My Story 4
Rating : T
Genre : Drama
Chara : Minamoto Ai, Chinen Yuri, Fujimura Karen, Jin Tatsuki, etc
Language : Indonesian
Genre : Drama
Chara : Minamoto Ai, Chinen Yuri, Fujimura Karen, Jin Tatsuki, etc
Language : Indonesian
“Ayo ikut
aku !” serunya sambil menarik tanganku
”Apa yang-“ tak sempat aku bertanya karena sekarang aku sedang berada di atas panggung
”Apa yang-“ tak sempat aku bertanya karena sekarang aku sedang berada di atas panggung
Bagaimana
ini ? Aku tidak bisa bernyanyi bahkan nge-dance
saja tidak bisa.
Habatake shiroi hane wa kimi ga
sasaete kureru
Kau orang yang mendukung sayap putih berkibarku
Fuanteina kinou furikitte tsuyoku naru
Aku melepaskan kegelisahan hari kemarin dan menjadi kuat
Nanairo no kagayaki ga kimi no asu terashitara
Jika cahaya tujuh warna menyinari hari esokmu
Soko ni wa egao no boku ga iru yakusoku no bashou
Aku akan tersenyum, di tempat yang kita janjikan
Kau orang yang mendukung sayap putih berkibarku
Fuanteina kinou furikitte tsuyoku naru
Aku melepaskan kegelisahan hari kemarin dan menjadi kuat
Nanairo no kagayaki ga kimi no asu terashitara
Jika cahaya tujuh warna menyinari hari esokmu
Soko ni wa egao no boku ga iru yakusoku no bashou
Aku akan tersenyum, di tempat yang kita janjikan
Lagu ini …
Arti lagu ini … Aku suka … Sangat suka … Entah mengapa aku ikut menyanyi sambil
menari. Walau membuat para penonton heran aku tidak perduli. Aku … Aku sekarang
ingin melakukan apa yang ingin ku lakukan.
Sangat hebat
sekali. Aku bisa mengikuti gerakan Chinen dengan … iya tidak terlalu buruk. Kami
berdua menari bagaikan seorang sepasang dancer
yang bahagia. Tak ada satu pun di antara kami yang tidak tersenyum. Kami berdua
selalu tersenyum. Aku sangat bersyukur sekali untuk datang ke konsernya hari
ini. Rasanya aku seperti terlahir kembali saja.
Sesaat
selesai
“Kyaaa !!!
Chinen !! Aku ingin menari bersamamu !”
“Chinen ! Suki dayo !!!”
“Chinen ! Suki dayo !!!”
Teriakkan
para penonton heboh sekali. Sepertinya mereka berpikir kalau aku ini ‘fans’
Chinen yang beruntung karena terpilih agar dapat berdiri di panggung bersamanya.
Tapi, sesaat kemudian aku merasa malu. Kalian mengerti bukan ? Di lihat oleh
banyak sekali orang dan juga berdua di atas panggung dengannya.
Aku berlari
turun dari panggung. Rasanya benar – benar sangat malu sekali. Walaupun begitu
aku merasa sangat senang dalam hati karena … Ah ! Tidak … Tidak boleh ….
Selesai
acaranya, semuanya sudah bubar dan mereka sudah tidak ada di aula panggung
tersebut. Tetapi, aku masih di sana menunggu Chinen yang baru saja selesai
manggung. Hm … Sebenarnya aneh sekali. Kenapa aku harus membela mati – matian
untuk datang ke sini ? Lagi pula aku tidak ada hubungan apa – apa dengannya …
T-tunggu ! Aku temannya ! Ya, mungkin karena itu aku seperti ini.
“Hei !”
terdengar suara yang tidak asing bagiku.
”C-chinen ! Kau lama sekali !” gerutuku
”Hahaha … Habis … Aku capek sekali. Kau sendiri mengerti bukan ?”
”C-chinen ! Kau lama sekali !” gerutuku
”Hahaha … Habis … Aku capek sekali. Kau sendiri mengerti bukan ?”
Aku
mengangguk. Memang benar kalau dia merasa lelah sekali. Karena dia melakukan
konser selama iya sebenarnya sudah 2 jam dan sekarang sudah jam 01:27 a.m. Wah
… Ini benar – benar hebat sekali. Padahal aku di ajarkan untuk tidak pulang
larut malam begini. Ahh … Maafkan aku Mama … Papa …
“Huh ! Gara
– gara kau aku jadi begini tau !” kesalku
”Hmm … Bento ?” tanyanya
”Hmm … Bento ?” tanyanya
Ya ampun !
Bukannya dia memikirkan tentang diriku karena sudah capek – capek datang kemari
malah bento yang ia pikirkan ? Ternyata nyesek juga.
”Nih ! Sudah ya ? Aku pulang !” seruku dan bergegas pergi
”T-tunggu” ia menarik lenganku dan berkata
”Aku yang antar sebagai ucapan terima kasih untuk menepati janji membuat bento seusai aku konser” ucapnya dengan tersenyum
”Nih ! Sudah ya ? Aku pulang !” seruku dan bergegas pergi
”T-tunggu” ia menarik lenganku dan berkata
”Aku yang antar sebagai ucapan terima kasih untuk menepati janji membuat bento seusai aku konser” ucapnya dengan tersenyum
Kayaknya aku tidak punya pilihan selain berkata ‘ya’ padanya.
Masih
teringat dalam ingatanku ini pada saat aku bernyanyi dengannya. Entah mengapa
aku merasa sangat amat senang waktu itu. Dan juga … Ayolah … Jangan mudah
terhanyut seperti ini Minamoto Ai ….
Minggu … Aku
baru teringat kalau sekarang adalah hari Minggu. Sepertinya aku akan rileks
hari ini. Selain itu aku tidak memiliki rencana apapun dan sepertinya aku
kurang tidur gara – gara kemarin aku kelelahan.
TOK TOK
”Ai-chan ! Apa kau ada di rumah ?”
Karen ?
Untuk apa dia ke sini ?
“T-tunggu
sebentar !”
Bergegas aku
merapikan penampilanku dan ruangan rumahku yang agak kotor ini.
“Ada apa ?”
tanyaku setelah membukakan pintu
”Temani aku sekarang ! Cepat ganti pakaianmu !”
”Temani aku sekarang ! Cepat ganti pakaianmu !”
Eh ?
Di sebuah
tempat. Terlihat laut biru yang luas. Angin terasa sejuknya seolah – olah aku
ingin tertidur. Deburan ombak yang kiat terdengar juga terasa menenangkan hati.
Untuk apa ya Karen mengajakku ke pantai ?
Tanpa ku
sadari aku berada dalam sebuah penginapan kecil yang tepat di depannya laut
yang ku lihat tadi. Untuk apa pakai ada acara ke penginapan ? Jangan bilang
sekarang ia mau aku menemaninya menginap di sini. Tapi tunggu, aku kan harus
sekolah, dia juga harus sekolah bukan ?
“Oi, Karen !
Besok kita sekolah untuk apa kita ke sini ? Menginap ?”
”Kau ini bodoh atau setengah sadar si ?”
”Apa maksudmu ???”
“Sekarang kan Hari Minggu. Nah ! Besok dan besoknya lagi para guru sedang melakukan rapat pertemuan. Apa kau lupa ? Atau … Jangan – jangan kau tertidur di saat sensei sedang memberitahukannya ?”
”Kau ini bodoh atau setengah sadar si ?”
”Apa maksudmu ???”
“Sekarang kan Hari Minggu. Nah ! Besok dan besoknya lagi para guru sedang melakukan rapat pertemuan. Apa kau lupa ? Atau … Jangan – jangan kau tertidur di saat sensei sedang memberitahukannya ?”
EEEHHH ??
“A-aku
ti-aku bukannya tidak tau ! Mungkin, waktu itu aku sedang ke kamar mandi”
kesalku walau sebenarnya tebakkannya itu tepat
“Ya ya ya ya, terserah kau saja. Po-kok-nya sekarang kita akan menginap di sini. Tenang saja aku yang akan menanggung biaya apapun.” Sambil berkata seperti itu ia membentuk huruf v dengan jari telunjuk dan jari tengahnya
“Ya ya ya ya, terserah kau saja. Po-kok-nya sekarang kita akan menginap di sini. Tenang saja aku yang akan menanggung biaya apapun.” Sambil berkata seperti itu ia membentuk huruf v dengan jari telunjuk dan jari tengahnya
Firasatku
mengatakan ada yang aneh. Sebenarnya jarang sekali loh dia berani mengeluarkan duit
untuk hal seperti ini. Tapi, bukan berarti Karen tidak pernah mentraktirku. Dia
itu anaknya tidak pernah pelit sama sekali, kecuali kalau kondisinya memang
sedang tidak mengenakkan.
Kami memesan
kamar dan menata barang – barang kami. Saat itu juga aku melihat di kamar ini
ada jendela yang amat besar. Ketika ku buka …
“Whoaa”
mataku berbinar melihat langit penuh dengan bintang
“Indah bukan, Ai-chan ?” tanya Karen setelah ia berjalan ke arah sampingku
“Ya …”
“Indah bukan, Ai-chan ?” tanya Karen setelah ia berjalan ke arah sampingku
“Ya …”
Oh, ada
bintang jatuh. Aku melihatnya tetapi Karen tidak melihatnya. Entah mengapa aku
jadi teringat waktu itu, ketika aku dan Chinen menuju ke atas bukit di sana
banyak sekali bintang dan aku merasa bisa menggapainya. Wah ! Kok jadi Flashback begini ?
______________________________________________________________________________
Keesokkan
harinya
“… chan …
AI-CHAN !!!”
Oh, WHAT ?!!
Tubuhku sakit ! Ternyata aku terjatuh dari kasur. Aduhh … Sekarang kan masih
terlalu pagi. Sebaiknya aku tidur lagi.
SPLASHH
“A-apa –
apaan nih ? Kenapa basah ?” aku terkaget dan sadar 100%
“WOYY !!! Sudah jam 10 siang nih !” Karen terlihat seram sekali
“Lalu ?”
“Cepat bangun ! Sekarang akan ada pertunjukkan di pantai.”
“WOYY !!! Sudah jam 10 siang nih !” Karen terlihat seram sekali
“Lalu ?”
“Cepat bangun ! Sekarang akan ada pertunjukkan di pantai.”
WHAT ??? Di
pantai ? Aku benci pantai …
“A-apa aku
harus menggunakan pakaian renang ?”
“Tentu saja lah ! Cepat sana, hush hush”
“Tentu saja lah ! Cepat sana, hush hush”
UGHH ! Aku
benci sekali …
“Karen
duluan saja, nanti aku menyusul kok”
“Benarkah ? Baiklah, jangan lama – lama !”
“Oke”
“Benarkah ? Baiklah, jangan lama – lama !”
“Oke”
Sekarang apa
yang harus aku lakukan ? Datang atau tidak ? Aku mandi dulu deh, gak enak
penampilanku masih berantakkan seperti ini.
______________________________________________________________________________
Pada
akhirnya aku datang juga. Tapi aku mengenakan kaos dan celana pendek sedengkul.
Abis kalau pakai baju renang kan malu juga …
KYAAA
Ahh … Suara
seperti ini sepertinya sering ku dengar. Pasti ada ‘dia’
“CHINEN-KUN
!!!”
Oh, my …
Kenapa tiap kali aku kemana – mana selalu ada dia ya ? Takdir. Mungkin. Atau
kebetulan. Entahlah.
Setelah
mencari – cari akhirnya si Karen ketemu juga. Oh, dia sedang berbicara dengan seseorang.
Siapa ya orang itu ? Are ? Chinen ?
Kenapa mereka bisa berbicara santai seperti itu. Jangan bilang mereka … Gak …
Haduh … Jadi ngingetin mimpi itu.
“Karen !”
bodoh kenapa aku harus memanggilnya ?
“Ai-chan ! Kochi !”
“Ai-chan ! Kochi !”
Sesuai
dengan perintahnya aku berjalan mendekatinya. Adududuh, kok aku merasa tegang
di antara mereka. Apa aku orang ke tiga ? Apa coba ! Mikir yang aneh – aneh
dasar Ai-chan.
Di saat aku
sedang memikirkan hal tersebut Chinen melihat ke arahku. Ia tersenyum dan aku
membalas senyumnya walau sedikit agak gugup. Tiba – tiba ia menghampiriku dan
menggandeng tanganku.
ETTO !!! Ada
apa nih ?
Walau aku
terus menerus berpikir apa yang ia lakukan tapi, tetap saja aku tidak berani
bertanya padanya. Entahlah mengapa. Aku sendiri bahkan bingung. Kenapa aku mau
saja di tarik dan di bawa ke suatu tempat olehnya.
Sejenak. Aku
melihat banyak sekali anak perempuan yang melihat ke arahku.
‘Apakah
mereka cemburu ?’
Hanya itu
saja kalimat yang terlintas di pikiranku. Aku sama sekali tidak tau harus
berbuat apa, sampai – sampai mereka mengejekku dengan kalimat pedas. Aku tau,
Aku tau kalau aku ini hanya cewek miskin yang jelek dan tidak memiliki status
social yang sebanding dengan Chinen. Ya, aku tau.
“Oi !”
Oh, gawat
sepertinya kelakuanku akan di curigai olehnya.
“Nani ?” jawabku
“Apakah kau tidak enak badan hari ini ?”
“Apakah kau tidak enak badan hari ini ?”
Ternyata dia
khawatir padaku
“Iie, Aku baik – baik saja kok !”
“Bagus ! Kalau begitu kita ke sana !”
“Bagus ! Kalau begitu kita ke sana !”
Oh ! Ah !
Dia membawaku ke tempat yang waktu itu ! Ingat ? Ke bukit tempat dimana aku
melihat bintang bersamanya. Tetapi, aku tau jelas. Aku tau diri. Sebenarnya,
apa yang aku pikirkan ? Kenapa aku ragu … Kenapa aku seperti ini …
“CUKUP !”
teriakku
Ia terkejut,
membalikkan badannya dan melihat ke arahku. Aku … Aneh bukan ?
“Kau ..
Kenapa Ai-chan ?”
Kali ini
ekspresinya berbeda dari yang tadi. Aku bisa melihat dengan jelas kekagetan dan
ekspresi yang menurutku … sedih.
“Aku … Aku …
Aku tidak bisa berada di sisimu … Kau tau ? Kita … Kita berbeda … Status
derajat kita sangat … sangat berbeda jauh ! Kau … Kau terkenal, di sukai banyak
orang, baik … Sedangkan aku … Aku keras kepala, miskin, main seenaknya saja …
Apa kau tidak tau …”
Ck ! Sial !
Mataku mulai berair, ini memalukan.
“Aku tidak
pernah ..” sambil berkata seperti itu dia menyentuh pundakku
Sayang
sekali, aku menepisnya.
“Sudah ! Aku
… Lebih baik aku tidak pernah mengenalmu !”
Masih dengan
emosi yang tidak jelas ini aku berbalik dan berlari sejauh – jauhnya darinya.
Terasa sekali ia melihatku dari kejauhan, karena ia tidak mengejarku.
______________________________________________________________________________
Baiklah …
Sekarang adalah hari terakhir ! Maksudku ya .. Hari terakhir aku berada dalam
penginapan ini. Sebenarnya kondisi hatiku sedang tidak stabil. Aku sendiri
bahkan bingung kenapa aku harus berteriak kepadanya sampai seperti itu. Ya
ampun, tiada hari tanpa masalah.
Karen sedang
tidak ada di sisiku sekarang. Tetapi dia sedang bersama dengan ‘orang itu’. Aku
sedang tidak ingin menyebut namanya. Karena memang sikapku sedang aneh … Ah, tidak
… Memang apa yang ku rasakan ini nyata.
Akhirnya aku
berniat pergi ke pantai. Ternyata tidak ada siapa – siapa ya ? Wajarlah, pasti
mereka sedang menonton konser ‘orang itu’. Tapi kan aku tidak tau letaknya
dimana. Dasar, aku benar – benar bodoh.
Menikmati
angin di sini sendirian … Memang pas untukku. Ya, aku sendirian sekarang.
Bukankah alunan angin pantai itu sama dengan perasaanku ? Perasaan sendirian ini ? Ahh … Memang. Memang
sama.
Ada langkah
kaki. Suara langkah kaki yang mendekat. Mungkinkah ‘orang itu’ ? Aku menengok
dan …
“Tatsuki !”
“Yo’ !”
“Apa yang kau lakukan di sini ?”
“Berlibur bersama dengan sahabatku. Kau lihat di sana.” Ucapnya sambil menunjuk ke arah 4 anak cowok yang sedang bermain air sambil tertawa tidak jelas
“Yo’ !”
“Apa yang kau lakukan di sini ?”
“Berlibur bersama dengan sahabatku. Kau lihat di sana.” Ucapnya sambil menunjuk ke arah 4 anak cowok yang sedang bermain air sambil tertawa tidak jelas
Aku
mengangguk – ngangguk sambil menggembungkan pipi. Ku pikir ‘orang itu’ tapi
tidak mungkin juga ‘orang itu’ kemari, biasa konser.
“Kau sendiri
?” tanyanya balik
“Aku sedang menginap di penginapan bersama Karen. Nanti sore baru pulang.”
“Begitu ya ? Bagaimana kalau kau bersenang – senang dengan kami ?”
“Aku sedang menginap di penginapan bersama Karen. Nanti sore baru pulang.”
“Begitu ya ? Bagaimana kalau kau bersenang – senang dengan kami ?”
EH ?
______________________________________________________________________________
“Ahh … Aku
benar – benar capek sekali !” seruku sambil membiarkan tubuhku tiduran di atas
pasir pantai
“Kau benar. Aku juga lelah. Dasar mereka, main seenaknya menarik orang dan melakukan tindakan tidak jelas. Mana mereka masih main terus” jelas Tatsuki sambil duduk di sampingku
“Demo, mereka semua sangat menyenangkan !!”
“Kau serius mengatakannya ? Mereka semua itu seperti bocah yang tidak tau waktu !”
“Kau benar. Aku juga lelah. Dasar mereka, main seenaknya menarik orang dan melakukan tindakan tidak jelas. Mana mereka masih main terus” jelas Tatsuki sambil duduk di sampingku
“Demo, mereka semua sangat menyenangkan !!”
“Kau serius mengatakannya ? Mereka semua itu seperti bocah yang tidak tau waktu !”
Entah
mengapa hari ini Tatsuki jadi lebih banyak berbicara padaku. Kondisi hatinya
mungkin sedang baik.
Aku berdiri
kembali sambil merebahkan kedua tanganku ke atas.
“Sudah mulai
sore, aku kembali ke penginappan ya ?” ucapku
“Chotto ! Ada sesuatu yang ingin ku tanyakan. Sebenarnya kau ada masalahkan ?”
“Chotto ! Ada sesuatu yang ingin ku tanyakan. Sebenarnya kau ada masalahkan ?”
Pandangannya
tajam. Sepertinya dia sudah tau dari awal. Tetapi aku tidak sadar, mungkinkah
dia mengajakku bermain karena ingin membuatku tertawa ? Kenapa aku bisa
berpikiran seperti itu ?
Aku menghela
nafas dan akhirnya menceritakan semuanya. Semua yang aku alami.
_____________________________________________________________________________
“Begitu ….
Jadi itulah mengapa kau menjadi lesu …”
“Ya … Tapi, aku sepertinya tidak mau memikirkannya lagi” seruku “Aku akan kembali ke penginapan ..”
“Kenapa ? Apa kau akan melarikan diri ? Apa kau tidak ingin mengatakan semua itu padanya ?”
“Ya … Tapi, aku sepertinya tidak mau memikirkannya lagi” seruku “Aku akan kembali ke penginapan ..”
“Kenapa ? Apa kau akan melarikan diri ? Apa kau tidak ingin mengatakan semua itu padanya ?”
CK !
“Apa yang
KAU tau ? Ini masalahku bukan ? Sebaiknya kau tidak usah ikut campur !” aku
mulai emosi
“Aku tau semua tentangmu ! Aku selalu tau ! KAu saja yang selalu menilaiku dengan pemikiran negatifmu itu ! Karena aku …”
“OMONG KOSONG ! AKu tidak mau mendengarmu lagi !”
“Aku tau semua tentangmu ! Aku selalu tau ! KAu saja yang selalu menilaiku dengan pemikiran negatifmu itu ! Karena aku …”
“OMONG KOSONG ! AKu tidak mau mendengarmu lagi !”
BAGUS !
Dengan begini aku sama sekali tidak merasa senang berada di sini. 2 hari aku
marah – marah. Aku muak ! Aku mau pulang sekarang juga !
Di saat
seperti ini aku segera masuk ke kamar penginappanku dan berkemas – kemas. Aku
tidak betah !
“Ai-chan !
Cepat kemari !”
“Aku tidak mau ! Aku mau pulang ! Sekarang juga !”
“Aku tidak mau ! Aku mau pulang ! Sekarang juga !”
Karen mulai
menarikku
“Apa yang
kau lakukan ?!!!” kesalku
“Ikut saja !! dan DIAM !” kali ini dia yang membentakku
“Ikut saja !! dan DIAM !” kali ini dia yang membentakku
Oh … Bisakah
aku pulang dan tertidur seakan aku melupakan semua yang terjadi di sini ? Aku
capek dan hanya ingin beristirahat.
1 menit … 2
menit … 3 menit … Kami sudah berjalan sampai 3 menit. Dan oke ! Tempat ini
terlalu gelap dan aku tidak bisa melihat apa – apa. Mataku memang min(-) jadi
aku harus menanggung resiko.
“Kita berada
di mana ?” tanyaku yang mulai curiga kalau sebenarnya kami ini tersesat
“Sebentar lagi sampai”
“Sebentar lagi sampai”
Benar … Sudah
sampai … Aku dapat melihat sebuah cahaya di depan mataku. Wah ! Ini sebuah cafĂ©
? Kenapa letaknya seperti di dalam hutan ?
“Baik, duduk
di sini !” pertintah Karen sambil memaksaku duduk
“Aduh ! Ini ada apaan si sebenarnya ?”
“Nanti butlermu akan datang”
“E-hei !”
“Aduh ! Ini ada apaan si sebenarnya ?”
“Nanti butlermu akan datang”
“E-hei !”
Sekarang aku
sendirian di sini. Ini tidak lucu ! Ini kan bukan hari ulang tahunku maupun
aprilmop ! Nasibku memang sial 2 hari ini.
“Apa yang
ingin kau pesan, nona ?”
DEG
Aku sangat
kenal suara ini. Tuh kan benar … Padahalaku belum siap menemuinya.
“Kenapa kau
di sini ?” tanyaku judes
“Untuk melayanimu”
“Aku pulang !”
“Tunggu ! Sebelum itu ada yang ingin ku katakan”
“Untuk melayanimu”
“Aku pulang !”
“Tunggu ! Sebelum itu ada yang ingin ku katakan”
Kedua
kalinya seseorang mengatakan ‘ada yang ingin ku katakan’. Oke, aku mulai risih.
“Apa ?” kali
ini caraku berbicara sangat amat judes
“Kau salah jika aku adalah orang yang suka menilai seseorang dengan status yang seimbang. Kau adalah kau. Aku adalah aku. Kita memang berada di dunia yang sama. Tapi, lihat ? Aku memiliki tangan sama sepertimu. Kaki, mata, hidung … semua sama. Tak ada manusia yang berbeda. Hanya mungkin cara mereka berpikir dan juga hati mereka itu pasti berbeda.”
“Lalu ?”
“Aku hanya ingin mengatakannya sekali, aku menyukaimu.”
“Kau salah jika aku adalah orang yang suka menilai seseorang dengan status yang seimbang. Kau adalah kau. Aku adalah aku. Kita memang berada di dunia yang sama. Tapi, lihat ? Aku memiliki tangan sama sepertimu. Kaki, mata, hidung … semua sama. Tak ada manusia yang berbeda. Hanya mungkin cara mereka berpikir dan juga hati mereka itu pasti berbeda.”
“Lalu ?”
“Aku hanya ingin mengatakannya sekali, aku menyukaimu.”
BADUMB !
“Eh ? Maaf …
Tadi .. Aku mendengarmu kau bilang apa ?”
“Tak akan ku ulang” ucapnya sambil menjulurkan lidah
“Tak akan ku ulang” ucapnya sambil menjulurkan lidah
Ihh !!
Menyebalkan sekali. Padahalkan aku hanya ingin memastikan apa benar dia … Dia
bilang … ‘aku menyukaimu’.
“K-kau itu
bodoh atau apa si ? Padahalkan banyak perempuan yang … Iya … Lebih manis dan
lebih cantik dariku.”
“Itulah yang ku suka darimu”
“Eh ?”
“Kau selalu rendah hati. Memang benar yang kau katakan. Tapi … Itulah yang ku suka darimu. Tak perlu mengatakan hal semacam kayak begitu. Bagaimana kalau kita …. Kita … coba date …”
“Itulah yang ku suka darimu”
“Eh ?”
“Kau selalu rendah hati. Memang benar yang kau katakan. Tapi … Itulah yang ku suka darimu. Tak perlu mengatakan hal semacam kayak begitu. Bagaimana kalau kita …. Kita … coba date …”
Sekujur
tubuhku panas. Baru kali ini aku mendengar dia berani mengatakan hal seperti
itu.
“Tapi … Aku
kan belum mengatakan kalau aku menyukaimu …”
“Barusan kau mengatakannya”
“CHINEN !”
“Ahahahahaha …”
“Barusan kau mengatakannya”
“CHINEN !”
“Ahahahahaha …”
Malam
terakhir ini tak akan aku lupakan. Memang konyol dan tidak jelas. Tapi, sudah
terjadi jadi mau di apakan lagi … Lagi pula … Aku jadi belajar tentang menyukai
seseorang dan banyak hal.
Owaru
_____________________________________________________________________________
A.M
Author :
Rasanya agak malu juga namanya Ai. Ahahahaha … Gomenne … Endingnya kayaknya
kurang jelas (mungkin lebih tepatnya memang tidak jelas). Sebenarnya udah lama
banget Fic ini di buat. Karena banyak tugas dan semacamnya makanya waktu untuk
melanjutkannya jadi tertunda lama. Demo sa … Arigatou karena sudah berniat
membacanya (kalau niat ya ?). Ehehehe … Jaa !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar