Sabtu, April 12, 2014

See You 7

See You 7

Genre : Romance
Chara : Maki Fuyu, Sanada Aki, Kitayama Kei, Minamoto Zen, Kouchi Mimi, etc


"Bagaimana perasaanmu terhadapku ?"

Mataku terbelalak, mulutku sedikit terbuka sambil memikirkan kata yang ingin ku ucap. Mungkinkah ..... 'Suka' ?



"E-a-ummm... Dou iu koto(1) ?" Aku mencoba memastikan

"Kau tau... Aku memang tidak sabar... Sebenarnya sikapku dulu seperti ini. Sayang sekali karena kecelakaan itu kaki ku jadi patah. Tetapi, sekarang sudah kembali seperti semula. Haruskah setiap hari aku seperti ini. Menurutmu apa aku harus berpenampilan seperti ini? Apa kau suka?"

Dia bercerita sambil menatap ke langit. Kedua tangannya di masukkan ke dalam kantung celananya. Wajahnya terlihat sedih tetapi ia memandang lurus ke depan seakan semuanya akan baik - baik saja. Sebenarnya apa yang ingin ia sampaikan padaku?

"Jadilah dirimu sendiri... Hanya itu yang dapat ku katakan... Apa yang menurutmu terbaik maka lakukanlah. Aku tidak bisa membantu banyak karena harus dirimulah sendiri yang dapat melakukannya"

Aki memandangku sangat lurus tanpa mengedip sekali pun. Mungkin ia terkejut dengan apa yang ku katakan tetapi poker face yang ia tunjukkan membuatku ragu.

"Sou desu(2)..."

"Un(3)..."

Hanya itu sajakah yang ingin ia katakan atau ada banyak? Aku tidak tau. Karena sikapnya benar - benar berubah drastis. Apakah dia memiliki kepribadian ganda ? Tidak mungkin.

Tiba - tiba Aki berjalan meninggalkan ku tanpa mengucapkan satu kalimat pun. Aku memandangnya pergi menghilang entah kemana. Dan akhirnya aku juga meninggalkan tempat ini.



"O-ohayou(4)... Fuyu-chan... "

Suara seorang gadis yang sangat ku kenal sedang memanggil namaku. Seketika itu aku menoleh dari tempat ku duduk di kelas.

"Mimi? Ummm... Doushite(5)?" Ucapku gugup

"Ano... Ne... Gomen ne(6)... Karena aku sudah curiga padamu... Ternyata kau tidak berpacaran dengan anak "playboy" itu..." jelasnya dengan wajah yang bisa di bilang menyesal

"Daijoubu kara(7)... Mimi... Aku tau kok perasaanmu... Setidaknya kau masih ingin berteman denganku bukan?"

Mimi terlihat ingin menangis, senang. Lalu ia memelukku dan selalu mengatakan "gomen nasai" berkali - kali sampai seisi kelas memperhatikan kami, terharu, tersenyum, iri karena kami teman yang mengerti satu sama lain.

Selesai menangis sepuasnya ia membisikkan padaku sesuatu hal yang sangat mengejutkan. Tetapi, aku tidak setuju dengan rencananya karena akan membuat orang itu akan balas dendam kepadaku. Mimi memaksa dan akan menolongku jika orang itu akan mengancamku. Akhirnya sebuah rencana besar - besaran akan di lakukan besok, istirahat, di sekolah.



Ke esokkan harinya, jam 12, waktu makan siang, kantin.

Aku dan Mimi telah berdiri di atas meja makan yang sangat besar. Sambil membawa speaker dan mike. Ia telah mempersiapkan hal seperti ini dengan sempurna, bahkan kemarin sepulang sekolah ia melakukan pengumuman di setiap kelas. Benar - benar cewek yang luar biasa bukan?

"Konnichiwa(8), minna-san(9)! Hari ini aku akan memberitahukan suatu hal yang sangat luar biasa! Kalian tau apa itu? Hehe.. Tamu utama kita adalah...... Maki Fuyu! Berikanlah tepuk tangan yang meriah!!"

GULP

Aku benar - benar grogi sekali di lihat oleh banyak atau mungkin seluruh murid sekolah ini. Sebenarnya aku ini pemalu apalagi harus berhadapan dengan banyak orang. Aduh, sepertinya aku harus mulai berbicara.

"K-k-konnichiwa... U-umm... M-m-maki F-fuyu desu.... E-etto... Aku ingin memberitahukan bahwa... Selama ini kalian salah paham. Aku tidak berpacaran dengan Kitayama Kei.. Hanya saja dialah orang yang membuat gosip itu. Di tambah lagi, dia melakukannya untuk melampiaskan emosinya padaku dan akulah yang selalu di salahkan.. Menyedihkan ya......" ucapku gemetar menahan air mata yang siap jatuh

Suara gemuruh para murid terdengar oleh ku mereka ternyata bersimpati pada apa yang ku rasakan. Semoga rencana ini sukses. Walaupun sebenarnya aku memang ingin menangis tetapi bukan karena itu. Aku ingin menangis karena tidak tahan berdiri lama - lama dan di lihat oleh banyak orang.

Ada seorang anak laki - laki yang mengacungkan tangan kanannya ke atas. Ternyata dia adalah Zen.

"Oh ! Ternyata ada yang mau bertanya ! Douzo(10) !" Mimi mempersilahkan Zen untuk berbicara

Zen berdiri dari tempat duduknya "apakah semua ini benar ? Lalu ... Mana Kei ? Apakah dia begitu takut untuk ke sini ?"

"Wah wah~ Benar juga ! Di mana ya Kei itu ?"

Semua murid langsung mencari orang yang bersangkutan itu. Tapi, cari di mana pun juga percuma tiba - tiba

"Aku di sini !"

Cowok dengan tinggi 173 cm telah datang dengan menggunakan topeng ultra man (?)

"A-apa - apaan itu ?" Mimi terkejut sampai - sampai mic yang ia pegang terjatuh dan mengeluarkan suara yang bikin telinga sakit

"Aku adalah tokoh utama dalam acara ini !" Ucap sang bertopeng itu

"Jangan - jangan kau...."

Ia melepaskan topengnya, sudah kuduga bahwa dia adalah Kei ! Dan kenapa ia menggunakan topeng seperti itu ? Padahal sedang tidak ada acara maupun festival di sekolah ini.

"Baik~ baik~ Aku mengaku kalau aku itu salah.. Tetapi~ Bagaimanapun juga aku kan hanya bercanda. Ahahaha~~"

Sambil tertawa terbahak - bahak semuanya terlihat sweatdrop. Oke, itu sama sekali tidak masuk akal. Kenapa dia tidak merasa malu berdiri di depan publik seperti ini di tambah lagi dia kan yang sedang di bicarakan di sini !

"Hoi Kei dasar raja mesum dan playboy ! Sebaiknya kau minta maaf pada Fuyu karena sudah melakukan tindakan yang melukainya !" Mimi mulai mengamuk sambil membawa tongkat yang di gunakan untuk menyapu

"Eh ? Benarkah itu Fuyu ?" Kei mulai melihat ke arahku

Aku mengangguk, tiba - tiba

GYUT

Dia memelukku secara tiba - tiba dan membuat seisi kantin menjadi bergemuruh dengan amarah, terkejut, senang (?)

"Maaf maaf ... Aku tidak bermaksud melukaimu..."

Dia merengek meminta maaf terus menerus kepadaku sambil tetap dalam posisinya. Aku hanya terkejut merasa kesal dan akhirnya mendorongnya menjauh dariku.

"Apa yang kau lakukan ? Tidak tau kah kau bahwa ini di depan umum ? Dasar kau !"

BUGH

Sebuah pukulan telah mengenai salah satu pipi Kei. Otomatis tubuhnya melangkah mundur sambil memegang pipinya itu. Tetapi, hal tersebut tidak membuatnya marah padaku melainkan ia tersenyum !

"Ke-napa ?"

"Hehe~~ Fuyu-chan~~ Kau boleh memukulku semaumu tetapi kau tau aku serius loh~~ Aku sangat menyayangimu"

JDER

Dia mengatakannya dengan enteng tanpa memikirkan orang - orang di sekeliling. Bukankah itu kelewatan ?

"Dasar kau !!"

BUGH

Tendangan kuat Mimi berhasil menjatuhkan Kei dari atas meja tempat ia bediri (sejak kapan dia berdiri di atas meja ?). Mimi tampak kesal dan ekspresinya bagaikan manusia yang kerasukan roh jahat.

"Kau....! Kau......! Dasar tak tau diri ! Bagaimana bisa kau mengatakan hal seperti itu ? Tidak kah kau mengerti perasaan orang lain ? Bagaimana jika orang itu tidak suka ? Dasar BAKKA(11) !!"

Mimi menendang - nendang Kei sampai babak belur, ya... sebenarnya hanya berdarah kecil - kecilan dan luka yang terlihat memar saja. Sayang sekali aku tidak bisa menghentikannya karena Mimi selalu tau apa yang ku rasakan di saat seperti ini maupun nanti.

"..bodoh ! Tak berotak !..."

Ia terus - menerus mengeluarkan amarahnya di tiap katanya yang tajam. Semua orang yang menyaksikan hanya bisa berbisik - bisik tanpa ada yang mau menolong Kei sekali pun. Lalu para guru berdatangan dan kami pun di pisahkan dalam keributan itu.



"Mimi ! Mimi ! Bagaimana keadaanmu sekarang ?" tanyaku sambil berlari ke arahnya

"Ah, Fuyu.. Tenang saja aku 100% baik - baik saja ! Karena waktu itu aku sudah puas menyiksa Kei ! Wahahaha !!!"

Dia tertawa seakan puas dengan tindakannya. Bagiku, Mimi sebenarnya salah karena menyiksa Kei di depan umum seperti itu dan yang membuatku bingung lagi tak ada satupun yang mau menghentikannya. Aku tau kalau Kei banyak di benci karena sikapnya itu. Walaupun begitu aku tetap saja merasa kasihan.

"Souka(12) ? Wah ! Tapi, tak ku sangka kau bisa se sadis itu. Kasihan sekali wajahnya sampai babak belur begitu"

"Aku tidak peduli karena memang dia yang salah. Kau kan tidak berdosa lagipula dia selalu memojokkan mu kan ?"

Terdiam. Aku hanya terdiam. Mimi memang sahabatku nomor 1 di dunia ini. Ku harap akan selalu begini selamanya. Walaupun harapanku tidak terkabul maka aku akan terus berusaha sampai tercapai.

"Ayo, kita masuk kelas" Mimi mengulurkan tangannya

"Un(13) !"



Bel istirahat telah berbunyi. Para murid mulai keluar dari ruang kelas masing - masing dan pergi menuju kantin sekolah. Sementara aku yang sudah dari awal membawa bekal dari rumah langsung jalan menuju ke atap sekolah. Karena itu adalah salah satu tempat favoritku.

Setelah aku membuka pintu udara segar mulai menyapa rambutku. Membuatnya terbang melambai - lambai dan wajahku terasa dingin seketika. Rasa sejuk dan segar sangat terasa sekali karena awan telah menutupi sinar matahari yang sangat terik.

Aku duduk di atas bangku sambil membuka bekal yang tadi ku bawa. Hangat dari nasi masih berasa sampai ke telapak tanganku, wangi khas itu sangat menggoda di tambah lauk di dalamnya.

"Itadakimasu(14) !" Ucapku dan siap untuk makan

Tetapi

HAPP

Sosis gurita yang ku ambil menggunakan sumpit tiba - tiba menghilang.

"*nyam ..nyam* ternyata lezat juga masakkanmu walaupun sosis itu sangat mudah untuk di buat."

Zen telah berdiri di hadapanku dalam jangka waktu yang sedikit lebih lama. Tak ku sangka dia berani sekali mengambil makanan yang ku suka.

"Apa yang kau lakukan ? Kau kan bisa jajan ke kantin !" Kesalku

"Hmm.. Aku malas ke sana. Ramai, berisik !" Jelasnya

"Kalau begitu titip saja ke teman beres kan ?"

"Tidak, aku bukan tipe cowok yang suka melakukan hal seperti itu setiap hari"

"Aku tidak mengatakan kalau kau harus melakukannya setiap hari"

Ia terdiam dan aku merasa agak kesal. Ketika aku ingin melanjutkan makan, kotak bekal ku sudah kosong melompong. Ternyata selama kami berbicara ia telah memakannya tanpa ku lihat.

"Kau menyebalkan !!!" Kesalku sambil melempar kotak bento punyaku

"Haha, nanti pulang sekolah ada pertemuan jadi jangan pulang dahulu" ia pun lari meninggalkanku

"Pertemuan apa ? Memangnya aku masuk klub ? Oya, aku masuk klub tenis. Tapi kan Zen tidak masuk klub tenis. Di tambah lagi dia itu pemalas" pikirku

Bel pun berbunyi padahal aku belum sama sekali memakan bekalku tetapi Zen yang menghabiskannya. Aku kesal dan menuju ke kelas dengan perut keroncongan yang terisi dengan angin.



GRUUUUKKK

Perutku mengeluarkan bunyi yang sangat kencang di tambah lagi tadi di kelas bunyi perutku ini mampu membuat seisi kelas tertawa terbahak - bahak. Bukankah itu sangat memalukan ? Karena merasa sangat malu aku meminta izin ke kamar mandi untuk menutupi wajahku yang berubah menjadi merah. Pada akhirnya sekarang aku berjalan sambil memegang perut. Aku tidak membawa uang sedikit pun karena setiap hari aku membawa bekal dan pulang berjalan kaki karena jarak rumahku dan sekolah lumayan dekat.

"Zen ke mana sih ? Dari tadi aku menunggunya dia masih belum datang juga"

"Oi !"

Aku menoleh

"Kau lama Zen ! Tidak tau apa kalau aku belum makan ? Gara - gara kau aku jadi sangat lapar tau !!" Amarahku mulai keluar

"Gomen na, kau tau sendiri kan aku tidak bawa motor"

"Aku tidak tau dan aku tidak perduli!"

"Baiklah kita langsung berangkat"

"Tunggu !"

Langkah kakinya yang panjang membuatku sedikit berlari kecil - kecilan. Mentang - mentang tinggi langkahnya sangat besar. Perutku rasanya agak sakit sekali rasanya aku masih lapar. Bayangkan saja waktu makan siangku telah di hancurkan olehnya. Padahal dia anak orang kaya kenapa juga dia harus meminta makanan murahan yang ku buat ?

Kami berdiri di sebuah restauran besar dan mewah. Para pelayannya menggunakan pakaian maid dan butler seakan mengingatkanku pada rumahnya waktu itu. Tempatnya terlihat bersih dan rapih. Semua barangnya kinclong sekali mengkilat tak kesat mata. Coba lihat diriku, masih menggunakan seragam, muka apa adanya tanpa make - up, penampilan kampungan, tidak menggunakan barang mewah satupun. Untuk kedua kalinya dalam satu hari aku di permalukan.

"Hey, Zen. Aku tidak mau masuk. Aku takut" ucapku bohong

"Takut ? Takut apa ? Kemalingan ? Di sini tempat mewah, jika hal seperti itu terjadi maka para penjaga akan menangkap mereka jadi kau tenang saja"

Aku gugup sambil mencari cara agar tidak masuk ke dalam tempat itu. Sayang sekali semua usahaku gagal. Zen memang pintar dalam berbicara dan rasa ingin menang nya juga besar.

"Baiklah, aku masuk"

Dengan pasrah aku memasuki restauran itu. Para pelayan mulai menyapa dan melayani kami menuju ke tempat duduk. Sementara itu meningalkan kami sebentar karena di beri waktu untuk memilih makanan maupun minuman dalam sebuah menu yang tadi mereka berikan.

"Kau pesan apa ?" Tanya Zen

"Umm..."

Sambil berpikir aku melihat isi nya semua makanan mewah ! Dan aku tidak bisa membaca tulisannya karena ternyata itu adalah bahasa prancis. Apa itu ? Aku tidak tau, tetapi dari gambar yang tertera kelihatannya lezat sekali. Setelah itu aku mengecek menu minuman. Wah ! Minumannya juga mewah ! Lalu mataku tertuju pada sebuah minuman yang unik. Di atasnya ada es krim, minumannya berwarna coklat, lalu ada wafernya, dan sedotannya melengkung unik sekali. Aku sama sekali tidak bisa memilih dan akhirnya mulai berhenti ketika melihat harga nya.

"A-a.. MAHAL SEKALI !!!" Ucapku sambil sedikit berteriak

"Oi ! Tenanglah ! Kau membuat kita menjadi di perhatikan oleh banyak orang" ucap Zen

"T-t-tapi ... Masa aku hanya ingin steak ini harganya 350.000¥ ??" (Dalam rupiah harga tersebut menjadi Rp. 35.000.000)

"Kau ini memalukan sekali. Itu murah bodoh kalau mau yang mahal ada lagi harganya sekitar 2.500.000¥ !" (dalam rupiah menjadi Rp. 2.500.000.000)

"Kau gila! Kalau segitu aku tidak mungkin dapat bertahan hidup!"

"Itu masalahmu jadi kau mau memesan apa?"

"Aku tidak memesan apa - apa. Aku tidak punya banyak uang. Nanti hutangku bisa - bisa setinggi langit denganmu"

"Aku traktir bodoh !"

Seketika senyum iblisku keluar. Benarkah itu yang ia katakan barusan ?

"Jika begitu katakan dari awal dong !"

Aku memesan banyak sekali ini itu dan bla bla bla aku tidak bisa membacanya jadinya aku hanya menunjuk gambar yang ingin ku makan dan minum.

"Tunggu lah sekitar beberapa menit"

Sambil menunggu aku memainkan sendok yang ada di atas meja. Aku jarang sekali memakai sendok maupun garpu dan juga pisau untuk makan. Aku lebih suka mengggunakan sumpit karena memang itu adalah peralatan makan yang biasa orang Jepang pakai. Zen terus menerus melihat ke arahku. Aku tau itu tetapi aku tidak menghiraukannya.

"Hoi, cepatlah ke sana" ucap Zen

"Kemana?"

"Sana!" jari telunjuk Zen menunjuk ke arah suatu ruangan dan di depannya terlihat seorang maid yang tersenyum ke arah kami

"Untuk apa aku harus ke sana?"

"Sudahlah, cepat ke sana"

Aku bingung dan merasa penasaran. Akhirnya aku memutuskan untuk bangun dari tempat duduk dan berjalan ke arah sana. Sang maid membukakan pintu. Ketika aku masuk ke dalam tampak banyak sekali dress yang memiliki warna beragam. Terlihat sangat berkilau dan juga indah. Kenapa aku harus ke sini?

"Ah, maaf.. Sebenarnya apa yang harus aku lakukan?"

"Anda boleh memilih salah satu dress ini untuk anda pakai, nona"

"Eh? Untukku?"

"Benar, nona. Karena pasangan anda yang telah mempersiapkan ini"

"A-ehhh?? Aku sama sekali tidak memiliki pasangan. Di tambah lagi semua dress itu tampak tak cocok ku pakai dan aku sama sekali tidak menggunakan make-up"

"Tenang saja, nona. Kami sudah mempersiapkan semuanya"

Sebenarnya apa yang di inginkan Zen sampai - sampai melakukan hal seperti ini? Dasar anak orang kaya yang suka membuang - buang duit.

Tak lama kemudian aku sudah selesai berpakaian dan aku sangat malu sekali keluar ruangan tetapi aku masih merasa lapar. Jadi, mungkin saja kalau makanan itu sudah tersedia di atas meja.

Sambil melangkah menuju tempat duduk yang tadi ku duduki bersama Zen. Aku melihat sesosok anak laki - laki yang sangat IKEMEN(15)! Uwah, dia cakep sekali.. tampan ya itu. Pakaian nya itu yang biasa di pakai seorang pria yang suka makan malam di restauran. Ngomong - ngomong soal restauran... Ini kan restauran mahal. Haha.

"Maaf, di sini aku yang..."

Belum sempat aku meneruskan kata - kataku. Ternyata laki - laki itu adalah ZEN! Dia berbeda sekali, penampilan terlihat sangat gentle. Selain itu juga wajahnya... Ah! Dame desu.

"Zen! Uwah, itu kau?" Tanyaku tak percaya

"Memangnya kau pikir aku ini apa?"

"Ahaha.. Gomen.. Aku tidak tau.."

Zen menatap ke arahku. Dia memperhatikanku dari bawah sampai atas. Tiba - tiba yang ku pikir adalah dia melakukan pelecahan.

"Hey! Apa yang kau lihat?"

"Kau itu... Itu bukanlah tindakan yang biasa di lakukan oleh seorang anak perempuan"

"Apa maksudmu itu?" Aku merasa tersinggung

"Biasanya mereka berkata 'apakah aku terlihat aneh menggunakan dress ini?' Tetapi kau malah mengatakan hal di luar dugaanku"

"Ya ampun, Zen.. Kau itu... Jaman sekarang itu berbeda tau. Kau itu seperti membaca dialog drama saja"

"Setidaknya kau berbeda dari mereka saja sudah cukup"

"Apa? Kau mengatakan apa barusan?" tanyaku yang sudah duduk di atas kursi sambil melahap daging mewah yang bumbunya lumer di mulut

"Mou ii ka(16)" Zen pun juga ikutan makan



TIK TIK

Suara hujan mulai terdengar jelas di telinga. Ramalan cuaca hari ini di katakan bahwa dari pagi sampai sore akan terus hujan dan akan berhenti menjelang malam. Padahal hari ini aku sudah berencana pergi bersama Mimi ke sebuah mall yang baru saja jadi. Kayaknya memang ini sudah takdir.

"....iya... sepertinya jangan hari ini" ucap Mimi lewat keitai

"Yaahh.... Ya sudah wakatta..." dan aku pun mengakhiri telefon

"Aku bosan !" Teriakku sambil merebahkan tubuh di atas kasur

Tubuhku berguling - gulingan di kasur untuk melampiaskan rasa kesalku karena memang hari ini aku sudah bersiap - siap untuk keluar rumah. Mana aku menggunakan pakaian yang sangat bagus lagi.

TOK TOK

Entah mengapa aku merasa seperti di kerjai oleh penguasa cuaca. Sepertinya aku memang berada di posisi yang sangat di sayangkan.

TOK TOK

"Ah !!! Siapa sih ?!!" Kesalku sambil membuka pintu

Tidak ada orang.

"Ck !" Aku membanting pintu

Aku berjalan menuju kasur dan merebahkan tubuh kembali.

TOK TOK

"SIAPA ?!!!" Emosiku meledak

Aku melihat ke jendela terlihat sosok Aki di sana.

"Oh, Aki..."

...

...

...

"Apa yang kau lakukan ?! Di luar sedang hujan !!!"

Aku membuka jendelaku dan menarik Aki masuk. Kasihan sekali, pasti dia sudah dari tadi di luar dan aku sama sekali tidak menyadari hal itu. Pakaiannya basah kuyup, rambutnya juga, bahkan dia kelihatan menggigil.

"A-ah... Aki.... Maaf ... Ini !" Aku menyodorkan pakaian ayahku yang kebetulan masih tersimpan

"Ariga-CCHI HACHI HACHI" dia bersin sebelum ingin mengatakan terima kasih

"Cepat kau ganti pakaianmu, ini handuknya, aku akan membuat minuman hangat untukmu"

Aku langsung berlari menuju dapur di lantai bawah. Memang ada - ada saja, Aki sepertinya sudah kebiasaan suka meloncat dari rumah di seberang. Walaupun jaraknya memang jauh.

Sambil membuka lemari dapur aku melihat ada snack di sana. Mungkin ide yang bagus menyatukan snack dengan coklat hangat. Okasan sedang berbelanja bahan makanan oleh karena itu aku tidak perlu memberitahu bahwa Aki datang ke kamarku dengan kondisi yang sedang basah kuyup.

"Aki..." panggilku sambil membuka pintu

"Fuyu... Gomen na... sudah merepotkanmu.." ucapnya yang terduduk di atas kasurku

"Ya... Tak apa... Lagi pula aku terkejut melihatmu ada di balik jendela"

Aku melihat ke arah ujung rambutnya, terlihat masih ada banyak air hujan yang menetes.

"Kau itu...."

Aku mengambil handuk yang tadi Aki pakai dan mulai menggunakannya untuk mengeringkan rambut Aki.

"Fuyu-chan..... Kau tak perlu repot - repot... Biar aku sendiri saja"

"Tenang saja, aku hanya akan melakukan service khusus padamu hari ini saja"

"Haha... Baiklah"

Sepertinya Aki sangat senang sekali kepalanya di usap - usap begini. Dia seperti kucing saja. Ya, walaupun sebenarnya dia memang mirip kucing karena suka melekat sendiri denganku.

"Oke, selesai"

"Arigatou"

"Hey, kau menghabiskan semua snacknya !"

Aku terkejut karena snack yang niatnya ku makan pada waktu libur seperti ini justru malah di habiskan oleh Aki. Sudah begitu, tidak ada sisa - sisanya sedikit pun. Yang tertinggal hanyalah POCKY !!

"Baiklah Aki, pocky itu milikku. Kau sudah menghabiskan cukup banyak snack yang ku sediakan" ucapku sambil mengambil sekotak pocky rasa coklat

"Heeee ? Padahal aku suka semua snack kesukaanmu" kecewanya

Aku membuka kotak snack pocky dan mulai memakannya satu stick. Memang pocky is number one !

"Boleh aku minta ?" tanya Aki yang melakukan ekspresi KAWAI(17) !

"Baiklah"

Tiba - tiba aku merasa ada yang aneh dengan Aki.

"Aki ! Apa yang ka-"



TO BE CONTINUED
Notes :
1. Dou iu koto = Apa maksudmu
2. Sou desu = Begitu
3. Un = Ya
4. Ohayou = Selamat pagi
5. Doushite = Kenapa
6. Gomen ne = Maaf ya
7. Daijoubu kara = Tidak apa - apa
8. Konnichiwa = Selamat siang
9. Minna-san = Semuanya
10. Douzo = Silahkan
11. Bakka = Idiot / bodoh
12. Souka = Begitu
13. Un = Ya
14.Itadakimasu = Selamat makan
15. Ikemen = Tampan / ganteng
16. Mou ii ka = Ya sudah

17. Kawaii = Manis

See You 6

See You 6

Genre : Romance
Chara : Maki Fuyu, Sanada Aki, Kitayama Kei, Minamoto Zen, Kouchi Mimi, etc

Masih dalam tangisku, aku berada di sekolah sampai langit berubah menjadi warna jingga. Perasaan perih yang menusuk hatiku masih dapat ku rasakan. Padahal aku sudah membolos jam pelajaran hari ini. Tetapi aku sama sekali tidak menyesal, karena jika aku terus menerus di dalam kelas mungkin batinku akan terasa lebih sakit.

Aku berdiri dari bangku kayu itu dan berjalan memandangi lapangan sekolah yang berada di bawah. Air mataku terus menerus keluar tanpa henti walaupun aku sudah mengusapnya berkali - kali.

"Nande ? Kenapa hal seperti ini terjadi padaku ? Aku tidak tau apa - apa ... Kenapa mereka tega memperlakukanku seperti ini. Aku benci ! Aku benci mereka semua ! Tak ada seorang pun yang percaya padaku. Apa aku ini memang tidak di anggap oleh siapa pun ?" Sambil terus menerus menangis aku mengusap - usap kedua mataku

Aku mengeluarkan semua amarah dalam hatiku. Lebih baik seperti ini karena tidak ada satu orang pun yang mau mendengarkanku. Aku akan berteriak melontarkan kata - kata yang membuat hatiku sesak.

"... pada akhirnya aku sendirian ... Hanya karena gosip BRENGSEK itu saja !!! Manusia itu memang menyebalkan !" Lanjutku lagi

"Kau tidak sendirian. Memangnya aku percaya dengan mudah pada gosip itu ?"

Aku berhenti menangis dan melihat asal dari suara itu. Aki. Ternyata Aki yang mengatakannya.

"A .... ki ...."

Aku berlari dan memeluknya sambil menangis. Tiap - tiap kata aku keluarkan dari mulutku. Aki mendengar dan mengusap kepalaku. Rasanya lega sekali jika ada seseorang yang ingin mendengarkanmu. Karena walaupun hanya satu orang, pasti perasaan kita akan jauh lebih lega.

"Jadi, Kei memelukmu seenaknya setelah kau meminjamkan baju olah raga ?" tanya Aki setelah aku menjelaskan kebenarannya

Aku mengangguk sambil terus menangis

"Begitu, kenapa kau tidak mengatakannya dari tadi ?"

"Aku ingin menjelaskannya padamu ... *hiks* tapi ... *hiks* kau terlihat kesal jadi ... *hiks* kau pasti mempercayai gosip itu juga .... *hiks*"

"Aa-- Ya ... Aku memang kesal tapi bukan berarti aku tidak ingin mendengar penjelasanmu terlebih dahulu ..." ucapnya sambil mengusap belakang kepalanya

"Lalu ... Bagaimana kau bisa tau aku masih berada di sekolah ?" Tanyaku setelah akhirnya tangisku dapat surut

"Tasmu masih berada dalam kelas. Selain itu juga aku tau kau akan ke atap sekolah karena memang ini adalah satu - satunya tempat yang jarang di kunjungi orang"

"Ternyata, kau memang satu - satunya yang mengerti... Gomen nasai sudah membuatmu kesal ..."

"Kau salah ... Aku memang kesal tetapi sebenarnya aku khawatir"

"E-a-Sore ja(1), gomen nasai(2) sudah membuatmu khawatir !" Ucapku menunduk, aku merasa senang sekali

Ia mengusap kepalaku kembali.

"Akhirnya kau tersenyum"

Mataku terbelalak dan setelah itu aku menunjukkan padanya senyum yang tak pernah ku perlihatkan pada siapa pun, yaitu senyum tulusku.

Aki terlihat tampak terkejut lalu ia membalikkan badannya dan berkata

"S-sebaiknya kita kembali ke kelas mengambil tasmu lalu ayo kita pulang bersama - sama"

Ia pun bergegas menuju kelas dengan langkah yang panjang dan aku menyusulnya di belakang.



Hari demi hari telingaku rasanya sangat panas sekali, tanganku juga rasanya gatal. Mungkin Kami-sama memberiku sebuah cobaan berat. Bayangkan saja kalau di sekolah kau selalu di jelek - jelekkan dengan kata - kata yang tidak kau suka. Gosip itu biasanya berakhir kurang lebih 2 minggu, tetapi sekarang sudah 1 bulan lebih gosip itu tidak berhenti !

"Anggap saja kau hanya mendengarku, Fuyu"

Aki yang berjalan di sampingku mencoba untuk meredakan emosiku. Dia benar, untuk apa kita mendengarkan pembicaraan orang yang menjelekkan diri kita sendiri. Padahal ujung - ujungnya juga gak ada keuntungan buat kita.

"Arigatou(3), Aki. Aku sudah tidak apa - apa kok. Lagi pula aku sudah bersyukur sekali karena masih ada orang yang mau berpihak padaku"

"Bukannya berpihak tetapi aku memang percaya padamu"

Aku terdiam sambil menggigit bawah bibirku untuk menahan air mata yang siap keluar. Akhirnya aku tertunduk agar mataku yang terasa panas ini tidak di lihat olehnya.

"Maki Fuyu !"

Suara seorang gadis memanggil ke arahku. Ternyata dia adalah Cecilia-senpai, masih ingat kan ? Dia adalah ketua klub tenis. Pasti dia akan mengomeliku karena akhir - akhir ini aku suka absent.

"H-hai'(4) !"

"Bisa berbicara berdua sebentar ?"

"Oh ..." aku melihat ke arah Aki dan ia mengangguk dan meninggalkan aku berdua dengan Cecilia-senpai(5)

"Aku tau situasimu sedang tidak enak. Tetapi, setidaknya datanglah walau hanya sebentar untuk berlatih. Siapa tau kau bisa merasa sedikit rileks"

Bahkan Cecilia-senpai juga tau gosip itu. Kalau begini terus aku tidak bisa tinggal diam lagi !

"Gomen nasai, senpai. Aku memiliki masalah dan aku ingin meluruskannya. Jadi untuk sementara waktu izinkan aku untuk tidak datang ke klub tenis untuk beberapa hari" ucapku sambil menunduk

"Yaa, kalau memang begitu ganbatte ne ! Kau memiliki senpai yang bisa kau andalkan"

"Senpai ....." air mataku mulai membendung lagi "Arigatou gozaimasu !"

Baiklah, dengan begini aku akan jauh lebih bersemangat karena masih ada orang yang mempercayaiku. Aku bersumpah tidak akan membuat mereka kecewa dan akan menangkap pelaku yang menyebarkan gosip palsu itu.

Searching ... Starto !



"...matte ! Chotto matte(6) !! Aku hanya ingin bertanya siapa orang yang pertama kali memberitahukan kalau aku berpacaran dengan Kei ??" tanyaku sambil berlari mengejar seorang lelaki yang sekelas dengan Kei

"Aku tidak tau dan tolong jangan main kejar - kejaran di dalam sekolah !" Jawabnya sambil terus berlari

"Makanya kubilang tung-"

BUKK

Aku tersandung dan cukup membuat suara yang keras. Dengan kata lain tubuhku terasa sakit sekali terjatuh. Lututku mengeluarkan sedikit darah dan juga terlihat memar. Sial sekali nasibku.

"Kalau jalan yang benar, ahou(7) !"

Aku mengusap luka di lututku dan akhirnya melihat Zen yang berdiri di depanku. Kata - katanya kasar seperti biasanya.

"Luka seperti ini belum ada apa - apanya di bandingkan dengan fitnah orang - orang padaku !" ucapku sambil berbicara lebih keras agar orang - orang di sekeliling kami sadar diri karena sudah menjelek - jelekkanku

"Sou(8)..."

Aku kembali berdiri sambil berjalan agak pincang, tak ku sangka lukanya jauh lebih sakit dari yang ku kira. Tiba - tiba Zen menggendongku dengan kedua tangannya dan hal itu membuatku kesal.

"A-apa yang kau lakukan ? Ini di depan umum tau !" kesalku sambil memberontak agar dia menurunkanku

"Kakimu sakit kan ? Sebaiknya jangan banyak bergerak dan DIAMLAH !"

Oke, kalimat terakhirnya sangat mempan dan aku otomatis terdiam. Sebenarnya dalam hatiku ini aku merasa senang hanya saja bukankah Zen tidak mempercayaiku ? Waktu itu di kelas aku sangat ingat sekali ketika Kei datang Zen mulai menyindir kalau aku dan Kei bermesraan di dalam kelas. Padahal nyatanya kan aku tidak berpacaran dengannya.

Sesampainya di ruang UKS Zen membalutkan perban ke lututku. Sekarang aku mulai berpikir sebenarnya orang ini marah atau tidak kepadaku ? Raut wajahnya selalu seperti itu, mungkin senyuman adalah sesuatu yang langka sehingga aku jarang sekali melihatnya tersenyum. Hanya waktu kami masih kecil saja ia banyak tersenyum. Perubahan yang drastis sekali.

"Dou(9) ?"

"Hai', rasanya sudah mendingan"

Suasananya benar - benar sangat tidak enak. Dia hanya berbicara kepadaku sepatah - sepatah. Baiklah aku akan berbicara lebih dahulu.

"A-ano ne(10) ... Arigatou sudah mau menggendongku sampai UKS. Tetapi, kau tau kan kalau aku bisa ke sini sendiri ?"

"Hm.."

"Sore jaa ... Ayo kembali ke kelas. Nanti jam pelajarannya keburu di mulai" aku berdiri dari kasur yang ku duduki

Ketika aku berjalan sampai pintu

"Gomen ! Karena .. Sudah mengatakan hal yang membuatmu terluka .."

Ia keluar dari ruang UKS dan berjalan mendahuluiku. Aku terkejut mendengar ucapannya dan akhirnya seulas senyuman muncul seketika.



Bisa di katakan situasiku sedang di ambang keberuntungan. 3 orang mempercayaiku dengan tulus dan hal itu membuatku mengeluarkan kobaran semangat yang membara. Yosh ! Aku tidak akan menyerah dan akan menangkap si pelaku dengan tanganku sendiri. Memang ini terdengar agak bodoh tapi aku akan berjuang.

Aku berjalan sambil bertanya - tanya pada anak - anak yang ada di sekolah ini. Memang sulit sekali menemukan siapa pelaku sebenarnya yang telah menyebarkan gosip ini. Karena sudah menyebar dengan cepat. Tetapi, tidak ada kata menyerah jika aku sudah mengeluarkan api semangat ini. Kemungkinan orang itu pasti sangat membenciku. Entah apa yang membuatku seyakin ini, tidak ada salahnya aku berpikir hal seperti itu, bukan?

"Hmm... Aku mendengarnya dari senpai... Dia berada di kelas 3 tetapi aku tidak tau kelas 3-1 atau kelas 3-2 mungkin (?)"

"Oke, sankyuu(11)"

Setelah aku bertanya kepada seorang gadis yang setara denganku, aku berjalan menuju daerah senpai - senpai kelas 3. Huuuu tampang mereka agak nyeremin juga.

"Ada anak murahan di sini..."

Aku berhenti melangkah dan menatap ke arah sumber suara itu. Ternyata seorang perempuan dengan rambut bergelombang sedang mengejekku. Sementara itu aku melanjutkan melangkah menjauh dari nya.

"Apa maksud tatapanmu itu hah?"

Wah, sekarang ia ingin mengajakku ribut di tempat ini. Senpai macam apa dia?

"Kau berbicara denganku?"

"Dasar kau tidak sopan sekali dengan senpai mu ini, hah!"

Terjadilah keributan yang tidak ku inginkan. Padahal dia sendiri yang salah karena sudah menyindir ku barusan.

"Terserah"

Aku melanjut kan langkah ku menuju ruang kelas 3-1. Sayang sekali ada beberapa gadis yang mencegah ku dan aku sangat yakin bahwa mereka adalah teman nya. Lihat, mereka juga memasang tampang yang pasti nya adalah kebencian dan ke cemburuan.

"Ada apa lagi sekarang?"

Aku sudah mulai lelah melayani mereka. Padahal keributan yang sebenarnya belum juga di mulai. Tetapi, waktuku tinggal sedikit. Jika aku membuang - buang waktu bisa - bisa jam pulang sekolah akan berbunyi.

"Go-men-ne.. senpai... Aku sedang terburu - buru bisakah kalian memberi ku jalan?"

Cepatlah minggir!!!

"Tidak bisa, kau adalah siswa kelas satu yang sudah mencoret nama sekolah dengan tindakan negatif mu itu!"

Lagi - lagi hal seperti itu di bicarakan membuat ku semakin muak saja.

"Aku tidak melakukan hal seperti itu! Kenapa kalian malah percaya hal seperti itu dengan mudah?" Aku mencoba untuk membela diri

"Heee ? Memangnya kami mau percaya dengan orang yang menjijikan sepertimu ? Jangan konyol ! Aku benci sekali dengan orang seperti mu !"

JLEB

Kalimatnya benar - benar membuat hatiku sakit. Aku tidak terima di katai seperti itu. Aku juga punya harga diri.

"Maaf saja ya ... Aku bukan orang yang seperti itu. Setidaknya aku masih memiliki otak yang dapat di gunakan sebelum berbicara"

Ha ! Kena kau ! Kalimatku yang satu ini membuat kalian terdiam seribu bahasa. Lagian mereka menantangku, haha.

Akhirnya aku bisa melewati mereka tanpa terjadi pertengkaran fisik. Mungkin aku telah di tolong oleh Kamisama karena ia memang satu - satunya yang dapat memahami ku dengan cepat.

Kelas 3-1

Aku berdiri di depan kelas ini sambil celingukan memastikan tidak ada guru di dalamnya. Oke, kode green.

Aku menggeser pintu dan berkata

"Sumimasen, apakah di sini ada dalang yang menyebarkan gosip tentangku ?"

Nihil, tidak ada yang menjawab sama sekali mungkin karena aku yang tiba - tiba masuk tanpa memperkenalkan diri atau mungkin ada hal lainnya. Tatapan mereka seperti terpelongo melihat kedatanganku. Ayolah .. Aku manusia bukan satan !

"Kalau yang seperti itu kau tanyakan pada pacarmu sendiri. Lagipula dia sendiri yang sudah mengatakannya dengan jelas."

Terpaku, syok, cowok itu sendiri yang mengatakannya ? Apakah aku tidak salah dengar ? Apa salahku padanya ? Apakah karena aku pernah berbuat jahat padanya ?

Tanpa pikir panjang aku menuju kelas sebelah, kelas 3-2.

"Apakah ada yang bernama Kitayama Kei di sini ?!!" Teriakku dan sempat membuat seisi kelas kaget

"Ada apa, Fuyu-chan~~?"

Ini dia si cowok super brengsek yang membuat ku ingin memakannya hidup - hidup dan juga gara - gara dia harga diriku jatuh pesat !

"Kei !! AHO ! Gara - gara kau aku jadi seperti ini ! Dasar cowok brengsek !"

Beberapa kalimat kasar akhirnya ku lontarkan. Semua orang yang di dalam kelas terkejut mendengar kalimatku barusan. Tak apa .. Aku tidak takut. Karena masalah utama ku bukan itu.

"Apa maksudmu, Fuyu-chan ? Tentang kita melakukan 'hubungan' ?"

BAKK

Sebuah buku yang sangat tebal melayang ke arah wajah Kei. Otomatis tubuhnya mundur selangkah untuk dapat berdiri dengan stabil.

"Hoi hoi Kei. Kau ini ..."

Aki datang dengan penampilan yang sangat berbeda. Wajahnya seakan menahan emosi yang meluap lalu biasanya pakaiannya rapih di masukkan malah ia keluarkan dan kancingnya terbuka sehingga T-shirt warna putih yang ia kenakan terlihat. Rambutnya juga acak - acakan tak teratur. Entah mengapa ia bergaya seperti 'bad boy' seperti dalam drama.

"Itai yo, Aki ... Apa kau tidak bisa halus sedikit ?" Kei merengek sambil mengusap pipinya yang memerah

"Oh, itu tidak perlu. Apa kau mau aku mengulang nya lagi ?"

"Ah ! Tidak ! Tidak !"

"Aki ...?" Aku memanggilnya untuk memastikan apakah dia benar - benar Aki yang ku kenal

"Nani ?"

Dia benar - benar Aki ! Bagaimana bisa ? Sosok Aki yang ku kenal adalah orang yang lembut, tidak kasar, manis dan juga tidak pernah berkelahi walaupun memang ia pasti pernah berkelahi.

"Oi, Kei. Sebaiknya kau harus mengumumkan ke semua orang di sekolah ini bahwa telah terjadi ke salah pahaman. Jika tidak ... kau mengertikan ?" Aki tersenyum tetapi bukan senyuman yang halus melainkan senyuman yang mengerikan

"A-ahaha ... Hai' wakatta wakatta(12) ..."

Benar sekali yang di katakan anak kelas 3-1 itu. Kei lah dalang yang sebenarnya. Benar - benar menyebalkan sekali.

Aki kemudian berjalan keluar kelas dengan poker facenya itu aku pun mengikutinya. Tetapi, aku bingung ia ingin pergi kemana dari tadi naik tangga terus menerus. Jangan bilang dia ingin ke atap sekolah. Bisa jadi.

Sesampainya di atas hanya ada angin dan juga suara - suara anak - anak yang sedang bermain di lapangan bawah sana. Sisanya hanya aku dan dia berdua tanpa ada yang mengucapkan kalimat satupun. Hal tersebut membuatku semakin kaku dan bingung.

"Aki ... Kenapa kau berpenampilan seperti itu ?" Aku memulai pembicaraan

"Ada sesuatu hal yang ingin ku katakan padamu. Sebelum itu .. Apa yang kau pikirkan tentangku sekarang ini ?"

"Tentangmu ? Sekarang ini ?" Aku mengulang kalimat yang ia ucapkan

"Ya ..."

"Hmm .. Menurutku kau berpenampilan seperti 'bad boy' " jawabku

"... Bukan itu yang ku maksud"

"Eh ? A-jadi apa yang kau maksud sebenarnya ?"

"Bagaimana perasaanmu terhadapku ?"

Mataku terbelalak, mulutku sedikit terbuka sambil memikirkan kata yang ingin ku ucap. Mungkinkah ..... 'Suka' ?



TO BE CONTINUED
Notes :
1. Sore ja = Kalau begitu
2. Gomen nasai = Maafkan aku
3. Arigatou = Terima kasih
4. Hai' = Ya
5. Senpai = Senior
6. Chotto matte = Tunggu sebentar
7. Aho = Bodoh
8. Sou = Begitu
9. Dou = Bagaimana
10. Ano ne = Begini
11. Sankyuu = Thank you dalam Inggris artinya terima kasih

12. Wakatta = Aku mengerti

See You 5

See You 5

Genre : Romance
Chara : Maki Fuyu, Sanada Aki, Kitayama Kei, Minamoto Zen, Kouchi Mimi, etc



"Bisakah kau tidak berhubungan dengan mereka lagi ?"

Mataku terbelalak, seakan kalimat itu seperti memiliki arti khusus. Pusing, bingung, ragu, itu semua tercampur aduk dengan otomatis. Aku tidak tau harus berkata apa, hanya saja satu kalimat ini yang dapat ku katakan.

"Naze desuka(1) ?"

Ya, kalimat itulah yang saat ini bisa ku sampaikan. Walaupun sebenarnya aku mengerti apa maksud kalimat Aki barusan.

"Ya ... Kau tau ... Aku-"

GREKK

Suara pintu yang di geser kencang, dengan kata lain seperti terdengar di banting. Zen berdiri di sana, di susul dengan Kei.

"Tidak sabaran kau, Aki" Zen memulai pembicaraan

"Yare(2) ... yare ... Aki bisa juga" Kei mulai merangkul pundak Aki dengan tangan kanannya

Aki terdiam, lalu melepaskan rangkulan Kei dengan pelan. Ia menunduk ke bawah dan berjalan meninggalkanku, Zen dan Kei yang masih berada dalam kelas.

"Oi Fuyu, aku tak akan melepaskanmu" Zen menatapku dan setelah itu keluar kelas

"Sepertinya kalau aku ikutan akan menarik" kali ini Kei juga keluar kelas setelah Zen

Ada apa dengan mereka sebenarnya ? Apa ada yang salah denganku ? Apa aku mengatakan kalimat yang kasar pada mereka ? Mungkinkah keberadaanku ini membuat mereka semua membenciku ? Entah, hanya kalimat Aki saja yang dapat ku mengerti.



"Fuyu, mau ke mana ?" Tanya Okasan yang melihatku sedang memakai sepatu di depan pintu rumah

"Sebentar saja aku ingin keluar" jawabku sambil membuka pintu dan menutupnya kembali

Langit cerah biru ini sama sekali tidak menggambarkan tentang perasaanku yang sekarang. Seandainya mendung maka suasana hatiku akan sama dengannya. Hatiku perih, ah, tidak, mungkin aku banyak pikiran akhir - akhir ini. Kenapa hatiku harus perih ? Padahal tidak terjadi hal buruk kok. Tapi, kalau seperti ini mungkin bisa di sebut dengan bimbang ? Ah ! Itu juga sepertinya bukan. Mungkin aku hanya kebingungan. Ya, benar. Bingung adalah kata yang tepat untukku.

Sambil terus berjalan aku melihat Mimi sedang berbicara dengan seseorang yang tampak ku kenal. Oh, pemandangan yang jarang ku lihat. Ia sedang berbicara dengan Kei. Sambil bersembunyi di balik air pancuran aku mengamati dan menguping pembicaraan mereka.

"... lagi pula kau cowok idiot. Aku tidak perduli padamu sama sekali. Bagiku kau hanya sampah." Mimi membuang muka dengan melontarkan kalimat pedasnya

"Kau yakin ? Bagaimana jika kau sebenarnya punya hati padaku ?"

"Apa ?! Apa aku tidak salah dengar ? Punya hati ? Jangan konyol ! Kau itu belum ada apa - apanya di bandingkan dengan seseorang yang baru masuk dari rumah sakit jiwa ! Kau itu hanyalah manusia yang berbicara tanpa berpikir terlebih dahulu dan jangan pernah mengajakku berbicara !"

Mimi ... Kalimatmu sangat pedas sekali tetapi aku sangat suka. Kalimatmu ku benarkan, Kei memang kebanyakan bicaranya di banding berpikir. Aku mengangguk - anggukan kepala. Orang - orang di sekelilingku mulai memandangku dan berbisik - bisik dengan kalimat yang tidak lain dan tidak bukan adalah sindiran.

Aku yang menyadarinya mulai berpura - pura berdehem sambil berjalan mendekati Mimi dari pada nanti mereka salah paham dan mengira aku ini stalker ? Bukankah itu jauh lebih parah ?

"Gomen(3) gomen mengganggu, tapi bisakah kalian tidak membuat keributan di sini ?" Ucapku walau itu hanya sekedar basa - basi

"Kebetulan sekali kau ada di sini, Fuyu" Mimi menarik lenganku

"Doushite(4) ?"

"Sudah ikut saja"

Dan aku pasrah di bawa pergi olehnya walaupun Kei bersikeras memanggil 'oi omae'(5). Sepertinya Kei tidak tau nama Mimi, dia pasti hanya tau wajah gadis yang telah menjahilinya, haha !

"Ada angin apa kau mengajak Kei berbicara ?"

"Aku tidak mengajaknya berbicara ! Justru di saat aku sedang membaca novel sambil mendengarkan lagu di taman tadi, ia datang mengejutkanku !" Kesalnya dengan nada emosi yang bisa di bilang sambil mengeluarkan amarah yang luar biasa

Aku tidak ingin banyak bertanya terlebih dahulu. Karena takut nanti dia malah semakin kesal aku menanyakan hal seperti itu. Jadi sekarang lebih baik aku diam saja sampai Mimi merasa lebih tenang.



"Mimi aku tidak mau masuk ! Aku ini masih seorang gadis polos yang masih bersekolah !" Aku bersikeras untuk tidak masuk ke dalam 'Cafe Butler' itu

"Ayolah Fuyu ... Satu kali ini saja ! Onegai(6) !" Mimi mulai memohon kepadaku

Terpaksa aku harus mengikuti permintaannya walau sebenarnya aku tak berminat sama sekali.

"Okaeri(7), ojou-sama(8) !"

Oh GOD ! Walau ku akui memang banyak cowok cakep di sini (namanya juga butler)

"Tadaima(9) !"

Mimi begitu semangat sekali menyapa butler itu. Aku hanya merasa gugup berdiri di belakang Mimi. Ini pertama kalinya aku datang ke tempat seperti ini. Aku kan masih siswi pelajar.

"Osuwari kudasai(10), ojou-sama"

Sang butler mempersilahkan kami duduk. Ya ampun ... Aku malu dan sangat amat gugup sekali.

"Ojou-sama, silahkan di minum tehnya" sang butler mempersilahkan Mimi untuk meminum teh yang telah di sediakannya

"Arigatou(11)~~"

Mimi terlalu menikmatinya ... Terlalu menikmatinya ... Sangat amat terlalu menikmatinya !

Di sisi lain aku hanya mengepalkan kedua tanganku di atas paha sambil terus menunduk ke bawah. Saking gugupnya aku sampai tidak bisa merasakan kehadiran seseorang di sampingku.

"Ojou-sama, daijoubu ka(12) ?"

Sono koe(13) ...

"Z-zen !" Ucapku terbata

"Kenapa kau di sini ? Pasti Mimi yang memberitahumu"

"Memberitahu ? Memberitahu apa ?"

"Di sini pekerjaanku adalah seorang butler, jadi tolong jangan bilang siapa - siapa"

Aku menatap ke arah butler yang sedang memperhatikan Zen dari kejauhan, sepertinya dia seorang menejer. Kembali menatap Zen aku mengangguk.

"Hai'(14) wakatta(15), weita(16) !" Ucapku sambil sedikit tertawa

Zen menyeringai entah apa artinya itu. Yang jelas sepertinya ia akan melakukan sesuatu yang tak dapat ku pikirkan.

"Ojou-sama, mau saya pijat punggungnya ?"

Dengan cepat aku menjawab "Iie(17)"

"Kalau begitu, apa kau ingin di layani dengan sangat khusus ? Tenang saja pelayanan ini tidak di kenakan biaya lagi" ucapnya menyeringai seperti orang jahat

"A-aku baru kali ini ke tempat seperti ini jadi aku tidak mengerti apa maksudmu" jelasku

"Hai' ojou-sama, mari kita ke lantai atas"

Eh ? Padahal aku kan tidak mengerti maksudnya kenapa malah mengajakku ke lantai atas ?

"Douzo(18)" Zen membukakan pintu sebuah ruangan yang tidak ku ketahui isinya

Kosong. Tidak ada orang sama sekali. Di sana hanya ada tempat duduk panjang, meja dan ... tempat tidur ?

DEG

Apa maksudnya ia membawaku ke sini ? Apakah dia ingin ...

Seketika itu aku menjauhkan diri darinya, aku memiliki firasat yang sangat tidak enak. Seakan ia ingin melakukan sesuatu padaku. Oh, tidak !

"Doushita ?" Zen melihat gerak - gerikku yang di anggap aneh olehnya

"Apa yang ingin kau lakukan ? I-ini .. Maksudku di tempat ini ?"

Gawat ! Aku benar - benar panik. Tak ku sangka Zen berani membawaku ke ruangan seperti ini. Kami-sama(19), tasukete(20) !

"Tenang, bakka(21) ! Aku tidak akan melakukan apa - apa. Justru aku membawamu ke tempat ini agar tidak di perhatikan menejer terus menerus" jelasnya

Aku menghembuskan nafas lega. Ku pikir dia akan melakukan tindakan 'negatif', ternyata tidak. Kami-sama arigatou sudah mendengarkanku.

"Lalu apa yang kita lakukan di sini ?"

"Yah, terserah kau. Di sini aku bekerja sebagai seorang butler"

"Terserah ? Hmm ... Begitu ... Hehe ... Kalau begitu bisakah kau memberikan secangkir teh yang lezat untukku ?"

Sambil menyeringai aku ingin test sedikit si Zen, apakah dia benar - benar seorang butler ? Lagi pula seorang butler itu pasti akan menuruti kalimat Ojou-nya.

"Hai', chotto matte kudasai(22)"

Setelah berkata begitu Zen meninggalkanku sendirian di ruangan ini. Sepi. Aku hanya bisa duduk sambil menunggunya kembali.

Banyak sekali yang terjadi hari ini. Lalu, sebenarnya ada apa si Kei mengajak Mimi berbicara. Kei kan sudah tau kalau Mimi sebenarnya adalah gadis yang selalu menjahilinya atau mungkin lebih tepatnya orang yang selalu menjahatinya. Pasti dia sedang merancanakan sesuatu hal, tetapi kenapa harus Mimi ya ?

30 menit berlalu tetapi Zen belum kembali juga. Aku berpikir apakah ia sedang melayani pelanggan yang lain. Karena hari ini sepertinya ada banyak sekali pelanggan yang berdatangan dan sudah jelas sekali mereka adalah seorang perempuan. Jika yang datang adalah seorang lelaki mungkin orang itu otaknya bisa di bilang sudah rusak. Lagi pula tempat untuk lelaki adalah cafe maid, yaitu cafe yang pelayannya adalah seorang perempuan.

1 jam sudah berlalu. Tidak ada tanda - tanda kedatangan Zen. Oh, aku sudah tidak sabaran lagi. Aku harus keluar dari ruangan ini karena siapa tau Mimi itu sedang mencari - cariku. Tetapi gagal, pintu itu terkunci cukup rapat sehingga mendobraknya adalah tindakan yang percuma. Lagi - lagi aku mulai panik, berpikir bahwa Zen mengunciku di sini dan aku tidak di perbolehkan pulang. Apakah itu adalah hal yang ia inginkan, aku tidak tau sama sekali. Aku kembali duduk di bangku mencoba untuk rileks dan mencari cara untuk dapat keluar dari tempat ini. Aku sudah tidak betah sama sekali.

GREKK

Pintu sudah terbuka. Orang yang sudah membuatku kesal bercampur panik telah datang. Secepat kilat aku memukul pundak orang itu dengan kencang, karena perasaanku yang tercampur aduk ini.

"Bakka ! Dari mana saja kau ? Aku pikir kau meninggalkanku sendirian di tempat ini !" Teriakku emosi sambil menatap tajam ke arahnya

"Warui(23), aku sedang menyiapkan teh yang kau minta beserta cake yang ingin ku tambahkan karena mungkin kau menungguku sedikit lama" Zen memperlihatkan cake kesukaanku, blackforest

"Sedikit lama kau bilang ? Sudah sekitar 1 jam lebih aku menunggumu ! Lagian aku hanya meminta teh saja kau sampai menghabiskan waktu cukup banyak" tambahku

"Hai' hai', onomi kudasai(24)" ucapnya sambil menyerahkanku secangkir teh dengan aroma yang harum

Aku menatap lalu mencium wangi teh itu dan meminumnya.

"Oishii(25)"

"A, yokatta(26)."

"Siapa yang membuatnya ?"

"Ore(28)"

Aku terdiam, Zen yang membuat teh ini ? Setelah itu ...

"Ahahahahaha ... Sudahlah Zen tak perlu berbohong. Kau pasti minta di buatkan oleh koki cafe ini kan ?" Tawaku karena tidak percaya dengan yang di katakannya

"Memang salah kalau aku bisa membuat teh ?" Zen berbicara tegas, serius

"Temanmu sudah pulang, dia bilang tolong beritahukan pada Fuyu" lanjutnya

"Heee ?? Kenapa dia tidak mencariku ? Padahal kan dia yang mengajakku kemari !" Kesalku

"Entah, mungkin dia sibuk" jawab Zen seadanya

Sambil menggurutu terus aku berjalan keluar cafe tapi ...

"Ojou-sama ! Apakah kau ingin keluar ? Bisakah kau lebih lama lagi ?" Lelaki yang memiliki rambut pirang menahanku

"Iie, aku mau pulang ke rumah. Aku tidak mau berlama - lama. Nanti ke buru gelap." Jawabku

"Jangan pulang, Ojou-san ... Aku akan kesepian ..." kali ini lelaki yang membawa boneka kelinci berbicara ke arahku

"A-ano ... Gomenne ... Aku mau pulang" ucapku walau laki - laki itu memohon dengan sangat amat manis

"Ojou-sama !"

Uwahhh .... ! Sekarang ada 7 lelaki yang mengelilingiku. Bagaimana ini ? Aku bingung harus melakukan apa. Mereka akhirnya menarikku duduk dan bermain dengan mereka.

"Kami-sama ....." gumamku



"Taaaaa~~daaaaa~~iiiiiii~~maaaa~~"

"Okaeri ! Fuyu ? Kau kenapa ?" Okasan melihatku yang berjalan sambil sempoyongan

"Aku hanya lelah .... Oyasumi(28) ..." ucapku sambil berjalan naik ke atas tangga

BRUKK

Setelah menjatuhkan badan ke atas tempat tidur, mataku otomatis tertutup karena sudah lelah sekali. Setelah itu aku masuk ke dalam alam mimpiku.



Kemarin benar - benar hari yang sangat buruk sekali. Padahal kemarin adalah hari libur sekolah dan sekarang aku harus masuk sekolah lagi. Kapan aku bisa menikmati hari libur dengan tenang. Kalau seperti ini terus, hidupku bisa di bilang menderita. Tetapi, dengar - dengar jika hidup kita memiliki sedikit masalah maupun ke anehan itu berarti kita bisa merasakan petualangan. Petualangan yang di maksud itu mungkin sesuatu yang membuat kita harus bertindak jika terjadi sesuatu.

Memandang langit sambil duduk di tempat dudukku lewat jendela di sampingku, aku menghembuskan nafas. Terlalu banyak kejadian yang terjadi ketika aku naik kelas 2 SMA ini. Hal tersebut membuatku sangat depresi karena berkatnya aku memiliki banyak pikiran. Otakku ini juga sepertinya tidak sanggup lagi berpikir terus - menerus karena aku sendiri juga sudah lelah. Tindakan terbaik yang bisa ku lakukan adalah melupakannya. Melupakan hal - hal yang membuatku sakit kepala.

Di saat yang sama Mimi memperhatikanku dari tempat duduknya. Aku menyapanya tetapi dia malah membuang muka padaku. Apa maksudnya itu ? Sepertinya ada masalah baru yang datang.



"Setidaknya berceritalah padaku, Mimi ..." aku berusaha keras untuk bertanya apa yang terjadi sampai - sampai Mimi tidak ingin mengajakku berbicara

"Mimi !" Aku menarik lengannya dengan sekuat tenaga sehingga membuatnya terjatuh

"Hua ! Gomenne, Mimi ... Aku tidak-"

"Aku tidak ingin memiliki sahabat yang berpacaran dengan orang yang ku benci !" Ia pun menepis tanganku yang bermaksud untuk membantunya berdiri

Setelah Mimi meninggalkanku dengan pertanyaan - pertanyaan yang berada di dalam otakku Aki datang. Wajahnya tampak kesal dan juga sedih. Lalu ia berjalan ke arahku dan mengatakan

"Sejak kapan kau berpacaran dengan Kei ?"

"A-apa maksudmu ?"

"Sudah berapa lama kau berpacaran dengan Kei ?" Aki mulai menekankan sedikit kalimatnya

"Aku tidak pernah berpacaran dengan cowok playboy itu !"

"Tidak usah berbohong ... Semua sudah pada tau"

Pertama kali, aku mendengar dan melihat Aki bertingkah dingin seperti ini. Rasanya sesak sekali. Aku sendiri tidak tau kenapa tetapi kenyataannya dia benar - benar melakukannya padaku. Di tambah lagi dia bilang aku berpacaran dengan Kei mana mungkin aku berpacaran dengan orang semacam dia. Rasanya itu benar - benar tidak masuk akal. Ada kesalahpahaman atau mungkin ada yang membuat gosip seperti itu. Terlebih lagi hanya karena gosip semua anak - anak di sekolah pada tau !

"Aki, ku mohon. Percayalah padaku ! Aku tidak mungkin berpacaran dengan maniak playboy itu !" Aku bersikeras agar Aki tidak percaya dengan gosip itu

"Kalau begitu buktikan pada semua orang di sekolah ini kalau memang kau tidak berpacaran dengannya"

Suara dingin Aki seakan ingin membuatku menangis. Mataku sudah mulai panas dan juga bibirku gemetar. Bagaimana bisa Aki dengan mudah mempercayai gosip itu. Padahal aku sangat akrab dengannya, tiap kali ada masalah aku pasti menjadikan dia sebagai orang pertama yang mengetahuinya. Tapi, dia malah berubah drastis dan kata - katanya itu sungguh menusuk hatiku.  Aku tidak tahan di perlakukan seperti itu dan aku bersumpah akan meluruskan ke salah pahaman ini.

"Tak apa kau tidak percaya padaku. Tapi, suatu saat nanti aku akan membuatmu percaya padaku"

Setelah mengatakan hal itu aku berlari meninggalkan Aki yang terasa masih menatapku. Ya, aku bersumpah akan membuat semua orang percaya bahwa aku tidak berpacaran dengan Kei.

Sesampainya di dalam kelas, semua teman sekelasku melihat ke arahku seakan mereka juga percaya tentang gosip itu. Aku hanya bisa menunduk ke bawah tak dapat melihat mereka karena jika aku menjelaskan hal yang sebenarnya pasti mereka juga tidak akan mudah percaya padaku. Terutama Mimi dan juga Zen. Zen terlihat tampak kesal ketika melihatku masuk ke dalam kelas. Jangan bilang kalau Zen juga percaya dengan gosip itu

"O-ohayou(29) ... Zen ..." ucapku terbata

"Ck"

Dia tidak membalas sapaanku tetapi dia malah pergi keluar kelas. Rasanya aku sudah mulai kesal, apakah memang mereka semua lebih mempercayai gosip sebelum menanyakan kebenarannya kepadaku ?

"M-mimi ..." kali ini aku berusaha untuk mengajaknya bicara

"..."

Tak ada satu kalimat pun yang keluar dari mulutnya. Dia hanya menatapku sinis lalu kembali membaca buku yang ia pegang.

"Mimi ... Kau kenapa ? Apa yang sebenarnya terjadi ? Kenapa kalian semua malah percaya dengan gosip ataupun kabar burung itu si ? Aku tidak berpacaran dengan siapapun terutama Kei !"

Terus - menerus aku menceritakan hal yang sebenarnya tetapi ia hanya terdiam tanpa melihat ke arahku sedikit pun. Aku kesal dan pada akhirnya tanganku menarik wajah Mimi sehingga ia melihat ke arahku.

"Mimi ! Aku serius !" Kali ini aku menggunakan nada yang sangat tinggi dan membuat teman sekelasku kian melihat ke arah kami

Mimi pun menebas tanganku "Tak perlu basa - basi. Semuanya sudah jelas. Lihat foto ini !" Ia memperlihatkan fotoku sedang di peluk Kei

Foto itu pasti di ambil ketika Kei meminjam baju olah ragaku waktu itu. Kejadiannya kan sudah lama sekali. Siapa yang tega menyebarkannya si ?

"Mimi, dengar sebenarnya-"

"Cukup ! Tidak usah banyak alasan. Semakin lama kau hanya ingin membuat alasan omong kosong, kan ? Sebaiknya kau diam saja"

Setelah itu sensei datang dan menyuruh kami semua untuk duduk di tempat masing - masing. Aku melihat ke arah Zen tetapi dia sama sekali tidak memperhatikanku. Lalu aku memandang Aki, kami sepintas saling pandang tetapi ketika 2 detik berlalu Aki membuang muka. Di tambah lagi Mimi, dia memang memperhatikanku dari kejauhan hanya saja wajahnya terlalu seram untuk di lihat.



Pada saat jam istirahat seseorang yang sangat ku benci malah datang. Ia menghampiriku yang masih terduduk di tempat dudukku. Otomatis lagi - lagi teman sekelasku memperhatikan kami. Padahal ada gosip yang menyesakkan tentang aku dengannya.

"Hey !" Kei menyapaku

Aku terdiam tidak ingin berbicara dengannya. Karena jika aku berbicara dengannya pasti semuanya akan berpikir kalau aku benar - benar berpacaran dengannya.

"Kenapa kau malah diam saja ?"

"..."

"Hoi !"

"..."

Aku terus berusaha untuk diam tetapi gagal setelah Kei mencubit kedua pipiku sampai merah.

"Apa - apaan si ?!" Aku mulai kesal

"Habis, kau di ajak berbicara malah diam"

Benar - benar orang ini minta ku tonjok. Gak lihat situasi apa ?!

"Jika ingin bermesraan di luar sana. Mengganggu orang lain saja" Zen mulai sewot dengan tatapan sinisnya

"Kau cemburu aku bepacaran dengannya ?"

Apa ?? Kei barusan bilang apa ? 'Berpacaran dengannya' ? Konyol sekali !

Aku mendobrak meja belajarku dengan kencang lalu melontarkan sebuah kalimat pedas.

"Aku tidak akan pernah berpacaran dengan cowok yang suka memainkan perasaan seorang cewek di tambah lagi kau tidak punya bukti yang pasti kalau aku berpacaran dengannya. Tetapi apa ? Kalian semua hanya mempercayai selembar foto doang !! Bagaimana kalau foto itu editan ? Bisa juga kan ? Aku muak di fitnah seperti ini terus !"

Dalam kondisi marah aku berjalan meninggalkan kelas menuju atap sekolah. Buat apa tinggal di kelas kalau kenyataannya dirimu sendiri malah di perolok dan di gosipkan hal yang negatif. Lebih baik pergi keluar dan mencari tempat di mana kau bisa menenangkan diri di tempat yang tenang.

Sepanjang jalan semua murid sekolahku mulai berbisik - bisik tentangku. Ya, aku tau kok mereka membicarakan apa. Sambil mengepalkan kedua tanganku, aku terus melangkah tanpa berhenti sampai tiba di tempat tujuan. Sulit sekali memberitahukan orang - orang seperti mereka terutama orang yang selalu percaya terhadap gosip. Rasanya menyebalkan sekali.

Akhirnya sampai, aku sangat bersyukur sekali karena tidak ada sama sekali orang di sini. Sepertinya hari ini aku beruntung. Aku berjalan menuju bangku kayu. Setelah duduk aku menatap langit. Kami-sama memberikanku sebuah ujian yang lumayan berat karena sahabatku Mimi, teman masa kecilku Zen dan juga orang yang penting untukku, Aki. Mereka semua justru seakan memusuhiku karena seorang Kitayama Kei. Kei yang telah membuatku menderita sepahit ini. Tetapi dia malah membenarkan itu semua. Padahal kenyataannya aku tidak berpacaran dengannya. Dan bagaimana bisa mereka percaya hanya pada sebuah gambar walaupun Kei benar - benar memelukku waktu itu.

Aku menelengkupkan wajahku sambil memeluk kedua kakiku. Rasanya aku ingin menangis dan juga ingin menumpahkan semua kekesalan dan emosiku kepada orang yang ku anggap penting. Sayang sekali orang itu juga mempercayai gosip yang konyol tentangku dan Kei. Di dalam pikiranku sekarang adalah siapa biang yang menyebarkan gosip palsu itu ?



TO BE CONTINUED

Note      :
1. Naze desuka = Memang kenapa
2. Yare - yare = seperti kalimat 'ya ampun'
3. Gomen = Maaf
4. Doushite = Kenapa
5. Omae = Kau
6. Onegai = Ku mohon
7. Okaeri = Selamat datang kembali
8. Ojou-sama = Nona
9. Tadaima = Aku pulang
10. Osuwari kudasai = Silahkan duduk
11. Arigatou = Terima kasih
12. Daijoubu ka = Apa kau baik - baik saja
13. Sono koe = Suara itu
14. Hai' = Baik
15. Wakatta = Aku mengerti
16. Weitta (dari weitress) = Pelayan
17. Iie = Tidak
18. Douzo = Silahkan
19. Kami-sama = Tuhan
20. Tasukete = Tolong
21. Bakka = Idiot
22. Chotto matte kudasai = Tolong tunggu sebentar
23. Warui = Maaf
24. Onomi kudasai = Silahkan minum
25. Oishii = Lezat / enak
26. Yokatta = Syukurlah
27. Ore = Aku
28. Oyasumi = Selamat tidur

29. Ohayou = Selamat pagi