See
you 3
Rating
: T
Genre
: Drama & Romance
Chara
: Maki Fuyu, Sanada Aki, Kitayama Kei, Minamoto Zen, Kouchi Mimi, etc
"Apa kau lupa tentang hubungan kita dulu
?" Tanya Zen sambil menatapku tidak percaya
"A-apaan si ? A-aku tidak mengerti maksudmu
!"
"Taman - waktu kecil - jatuh - bukit"
ucapnya sepatah - patah
"Taman ? Waktu kecil ? Jatuh ? Bukit ...
?"
"Kau itu benar -benar bodoh ! Apa kau lupa ?!
Hah ! Lantas cewek bodoh sepertimu pasti lupa !" Zen memulai berbicara
lebih kasar dari sebelumnya
Aku yang sejak tadi menahan emosi akhirnya mulai
berbicara dan berkata jauh lebih kasar.
"HEH ! COWOK BRENGSEK ! Aku tau kau KAYA ! Kau
hidup enak ! Tapi jangan pernah kau mengataiku BODOH ! Antara kau dan aku
justru kau yang lebih BODOH !" Bentakku sedikit berteriak
Sekarang dia malah terdiam. Menunduk ke bawah tanpa
melihat ke arahku sedikitpun. Oh ... Aku mulai merasa bersalah sekarang. Tapi,
dia kan yang mulai duluan. Aku tidak ingin selalu mengalah. Karena jika seperti
itu terus menerus maka dia akan menjadi keras kepala.
"Gomen(1) ... Sebenarnya ... Aku tidak berniat
membuatmu marah sama sekali. Tetapi ternyata tidak bisa ya ... Memang sejak
dari kecil kita sering bertengkar ..."
Ekspresinya berubah, jauh lebih lembut dari
sebelumnya. Raut wajah menyesalnya benar - benar sungguhan. Dia serius
mengatakannya, aku yakin.
Tetapi ... Walaupun begitu aku berusaha keras untuk
mengingat masa laluku. Jangan - jangan aku ini amnesia ya ? Ah ! Gak mungkin.
Kalau aku amnesia pasti aku segera di beritahu orang tuaku dan ada surat
keterangan dari dokter. Lagi pula selama ini aku belum pernah mendapat penyakit
yang parah.
"Waktu itu ... Aku menjatuhkan gantungan kunci
kesayanganmu. Ketika kau ingin mengambilnya tiba - tiba kau terpeleset dan
terjatuh dari atas bukit yang sedikit jurang" jelasnya
Tunggu ... Aku terjatuh dari bukit ? Ah ! Eh ! Ya !
Benar ... Aku terjatuh dari bukit karena ingin mengambil gantungan kunci
berbentuk bintang itu !
Flashback ON
Hari ini aku berlibur bersama dengan semua teman -
temanku di TK. Rasanya senang ... sekali. Kami mendaki ke puncak gunung. Waktu
itu aku bersama dengan Zen. Temanku. Bukan, lebih tepatnya sahabatku. Dia suka
sekali berbicara kasar. Tetapi sebenarnya niatnya baik. Aku tau itu karena dia
selalu ada di sisiku. Banyak yang iri pada kami, karena kami selalu bersama -
sama. Padahal kami selalu adu mulut tiap kali bertemu. Tetapi kami berniat
tidak melakukannya hanya untuk momen spesial ini. Oleh karena itu kami tidak
akan berbicara kasar. Hanya hari ini.
"Fuyu-chan, itu apa ?" Tanya Zen sambil
menunjuk gantungan kunci yang sengaja ku pakai di tasku
"Ini gantungan kunci bintang ! Okasan(2) yang
membuatkannya untukku sebagai hadiah ulang tahunku" jelasku sambil
tersenyum lebar
"Bolehkah aku melihatnya ?"
"Tentu saja !"
Aku melepaskan gantungan itu dari tasku dan ku
serahkan padanya.
"Suge(3)~ !" Ia memperhatikannya sambil
berjalan
"Ehehehe" aku tertawa melihat ekspresinya
Tiba - tiba
BUG !
Zen tersandung
"Itai(4) !" Kesalnya
"Daijoubu ka(5) ?"
"Un(6) ah ! Gantunganmu !" Ia terkejut
ketika melihat barang itu tak ada di tangannya
Kami berdua segera mencarinya di sekeliling kami.
Syukurlah aku melihatnya. Benda itu tersangkut di tiang pembatas jalan. Segera
aku berlari dan mengambilnya.
"Itu berbahaya, Fuyu-chan !"
"AHH !!!" Aku terjatuh
"FUYU-CHAN !"
Ketika Zen menarik tanganku ia ikut terjatuh
bersamaku dari atas tebing itu. Dan untungnya kami masih hidup. Ku pikir Zen
akan mati bersamaku. Syukurlah kami berdua masih hidup.
Flashback OFF
"Aku ingat ! Kau Zen ! Bocah yang suka
berbicara kasar tetapi memiliki niat yang baik !"
"KASAR ??? Apakah aku sekasar itu ? Ku rasa
waktu kecil sikapku itu keren" ucapnya sambil melakukan pose gaya sok-cool
"Mana ada orang keren yang mengatakan bahwa
dirinya itu keren ?"
"Lihat ini !"
Oh ! Oh ! Itu gantungan kunci kesayanganku !
Gantungan kunci bintang ! Tetapi kenapa bisa ada di tangannya ? Padahal
bukankah kita terjatuh dari atas jurang bersama - sama ? Bagaimana bisa ?
"Kenapa ... Benda itu ada di tanganmu ?"
"Sebelum aku tidak sadarkan diri, aku
menggenggam erat benda ini. Ini benda berharga untukmu, bukan ?" Ucapnya
sambil menyerahkannya padaku
Aku menggangguk lalu menggeleng.
"Untukmu saja, anggap saja itu adalah hadiah
karena sebenarnya kau ingin melindungiku waktu itu"
"Memang benda ini bisa apa ?" Tanyanya
jutek
"Bisa mengabulkan permohonanmu ! Lihat !
Bentuknya bintang bukan ? Anggap saja itu adalah bintang sungguhan. Banyak
orang yang meminta permohonan pada bintang loh ..." seruku tersenyum sambil
menghayati kalimatku itu
"C-cih !!" Zen membuang muka
"Kau kenapa ?"
"A-sudah malam !! Sebaiknya kau pulang ! Cepat
! Akan ku antar kau"
Dia bergegas keluar sambil memasang muka yang
menurutku kesal bercampur malu. Aneh.
Hanya dalam waktu 10 menit dia telah mengantarku
sampai depan rumah. Apakah kalian tau ? Dia mengebut bagaikan ke sambet setan.
Bayangkan saja, lampu lalu lintas masih berwarna merah tetapi dia berani main
serobot !! Seandainya tempat itu ada polisi pasti aku akan benar - benar pulang
larut malam.
"Arigatou(7) sudah mengantarku pulang. Jaa(8)
!"
"Oi !"
"Nani(9) ?"
"Iie(10), kau boleh masuk ke dalam. Lagi pula
aku tidak ingin berlama - lama."
Aku mengangguk dan langsung masuk ke dalam.
Sementara itu suara motor Zen terdengar semakin jauh.
Di hari - hari yang ku lalui ini, sepertinya banyak
hal yang ku lupakan. Ada apa sebenarnya denganku ya ... Atau jangan - jangan
aku sengaja melupakannya karena memori itu tidak berarti untukku ? Oh,
tidak ! Bagiku semua memori itu sangatlah
penting. Tak ada satupun dari mereka yang tidak penting. Tetapi mengapa aku
tidak dapat mengingatnya sampai sekarang ? Justru jika tidak di beritahukan
detailnya aku hanya bisa merasa pusing memikirkannya.
Baiklah, aku tidak ingin hal itu menggangguku dalam
sekolah. Lagipula sekarang aku berada di dalam kelas dan sedang mendengarkan
guru menerangkan mata pelajaran matematika di depan.
Sambil menjelaskan guru itu menulis angka di papan
tulis sementara aku sedang melihat ke arah jendela dan memandangi lapangan
sekolah yang tampak sepi.
"Haaaahh ..."
Entah mengapa aku merasa kosong seperti ini. Begitu
banyak pikiran sekali aku ini. Bayangkan saja, pertama Aki kedua Zen lalu
selanjutnya ?
"Maki-san !!!"
"Huaa !!"
Oh, sial ... Ternyata guruku menyadari kalau aku
sedang bengong (?) Semua teman - teman sekelasku pada tertawa sedangkan aku
sendiri malu sambil menundukkan kepala.
'Memalukan !' ucapku dalam hati
Pada saat jam istirahat aku ke atap sekolah. Di
sana sudah seperti kantin bagiku. Lagipula karena aku selalu membawa bento(11),
aku tidak perlu ke kantin untuk membeli makan maupun minuman. Lebih sehat
masakkan rumah, bukan ?
Sesampainya aku membuka pintu terlihat Kei sedang
berbaring tidur di lantai. Aku berpikir apa yang dia lakukan di sini.
Sementara itu aku berjalan masuk dan menjauh dari
tempat dia berbaring. Aku tidak ingin berurusan dengan cowok yang di sebut
'playboy' itu.
Aku duduk di bangku yang letaknya sekitar 10 meter
jauh darinya. Sambil makan, ternyata dia sama sekali tidak menyadari
kehadiranku. Sepertinya dia sedang tertidur. Ya sudah, selama dia tidak
menggangguku aku lanjutkan makan saja.
Bel tanda waktu istirahat selesai sudah berbunyi.
Tetapi sampai sekarang dia masih belum bangun juga. Jangan - jangan sebenarnya
dia pingsan ?
Walaupun aku masih ragu mendekatinya tetapi
akhirnya aku nekat juga. Lagipula aku hanya ingin memberitahukan kalau bel
masuk sudah berbunyi.
"Kei ! Bangun !"
Sambil terus memanggil dan mengguncangkan tubuhnya
ia tetap tidak bangun - bangun malah tanganku ia tepis. Sepertinya dia ini
sengaja tidur di sini sampai pulang sekolah. Baiklah, aku akan meninggalkan
orang ini.
Ketika aku berjalan dan berada di depan pintu ada
suara mengatakan
"Kau pengganggu"
Aku berhenti lalu memandanginya dan berkata
"Lebih baik jadi pengganggu dari pada menjadi
orang yang selalu bolos dalam waktu belajar di sekolah"
Setelah mengatakannya akhirnya aku berjalan turun
ke bawah. Aku mendengar suara orang tertawa. Pasti Kei yang melakukannya.
Di dalam kelas yang tak terasa sudah sepi ini aku
bersiap untuk pulang ke rumah. Masih ingatkan prinsipku pulang sampai semua
murid yang ada di sekolah tampak tinggal sedikit ?
Oke, semua barangku sudah ku masukkan ke dalam tas.
Ketika aku ingin membuka pintu ternyata Aki sudah membukanya.
"Fuyu-chan ! Ano(12) ... Maukah kau pulang
bersamaku ?"
Aki tampak seperti orang yang kehabisan nafas.
Sepertinya ia baru saja berlari - lari. Apakah untuk mencariku atau karena ada
hal lain ?
Ternyata benar, ia sedang di kejar - kejar oleh
Zen. Dan sekarang Zen malah ikut - ikutan berkata
"Fuyu ! Hari ini pulang bersama denganku
!"
Uwah, ini si terlalu berlebihan. Entah mengapa aku
seperti gadis yang berada dalam game dan sedang di perebutkan oleh dua lelaki.
Ah, kok jadi agak konyol si ?
"Tunggu, aku ... Oya Zen ! Barusan ada seorang
cowok yang mencarimu. Dia berbicara tentang projek kalau tidak salah"
jelasku
"Sial ! Aku lupa"
Zen pun berlari cepat mencari lelaki itu. Ternyata
dia itu tipe orang yang lupa akan janji dan urusannya sendiri.
Sekarang aku berdua dengan Aki. Ya, aku pun
akhirnya pulang bersama dengannya. Kami saling pandang dan tersenyum.
"Ayo, Fuyu-chan" ajaknya
Aku mengangguk dan berjalan bersama dengannya.
"Lupa ingatan ?" Seru Aki ketika aku
memberitahukan bahwa kenangan masa laluku tentang Aki dan Zen sama sekali tak
ku ingat
"Ya ... Entahlah ... Sepertinya aku keturunan
ayahku yang lupa akan masa lalu yang indah" ucapku dan menghembus nafas
Sambil berjalan aku bercerita kepada Aki. Tentang
semua kejadian yang ku ingat di masa lalu. Tetapi entah mengapa aku merasa
tidak ada hal yang menimpaku atau hal yang dapat membunuhku karena lupa ingatan
seperti itu.
"Sudahlah ... Tak apa - apa. Nanti juga
sedikit demi sedikit dapat teringat kembali" Aki mulai mengusap kepalaku
"Entah mengapa aku yang lebih pantas mengusap
kepalamu"
Kami tertawa. Mungkin benar yang di katakan
olehnya. Sedikit demi sedikit pasti aku tau apa penyebabnya. Tapi yang
membuatku bingung. Kenapa aku harus punya memori indah dengan kedua lelaki itu
? Apa aku tidak punya teman perempuan ya ?
Aku berhenti sejenak melihat toko yang menjual kue.
Oh ! Ada kue blackforest ! Aku ingin membelinya tetapi sayang sekali aku tidak
memiliki uang karena aku menghabiskannya untuk membeli peralatan sekolah yang
baru.
"Fuyu-chan mau kue itu ?" Ucap Aki yang
tau akan pemikiranku
"Ehehe ... Tidak kok ...! Ayo kita pulang
sebelum gelap"
Aku jalan duluan lalu Aki mengikutiku.
"Fuyu ... Kau sudah pulang ..."
Okasan sedang memasak sesuatu di dapurnya. Wanginya
enak sekali. Aku yang baru saja pulang dari sekolah langsung duduk di ruang
makan.
"Okasan, bolehkah aku bertanya sesuatu ?"
"Apa itu ?"
"Apakah aku punya penyakit ?"
"Penyakit ?" Okasan menghentikan
gerakannya saat memasak
"Hm ... ku pikir tidak ada. Kau 100% normal
kok !" Lanjutnya sambil meneruskan memasak
"Sou desu ne(13) ..."
"Kenapa tiba - tiba kau menanyakan hal itu
?"
"Nande monai(14) !"
Apakah Okasan menyembunyikan sesuatu dariku ya ?
Tapi, caranya bicara sepertinya tidak ada yang ia sembunyikan. Mungkin memang
aku tipe anak yang pelupa.
Ketika aku berjalan sendirian aku melihat Aki
sedang tersenyum sambil mengusap kepala anak kucing. Manis ... Memang pas
dengan karakternya.
Tiba - tiba ia mengetahui keberadaanku lalu
tersenyum sambil melambaikan tangan.
"Fuyu-chan, Ohayou(15) !"
"Ohayou ..." jawabku membalas senyumnya
"Pergi bersama ?"
"Ya, ayo ke sekolah bersama"
Kami berjalan bersama lagi. Aku merasa lebih nyaman
bersama dengan Aki. Mungkin karena sikapnya yang lemah nan lembut itu. Lalu orangnya
tenang dan mengerti situasi. Itu sangat membuatku lebih tenang.
"...chan.. Fuyu-chan !"
DEG
Pasti aku lagi - lagi bengong sampai - sampai Aki
yang memanggilku dari tadi tak ku dengar.
"A-ah ... Maaf aku tidak mendengarmu ..."
DEG DEG
Wajahnya terlalu dekat. Aku sampai tersentak ke
belakang dan terjatuh. Sakit sekali rasanya.
"Daijoubu ?"
Dia mengulurkan tangan sambil membuat ekspresi
bersalah. Ini si terlalu baik sekali. Biasanya kalau orang lain pasti akan
tertawa.
"Hai'(16)"
Aku menerima uluran tangannya dan bergegas berdiri,
belakang punggungku terasa agak sakit. Sepertinya aku terjatuh dengan sangat
tidak enak di lihat. Kakiku juga rasanya sakit.
"Apa kau mau ku gendong ?"
"..... ..... ..... ..... ..... EHH ??!!!"
Aki jongkok dan menghadap membelakangiku bersiap
untuk menggendongku.
"T-tidak usah ! Aku baik - baik saja kok"
Aku berdiri dan melanjutkan berjalan. Sambil
menutupi wajahku dan menunduk ke bawah aku berjalan dengan cepat dan Aki
menyamai caraku berjalan. Ku harap dia tidak melihat wajahku yang terasa panas
ini.
"...baik silahkan beristirahat"
Sensei(17) merapihkan barang - barangnya dan
berjalan keluar kelas. Di saat yang sama Mimi menghampiriku dengan senyum yang
menurutku bagaikan iblis (?)
"Kenapa kau tersenyum seperti itu ?"
"Mau tau ?"
"Jika kau tidak ingin memberitahukannya padaku
ya sudah" ucapku sambil bergegas menuju atap sekolah
"C-c-c-chotto(18) !!! Sebenarnya aku sedang
mengerjai si 'playboy' itu"
Oh ! Pasti dia sedang membicarakan Kei. Entah
mengapa kami mulai menjulukinya 'playboy' dari pada memanggil namanya. Karena
memang ia pantas mendapat sebutan seperti itu soalnya ia memiliki sikap yang
berada di luar dugaan.
"Lalu apakah itu ?"
"Aku akan memberitahukanmu nanti pulang
sekolah"
Sampailah aku di atap sekolah. Untung saja jam
istirahat masih ada sisa sekitar 20 menit atau tidak aku pasti tidak dapat
menikmati sosis dan telur gulung ini.
Aku melahap bento itu dengan sedikit hyper. Karena
perutku sudah tidak bisa menahannya lagi. Aku lapar dan aku berada dalam masa
pertumbuhan. Tidak ada salahnya makan banyak - banyak asalkan makanan itu tidak
banyak memiliki lemak. Bisa - bisa nanti berat badanku naik 2 atau 3 kilo lagi.
"Cepat Aki !"
Aku mendengar seseorang meneriakkan nama Aki dari
bawah. Ketika aku melihat ke bawah terlihat Aki sedang berlari menghampiri
cowok yang memanggilnya tadi. Sisanya aku tidak mendengar apa yang mereka
bicarakan. Cowok itu sepertinya sedang memarahi Aki sedangkan Aki menundukkan
kepalanya berkali - kali.
Sesaat ia melihat ke atas dan melihatku. Dia
tersenyum sambil melambaikan tangan aku pun membalasnya dengan hal yang sama di
lakukannya.
Sepertinya itu temannya. Hebatnya dia dapat cepat
bergaul dengan orang lain di bandingkan denganku yang jarang ingin berbicara
dengan orang yang tak di kenal selain ada hal penting.
DING DONG
DING DONG
Oh celaka ! Makananku harus cepat ku habiskan !
"Mimi, kau bilang ingin memberitahukan padaku
!"
"Baik, ikut aku"
Aku tidak tau rencana seperti apa yang akan ia
lakukan pada si 'playboy'. Tapi, aku rasa itu adalah sesuatu hal yang
berbahaya. Apakah apa yang ku pikirkan ini benar ?
"Kochi(19) !"
Aku menghampiri Mimi dan membungkuk di balik semak
- semak. Tampak di depanku Kei sedang berjalan mendekati kolam ikan. Oh !
Jangan bilang Mimi akan melakukan tindakan ekstrim dan ... kenapa ia membawa
bola basket ? Ini benar - benar tak bisa ku bayangkan.
"X point !" Gumam Mimi
Tiba - tiba ia berdiri ketika Kei sudah berada
tepat di pinggiran kolam itu. Lalu Mimi bersiap sedia untuk melempar bola
basket itu ke arahnya. Oh, tidak aku tidak ingin melihatnya. Mimi melempar bola
itu dan ... Headshot !! Kei tercebur ke dalam kolam itu.
"Jack point !!" Mimi menyeringai gembira
dan berjalan meninggalkan Kei dalam posisi yang 'kecipak kecipuk' dalam kolam
"Apa tak apa kita meninggalkan dia seperti itu
?" Tanyaku yang merasa berdosa tidak melakukan apapun untuk menolongnya
"Biarkan saja !" Ketusnya
Aku terdiam dan membalikkan tubuhku.
"Kau mau kemana ?"
"Ada barang yang tertinggal" ucapku dan
berlari menuju Kei berada
Wah ! Dia masih 'kecipak kecipuk' dalam kolam ikan.
Ku rasa sepertinya dia tidak bisa berenang atau sejenisnya.
"T-tolong aku !"
Aku masih melihat tingkahnya di kolam itu. Aku
tersenyum dan mengeluarkan keitaiku lalu mengambil fotonya. Akan di jual berapa
ya ?
"T-tolong ..."
Dalam hati sebenarnya aku tertawa melihatnya
seperti itu. Ternyata aku punya sisi jahat juga. Tapi kan sebenarnya kolam itu
...
"Diam dan jangan banyak tingkah ! Coba kau
tapakkan kakimu !" Tegasku
Akhirnya ia menghentikan aktivitasnya dan menuruti
perintahku. Seketika itu dia terdiam cukup lama lalu tertawa kecil.
"Ehehe ... Ternyata cetek ya ... Ehehe
..."
"Jangan hanya tertawa saja ! Cepat naik ke
atas apa kau mau bermain bersama ikan itu ?"
"Hai' ... Hai' ..."
Dia pun naik ke atas kolam. Uhh ... Pakaiannya
basah semua. Sampai - sampai air menetes turun deras dari baju dan celananya.
"Sebaiknya kau ganti pakaian olah raga deh
..."
"Tapi, aku hanya membawa celana olah raga
saja"
"Oh, itu urusanmu"
Aku berjalan meninggalkannya. Peranku di sini
adalah menjadi orang jahat, ya ? Baiklah ... Baik ... Aku akan bertingkah baik
satu kali saja.
"Aku bawa baju olah raga. Kau harus
mengembalikannya besok"
Ia tersenyum bahagia. Kenapa aku harus melakukan hal
itu. Padahal aku sedikit setuju dengan apa yang di lakukan Mimi padanya. Ya
sudahlah, aku juga manusia punya hati nurani.
Aku berdiri menunggu ia selesai mengganti pakaian
di depan ruang kamar mandi. Lama sekali dia berganti pakaian saja. Biasanya kan
cowok cepat melakukan hal seperti itu.
Tak lama kemudian sosok Kei keluar dan tak ku
sangka pakaianku pas dengannya mungkin karena aku lebih suka baju yang
kebesaran di banding yang ketat.
Aku melihat kelakuannya. Ia sedang mencium baju
olah ragaku. Entah mengapa aku merasa dia ini bertingkah seperti hewan.
"Apa yang kau lakukan ?"
"Bajumu ini ... Ada wangi tubuhmu"
"..... ..... ..... KAU BILANG APA ?!!"
Aku sudah menyiapkan kepalan tinjuku untuk menonjok
wajah si 'playboy' brengsek satu ini. Emosiku meledak sudah. Bukannya berterima
kasih ia malah melontarkan kalimat pelecehan seperti itu.
"H-hey ! Aku tidak bermaksud hal yang negatif.
Kalau kau tidak percaya coba saja"
Tiba - tiba ia mendekatiku dan ... Ia MEMELUKKU !!!
Aku mencium wangi bunga di tubuhnya. Huaaaa !!! Ini memalukan. Apa yang ku
pikirkan barusan.
Di saat bersamaan Zen berdiri di sebelah kami.
"Apa - apaan ini ?" Ucapnya syok
Gawat ! Zen melihat adegan ini ! Bisa - bisa aku
akan di lecehkan dan di katai bahwa aku di peluk oleh seorang raja 'playboy'.
Apa yang harus aku lakukan sekarang ?
TO BE CONTINUED
Notes :
1.
Gomen :
Maaf
2.
Okasan :
Ibu
3.
Suge :
Hebat / keren
4.
Itai :
Sakit
5.
Daijoubu ka : Kau baik – baik saja
6.
Un :
Ya
7.
Arigatou : Teerima kasih / makasih
8.
Jaa :
Sampai nanti
9.
Nani :
Apa
10. Iie : Tidak
11.
Bento :
Bekal
12. Ano : Itu (Kalimat yang di ungkapkan
untuk bingung ingin bicara apa seperti ‘umm …’)
13. Sou
desu ne : Jadi begitu
14. Nande
monai : Tidak ada apa – apa
15. Ohayou : Pagi / selamat pagi
16. Hai : Baik
17. Sensei : Guru
18. Chotto : Tunggu
19. Kochi : Sini