See
you 2
Rating
: T
Genre
: Drama & Romance
Chara
: Maki Fuyu, Sanada Aki, Kitayama Kei, Minamoto Zen, Kouchi Mimi, etc
"Mohon bantuanmu, Fuyu-chan" ucap Aki
sambil tersenyum ke arahku
BRAKK
"Jangan sok akrab !" bentak Zen kepadanya
Kok jadi begini ?
"Minamoto-san ! Kau tidak boleh bersikap
seperti itu kepada murid baru" tegas Ayuzawa-sensei(1)
"Cih" Zen kembali duduk dengan emosi
tinggi yang tergambar pada wajahnya
Sebenarnya apa hubungan mereka berdua ? Tetapi
sepertinya mereka tidak saling kenal. Tapi, kenapa Zen sampai marah seperti itu
? Apa dia tidak suka dengan Aki ?
"Allright, Sanada-san. Duduklah di samping
kanan Maki-chan. Bangku itu kosong." suruh sensei
"A-apa ?" Zen mulai tampak kesal lagi
"Shut Up ! Minamoto-san di sini aku gurumu !
Baik Sanada-san, douzo(2) .."
Sepertinya hari - hariku berubah semenjak mereka
berdua di pertemukan. Padahal aku tidak tau kenapa. Kapan aku bisa menjalani
hari - hari yang menyenangkan ?
"Ini ruang perpustakaan, di sebelahnya ada
laboratorium" ucapku
Sekarang aku sedang menunjukkan tempat - tempat
yang ada di sekolah ini kepada Aki. Dan kalian tau Zen sampai ikut - ikutan.
Padahal aku menyuruhnya untuk tetap di kelas tapi dia malah mengomel - ngomel
padaku. Selain itu juga banyak anak perempuan yang melihat ke arahku dengan
tatapan yang tidak bersahabat. Mungkin, karena aku bersama dengan mereka
berdua.
Lalu tempat terakhir ruang UKS.
"Sampai sini, Aki. Jika kau ingin bertanya
silahkan" ucapku
"Aku ... Aku ingin ke atap sekolah."
jawabnya sambil membayang - bayangkan sesuatu
"Dasar ! Kalau mau ke atap sendiri saja sana
!" bentak Zen yang terlihat sudah bad mood dari awal kedatangan Aki ke
sini
"Sudah !!! Bisakah kau lebih baik sedikit pada
Aki ? Dia tidak punya salah apa - apa tau ? Ayo Aki ! Aku temani kau"
kesalku dan menarik tangan Aki menuju atap dan meninggalkan Zen di belakang
Sebenarnya apa si masalahnya ? Menyebalkan. Padahal
Aki kan baik kenapa dia marah - marah seperti itu. Memang dia pikir dia siapa
si. Tuh kan lagi - lagi aku emosi tiap kali berbicara tentangnya.
Akhirnya kami berdua sudah sampai di atap. Aku yang
berjalan sambil menggerutu terus sedangkan Aki dengan wajahnya yang agak
ketakutan membuatku merasa bersalah akan perbuatanku.
"Maaf, Aki. Sepertinya aku emosian ya
orangnya" ucapku sedikit tersenyum
"Tidak apa ... Aku senang dapat bertemu
Fuyu-chan lagi. Dan aku menyukai tempat seperti di atap gedung ... Tempat
pertama kali kita bertemu .." serunya sambil memandang langit dengan
senyum halusnya
Pertama kali bertemu ?
Di atap gedung ?
Atap gedung ...
T-ternyata ... Dia !
Flash Back ON
Hari ini aku ingin menjenguk Otousan(3) yang berada
di dalam rumah sakit. Karena Otousan terlalu pekerja keras, ia bahkan
meluangkan waktu kosongnya untuk di isi dengan pekerjaannya yang belum selesai.
Sepertinya Otousan terlalu fokus akan pekerjaannya.
Aku membawakan sebuah buket bunga untuknya dan
bento(4) supaya kalau dia tidak napsu makan - makanan di rumah sakit, dia boleh
memakan bento buatan Okasan(5). Tentang Okasan nanti dia akan menyusul ke rumah
sakit karena sebelum keluar dia harus rapih - rapih rumah terlebih dahulu.
"Otousan, bagaimana kabarmu ?" tanyaku
yang sudah sampai masuk ke ruangannya
"Fuyu, tenang saja Otousan besok sudah di
perbolehkan pulang. Otousan hanya kecapean saja." jelasnya sambil tertawa
kecil
"Otousan ! Sudah ku bilangkan jangan terlalu
hyper active kalau bekerja ! Jadi sakit kan ?!" kesalku sambil
menggembungkan pipiku
GRAKK
Pintu terbuka dan ternyata Okasan sudah datang.
Nafasnya terlihat tidak teratur. Jangan - jangan dia berlarian sampai ke sini.
"Bagaimana kondisimu ? Apa kata dokter ? Apa
kau sudah baikkan ?" tanya Okasan dengan pertanyaan berbunturannya
"Tenang saja, besok aku sudah di persilahkan
pulang" jawab Otousan
Aku sebaiknya keluar kamar dulu deh. Biar Okasan
yang mengurus Otousan.
Aku berjalan tanpa tujuan. Hanya mengelilingi
sekitar rumah sakit ini saja. Banyak sekali pasiennya aku bahkan tiap kali
berjalan tidak lama kemudian akan bertemu dengan pasien yang lain. Dan rata -
rata pasiennya adalah orang yang sudah tua. Sekalinya yang muda pasti jarang ku
lihat.
Sepertinya agak sedih juga ya melihat orang lain
menderita seperti ini hanya gara - gara suatu penyakit. Sama seperti Otousan
yang sedang sakit sekarang.
Terakhir aku menuju atap gedung rumah sakit ini.
"Uwah ... anginnya sejuk sekali." seruku
Hembusan angin di sini tidak terlalu kencang. Tapi
dapat membuat rambutku terbang bergelombang. Pokoknya asik sekali berada di
sini. Seandainya tiap hari aku bisa merasakannya pasti aku tidak akan merasakan
panas sedikitpun.
Tiba - tiba
PLUKK
Ada sebuah kain yang tepat menutupi wajahku. Aku
terkejut tetapi sama sekali tidak berteriak. Ketika aku menarik kain itu yang
sejak tadi menempel di wajahku aku melihat ada seorang laki - laki yang
menggunakan kursi roda sedang menuju ke arahku.
"G-gomen nasai(6), aku tidak sengaja melepas
kain itu dari genggamanku sampai terbang ke arahmu" ucapnya dengan
ekspresi wajah penyesalan yang manis
"Iie(7), daijoubu(8). Kau tidak usah khawatir
setiap orang pasti sering melakukan kesalahan" ucapku sambil menyerahkan
kain itu kepadanya
"Apa kau pasien ?" tanyanya
Aku menggeleng
"Aku menjenguk ayahku di sini." jawabku
"M-maaf ..." ucapnya dengan wajah yang
menunduk ke bawah
"Ahaha ... Tidak apa - apa ayahku hanya
kecapean. Besok ia di perbolehkan pulang, kok"
"Yokatta(9) ..." ia merasa lega setelah
aku mengatakan hal itu
"Kamu ? Bagaimana dengamu ?" tanyaku
tetapi pertanyaanku itu membuat ekspresinya jauh lebih sedih
"Aku ... Aku akan menjalani operasi ... Karena
kakiku ini ... kau tau kan ?"
"A-gomen aku benar - benar minta maaf"
"Tak apa ... Aku juga sudah salah bicarakan
tadi ?"
Kami berdua tertawa bersama. Syukurlah dia tidak
marah. Ku pikir dia akan terluka dalam akibat perkataanku barusan. Tetapi
ternyata tidak.
"Siapa namamu ?" tanyanya setelah kami
selesai tertawa
"Fuyu ... Maki Fuyu ... Kau ?"
"Aki, Sanada Aki. Hajimemashite(10)"
"Un(11), hajimemashite."
Setelah itu kami berbincang - bincang. Aku
membicarakan tentang sekolah SMPku itu dan dia mendengarkannya baik - baik.
Terkadang kami tertawa di saat aku menceritakan pengalamanku yang menyebalkan
dan terkadang kami bersedih ketika aku menceritakan tentang masalahku dan masa
- masa laluku. Otomatis aku menjadi akrab dengan Aki walaupun baru hari ini
kami bertemu.
"Wah ! Sudah mau malam, Okasan pasti sedang
mencariku."
"Kalau begitu sampai jumpa, Fuyu."
ucapnya
"Jangan, jangan sampai jumpa tetapi sampai
nanti. Kita memang tidak tau kapan kita akan bertemu lagi tetapi aku yakin kita
akan bertemu di suatu tempat. Aku akan mendoakanmu agar operasinya dapat
berjalan lancar." seruku sambil tersenyum
Eit ! Aku membuat Aki menangis. Jangan - jangan aku
mengatakan sesuatu yang melukai hatinya.
"A-Aki gomen ... Kalau aku berbicara hal yang
tidak enak bagimu." ucapku sambil mengelus pundaknya
"Bu-kan ... bukan .. itu .. Aku senang dapat
berteman denganmu ... Sangat senang .." ucapnya gemetar sambil terus
menangis
"Sudah, jangan menangis. Ayo berjanji !
Berjanji kalau kita akan bertemu lagi" aku menghapus air matanya dan
menunjukkan jari kelingkingku padanya.
"H-hai(12) ..." ia pun mengikat jari
kelingkingnya dengan jari kelingkingku
"Baik ! Sampai nanti, Aki !" aku pergi
meninggalkannya sambil melambaikan tangan
"Sampai nanti ... Fuyu-chan"
Flash Back OFF
Ternyata dia cowok yang waktu itu. Kenapa aku tidak
sadar ya ? Sama sekali tidak sadar. Padahal aku yang mengajaknya berjanji
seperti itu tetapi aku malah lupa. Memalukan.
"Fuyu-chan ?" panggil Aki karena sejak
tadi aku terlihat bengong di depannya
"Sudah lama tak bertemu ya, Aki" ucapku
dengan tersenyum walau ada cairan bening yang jatuh dari pelupuk mataku
"Un" balasnya senyum
Dengan memoriku yang sudah teringat Aki kembali aku
merasa lega. Karena pada akhirnya aku dapat menepati janjiku padanya. Tak ku
sangka kami akan menjadi teman sekelas dan satu sekolah. Sepertinya operasi
kakinya berhasil, syukurlah.
Mungkin perkataan Aki waktu ke taman wisata
maksudnya itu. Memberitahukanku memori masa lalu. Atau ... Hal lainkah ?
Seperti biasa pagi ini aku berangkat ke sekolah
bersama dengan Aki. Tetapi di tengah jalan aku melihat Zen sepertinya dia
menunggu seseorang.
Eh, dia melihat ke arah kami dan tiba - tiba
ekspresinya berubah menjadi menyeramkan. Di saat itu juga dia berjalan ke arah
kami. Karena ku pikir Zen akan memarahi Aki lagi aku menarik tangan Aki menjauh
dari Zen.
"Oi !" panggil Zen yang ikut - ikutan
berlari mengejar kami
"Jangan mengikuti kami dasar, stalker !"
kesalku sambil terus menerus berlari dan akhirnya sampai di sekolah
Mungkin jika aku berlari ke arah belakang gedung
sekolah dia tidak akan mengikutiku. Mungkin ...
Ku putuskan untuk memutari jalan menuju kelas
melewati belakang gedung sekolah. Walaupun nafasku sudah tak beraturan aku akan
terus berlari. Memang, Aki sudah tampak kewalahan tapi kalau mereka bertemu
pasti tidak akan jauh dari omongan kasar si Zen.
Yokatta ... Zen tidak dapat mengejar kami. Karena
aku melewati jalan yang jarang sekali di lalui para murid. Jadi dengan kata
lain karena aku suka tempat yang sepi jadi aku tau jalannya.
"Fuyu-chan ...." panggil Aki dengan suara
nafas yang berat
"E ? Gomenne Aki, sepertinya aku berlari
terlalu kencang ya ?" ucapku sama sepertinya dengan suara yang kewalahan
"Kenapa kau .. memisahkanku dari Zen ?"
"Kau tau sendiri kan ... Zen itu ngomongnya
pedas ! Kalau bertemu denganmu pasti emosinya meluap !" Jelasku sambil
menendang (?) Tembok
"Ahaha .. Demo(13), menurutku Zen orangnya
baik"
WHAT ???
Aku tidak salah dengar tuh ? Padahal dia kan sering
di omelin oleh Zen. Tetapi dia tidak merasa kesal sedikit pun dan mengatakan
bahwa Zen itu sebenarnya baik. GILA ! Aku tidak mungkin bisa menjadi orang
seperti Aki yang selalu mudah memaafkan orang.
"Fuyu-chan, ayo ke kelas sudah mau bel
tuh"
"Hai"
"Fuyu-chan !" Panggil Mimi dan segera
menghampiriku
"Ada apa ???" Tanyaku malas
"Ikut !" Mimi segera menarik tanganku
"Mau ke mana ?"
Kenapa pertanyaanku tak di jawab ? Dan kenapa
ekspresinya kesal seperti itu ? Ada apa sebenarnya ?
Dengan pasrah aku mengikuti tiap langkah yang di
laluinya. Dia selalu bergumam 'menyebalkan' berkali - kali. Akhirnya kami
sampai di lapangan belakang sekolah. Tak ada siapa - siapa. Hanya jaring net
dan juga bola tenis. Oh, ada seseorang ternyata. Sepertinya dia sedang di kejar
sesuatu. Eh, bukan. Lebih tepatnya segerombolan orang. Segerombolan anak cewek
!!
"Itu siapa, Mimi ?"
"Apa kau lupa ?"
"?"
"Dia KEI !! KITAYAMA KEI !! Orang yang sudah
membuat banyak anak perempuan menangis. Dan salah satunya adalah temanku
!" Gertak Mimi yang sepertinya sudah terbakar oleh emosi
Ya, Kei. Orang yang menyebalkan sekaligus playboy,
mungkin. Kenapa aku mengatainya playboy ? Lihat saja, setiap hari dia selalu
bersama dengan seorang gadis. Dan sekarang sekitar 5 atau 7 gadis sedang mengejar
- ngejarnya. Aku tidak akan mau menjadi gadis bodoh yang mengejar lelaki
seperti itu.
Tiba - tiba Kei berlari ke arah kami. Di saat yang
sama Mimi sudah bersiap siaga dengan tangan yang mengepal.
"BUKK"
Nice shoot ! Lemparan bola tenis tepat mengenai
wajah lelaki playboy itu. Memang hebat tenaga sahabatku ini.
"Ugh ..." sementara itu Kei mengeluh
kesakitan
"Pangeran ! Kau tidak apa - apa ?" Tanya
salah satu gadis yang mengejar Kei tadi
"SAKIT !!" Kei masih saja mengeluh
padahal cuman bola tenis saja
"Ck, kau lemah" ucap Mimi dengan nada
sinisnya
"Kenapa kau melakukan itu ? Kei tidak punya
salah denganmu !" Gadis itu mulai marah
"Ya, memang dia tidak punya salah denganku.
Demo, dia sudah melukai temanku. Aku tidak suka seseorang yang memainkan
perasaan seorang anak perempuan."
Semua gadis yang mendengar pembicaraan Mimi tadi
terdiam. Tak ada yang berani membalas perkataannya. Semuanya membisu. Pasti
mereka berpikir kalau perkataannya itu benar. Aku juga setuju. Untuk apa
mengejar seorang cowok ? Bukankah cowok itu ada banyak ?
"Hei, sebaiknya kalian menolong Kei tuh.
Hidungnya berdarah" ucapku melepas keheningan
Akhirnya para gadis itu membawa Kei ke ruang UKS.
Selanjutnya bakal jadi apa ya ? Mungkin mereka akan berhenti mengejar Kei lagi.
"Oi, Fuyu !" Sial sekarang aku di panggil
oleh Zen
"Aku pergi, Fuyu-chan" Mimi
meninggalkanku sendiri
Bagaimana ya ... Mimi kasihan juga .. Gadis seperti
Mimi kalau sekali emosi dengan orang yang di tuju pasti tak akan pernah pudar.
Paling kalau dia sudah mengakui kalau orang itu sudah berubah menjadi lebih
baik dia akan memaafkannya. Tapi .. entah sekarang apa yang akan dia lakukan
sekarang.
Kau orang yang kuat, aku tau itu.
"OI !!"
Aku terkejut dengan suara Zen yang memanggilku
tepat di dekat telinga kananku.
"N-n-nani nani(14) ?" Tanyaku gelagapan
"Kau tidak bersama cowok itu ?" Tanyanya
setelah melihat sekeliling
Aku menggeleng
"Memang kenapa ?"
"Hanya bertanya. Minggu kosong ?"
"Hah ? Kosong ?"
"Maksudku ... Hari Minggu kau tidak ada acara
kan ??"
"Tidak. Tidak ada sama sekali"
"Kalau begitu temui aku di sekolah. Tepat jam
9 pagi." Dia pergi sambil melambaikan tangan
Hari Minggu. Jam 9. Di sekolah.
Untuk apa aku harus menuruti kata - katanya.
Mungkin dia ingin berbicara berdua denganku. Soalnya aku selalu bersama dengan
Aki. Kenapa harus berdua, ya ? Apakah ada sesuatu hal penting yang hanya boleh
aku dengarkan ?
Teka - teki, lagi.
Hari H
Hari ini aku menunggunya. Hari Minggu. Jam 9 tepat.
Di sekolah. Tapi apa ? Dia belum datang juga. Padahal sudah 30 menit berlalu.
Semestinya aku tidak usah datang saja !
Ketika aku ingin pergi, ada sebuah motor yang
berhenti di depanku. TELAT !
"Dasar ! Aku sudah lama menunggumu tau !"
Kesalku pada Zen yang baru saja datang
"Gomen, tadi aku bangun kesiangan. Wajar
sedang banyak pekerjaan di rumah." Jelasnya dengan mata yang setengah
terbuka
"Kalau begitu ya sudah pulang dan istirahat
yang cukup ! Kalau tau begini aku lebih baik memilih pergi bersama Aki ke shop
cake."
Wah ! Tiba - tiba mata Zen kembali menjadi fresh.
"Cepat naik, aku ingin membawamu ke suatu
tempat. Ada pembicaraan yang penting" serunya sambil mempersilahkan ku
duduk di belakang motornya
"Aku tidak mau ! Kau kan cowok sedangkan aku
cewek. Kalau ada yang lihat bagaimana ?"
"Kau mau tau pembicaraan penting itu atau
tidak ?" Kali ini nadanya terdengar serius
Sial, aku tidak mungkin menolak. Rasa penasaranku
lebih besar dari apapun sekarang ini.
"U-un ..."
Seketika itu motor Zen melaju dengan cepat.
Sedangkan aku sedang memikirkan apa yang akan ia katakan padaku. Tetapi sayang
sekali tak ada bayangan sama sekali dalam pikiranku ini.
Tempat apa ini ? Tamannya sangat luas. Dan ada
sebuah rumah di dalamnya. Belum lagi aku melihat banyak sekali maid yang
memberi hormat ke arah kami. Jangan bilang ini adalah rumahnya.
Tepat di depan pintu rumah yang besar itu kami
berdiri.
"Cepat masuk, nanti kau akan terus di
pandangi"
Pasti maksudnya di pandangi oleh para maidnya itu.
Apa mungkin aku gadis pertama yang datang ke rumahnya ?
Wow ! Megah sekali ! Ini si 5x besarnya rumahku !
Tak ku sangka kalau Zen itu anak orang kaya ! Soalnya tiap kali ia masuk
sekolah cara berpakaiannya seperti anak berandalan.
"Kau boleh melakukan apapun di bangunan
ini" ucapnya
"Eh ? Bangunan ? Bukankah ini rumahmu ?"
"Apa maksudmu ? Bangunan ini terlalu kecil.
Mana mungkin bisa menjadi rumahku"
KECIL DIA BILANG ?? Sebesar apa rumahnya yang
sebenarnya ? Jangan - jangan 10x lebih besar dari rumahku. Apakah dia seorang
pangeran kerajaan ? Enggak mungkin ... Tetapi bisa saja !
"Sebelum itu aku ingin bertanya" ucapku
sambil meminum teh yang di hidangkan oleh maidnya. "Kau ingin berbicara
apa denganku ?"
"Kau tidak ingat hubungan kita dulu ?"
Tanyanya balik dengan ekspresi sedikit terkejut
"Hubungan ?"
Lagi - lagi aku tidak mengigat memori masa laluku.
Sebenarnya apa yang terjadi pada masa laluku ? Karena aku terlalu mudah
kehilangan masa - masa kecilku. Aku tidak tau apa - apa.
"Kau lupa apa yang kita lakukan waktu itu
?"
Aku sudah banyak mengeluarkan keringat. Apa mungkin
aku melakukan suatu kesalahan ? Atau ...
TO BE CONTINUED
Notes :
1.
Sensei :
Guru
2.
Douzo :
Silahkan
3.
Otosan :
Ayah
4.
Bento :
Bekal
5.
Okasan :
Ibu
6.
Gomen nasai : Maafkan aku
7.
Iie :
Tidak
8.
Daijoubu : Tidak apa –apa
9.
Yokatta :
Syukurlah
10. Hajimemashite : Senang berkenalan / bertemu denganmu
11.
Un :
Ya
12. Hai : Baik
13. Demo : Tapi
14. Nani : Apa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar