami sampai di lapangan belakang sekolah. Tak ada siapa - siapa. Hanya jaring net dan juga bola tenis. Oh, ada seseorang ternyata. Sepertinya dia sedang di kejar sesuatu. Eh, bukan. Lebih tepatnya segerombolan orang. Segerombolan anak cewek !!

"Itu siapa, Mimi ?"

"Apa kau lupa ?"

"?"

"Dia KEI !! KITAYAMA KEI !! Orang yang sudah membuat banyak anak perempuan menangis. Dan salah satunya adalah temanku !" Gertak Mimi yang sepertinya sudah terbakar oleh emosi

Ya, Kei. Orang yang menyebalkan sekaligus playboy, mungkin. Kenapa aku mengatainya playboy ? Lihat saja, setiap hari dia selalu bersama dengan seorang gadis. Dan sekarang sekitar 5 atau 7 gadis sedang mengejar - ngejarnya. Aku tidak akan mau menjadi gadis bodoh yang mengejar lelaki seperti itu.

Tiba - tiba Kei berlari ke arah kami. Di saat yang sama Mimi sudah bersiap siaga dengan tangan yang mengepal.

"BUKK"

Nice shoot ! Lemparan bola tenis tepat mengenai wajah lelaki playboy itu. Memang hebat tenaga sahabatku ini.

"Ugh ..." sementara itu Kei mengeluh kesakitan

"Pangeran ! Kau tidak apa - apa ?" Tanya salah satu gadis yang mengejar Kei tadi

"SAKIT !!" Kei masih saja mengeluh padahal cuman bola tenis saja

"Ck, kau lemah" ucap Mimi dengan nada sinisnya

"Kenapa kau melakukan itu ? Kei tidak punya salah denganmu !" Gadis itu mulai marah

"Ya, memang dia tidak punya salah denganku. Demo, dia sudah melukai temanku. Aku tidak suka seseorang yang memainkan perasaan seorang anak perempuan."

Semua gadis yang mendengar pembicaraan Mimi tadi terdiam. Tak ada yang berani membalas perkataannya. Semuanya membisu. Pasti mereka berpikir kalau perkataannya itu benar. Aku juga setuju. Untuk apa mengejar seorang cowok ? Bukankah cowok itu ada banyak ?

"Hei, sebaiknya kalian menolong Kei tuh. Hidungnya berdarah" ucapku melepas keheningan

Akhirnya para gadis itu membawa Kei ke ruang UKS. Selanjutnya bakal jadi apa ya ? Mungkin mereka akan berhenti mengejar Kei lagi.

"Oi, Fuyu !" Sial sekarang aku di panggil oleh Zen

"Aku pergi, Fuyu-chan" Mimi meninggalkanku sendiri

Bagaimana ya ... Mimi kasihan juga .. Gadis seperti Mimi kalau sekali emosi dengan orang yang di tuju pasti tak akan pernah pudar. Paling kalau dia sudah mengakui kalau orang itu sudah berubah menjadi lebih baik dia akan memaafkannya. Tapi .. entah sekarang apa yang akan dia lakukan sekarang.

Kau orang yang kuat, aku tau itu.

"OI !!"

Aku terkejut dengan suara Zen yang memanggilku tepat di dekat telinga kananku.

"N-n-nani nani(14) ?" Tanyaku gelagapan

"Kau tidak bersama cowok itu ?" Tanyanya setelah melihat sekeliling

Aku menggeleng

"Memang kenapa ?"

"Hanya bertanya. Minggu kosong ?"

"Hah ? Kosong ?"

"Maksudku ... Hari Minggu kau tidak ada acara kan ??"

"Tidak. Tidak ada sama sekali"

"Kalau begitu temui aku di sekolah. Tepat jam 9 pagi." Dia pergi sambil melambaikan tangan

Hari Minggu. Jam 9. Di sekolah.

Untuk apa aku harus menuruti kata - katanya. Mungkin dia ingin berbicara berdua denganku. Soalnya aku selalu bersama dengan Aki. Kenapa harus berdua, ya ? Apakah ada sesuatu hal penting yang hanya boleh aku dengarkan ?

Teka - teki, lagi.


Hari H

Hari ini aku menunggunya. Hari Minggu. Jam 9 tepat. Di sekolah. Tapi apa ? Dia belum datang juga. Padahal sudah 30 menit berlalu. Semestinya aku tidak usah datang saja !

Ketika aku ingin pergi, ada sebuah motor yang berhenti di depanku. TELAT !

"Dasar ! Aku sudah lama menunggumu tau !" Kesalku pada Zen yang baru saja datang

"Gomen, tadi aku bangun kesiangan. Wajar sedang banyak pekerjaan di rumah." Jelasnya dengan mata yang setengah terbuka

"Kalau begitu ya sudah pulang dan istirahat yang cukup ! Kalau tau begini aku lebih baik memilih pergi bersama Aki ke shop cake."

Wah ! Tiba - tiba mata Zen kembali menjadi fresh.

"Cepat naik, aku ingin membawamu ke suatu tempat. Ada pembicaraan yang penting" serunya sambil mempersilahkan ku duduk di belakang motornya

"Aku tidak mau ! Kau kan cowok sedangkan aku cewek. Kalau ada yang lihat bagaimana ?"

"Kau mau tau pembicaraan penting itu atau tidak ?" Kali ini nadanya terdengar serius

Sial, aku tidak mungkin menolak. Rasa penasaranku lebih besar dari apapun sekarang ini.

"U-un ..."

Seketika itu motor Zen melaju dengan cepat. Sedangkan aku sedang memikirkan apa yang akan ia katakan padaku. Tetapi sayang sekali tak ada bayangan sama sekali dalam pikiranku ini.

Tempat apa ini ? Tamannya sangat luas. Dan ada sebuah rumah di dalamnya. Belum lagi aku melihat banyak sekali maid yang memberi hormat ke arah kami. Jangan bilang ini adalah rumahnya.

Tepat di depan pintu rumah yang besar itu kami berdiri.

"Cepat masuk, nanti kau akan terus di pandangi"

Pasti maksudnya di pandangi oleh para maidnya itu. Apa mungkin aku gadis pertama yang datang ke rumahnya ?

Wow ! Megah sekali ! Ini si 5x besarnya rumahku ! Tak ku sangka kalau Zen itu anak orang kaya ! Soalnya tiap kali ia masuk sekolah cara berpakaiannya seperti anak berandalan.

"Kau boleh melakukan apapun di bangunan ini" ucapnya

"Eh ? Bangunan ? Bukankah ini rumahmu ?"

"Apa maksudmu ? Bangunan ini terlalu kecil. Mana mungkin bisa menjadi rumahku"

KECIL DIA BILANG ?? Sebesar apa rumahnya yang sebenarnya ? Jangan - jangan 10x lebih besar dari rumahku. Apakah dia seorang pangeran kerajaan ? Enggak mungkin ... Tetapi bisa saja !

"Sebelum itu aku ingin bertanya" ucapku sambil meminum teh yang di hidangkan oleh maidnya. "Kau ingin berbicara apa denganku ?"

"Kau tidak ingat hubungan kita dulu ?" Tanyanya balik dengan ekspresi sedikit terkejut

"Hubungan ?"

Lagi - lagi aku tidak mengigat memori masa laluku. Sebenarnya apa yang terjadi pada masa laluku ? Karena aku terlalu mudah kehilangan masa - masa kecilku. Aku tidak tau apa - apa.

"Kau lupa apa yang kita lakukan waktu itu ?"

Aku sudah banyak mengeluarkan keringat. Apa mungkin aku melakukan suatu kesalahan ? Atau ...


TO BE CONTINUED

Notes :
1.     Sensei           : Guru
2.    Douzo                   : Silahkan
3.    Otosan         : Ayah
4.    Bento           : Bekal
5.    Okasan         : Ibu
6.    Gomen nasai : Maafkan aku
7.    Iie                : Tidak
8.    Daijoubu      : Tidak apa –apa
9.    Yokatta        : Syukurlah
10.  Hajimemashite        : Senang berkenalan / bertemu denganmu
11.   Un               : Ya
12.  Hai              : Baik
13.  Demo          : Tapi
14.  Nani            : Apa