See You 4
Genre : Romance
Chara : Maki Fuyu, Sanada Aki,
Kitayama Kei, Minamoto Zen, Kouchi Mimi, etc
"Apa -
apaan ini ?" Ucapnya syok
Gawat ! Zen
melihat adegan ini ! Bisa - bisa aku akan di lecehkan dan di katai bahwa aku di
peluk oleh seorang raja 'playboy'. Apa yang harus aku lakukan sekarang ?
"A-ano
... Zen ... Kau sala-"
Belum sempat
aku menyelesaikan kalimatku. Zen tiba - tiba menonjok tepat di pipi Kei.
Melihat adegan seperti itu aku terpaku terdiam dan merasa agak ketakutan.
"Apa
yang kau lakukan padanya ?!!! Aku tau kau siapa ! Kau Kei ! Cowok yang suka
sembarangan memperlakukan anak perempuan ! Aku tidak akan membiarkan Fuyu
menjadi salah satu dari para gadismu itu !"
Suara bentakan
Zen membuatku merasa ketakutan. Aku sulit sekali ingin menjelaskan apa yang
sebenarnya terjadi. Rasanya semua yang di ucapkan oleh Zen tak dapat ku bantah.
Semuanya benar. Jadi, kemungkinan lebih baik aku diam dulu.
"Cih"
Zen menarik
tanganku, membawaku menjauh dari Kei. Sedangkan Kei masih berdiri di sana
sambil memegangi pipinya pasti rasanya sakit sekali di tonjok seperti itu.
Semakin lama
semakin jauh. Aku sudah berada di kerumunan banyak orang. Zen masih menarik
tanganku. Wajahnya menyiratkan kemarahan yang luar biasa. Ku rasa dia sangat
mengkhawatirkanku. Soalnya dia yang sekarang marahnya lebih dari biasanya di
saat aku bersama Aki.
"Zen
... Sakit ... Lepaskan aku ..."
Aku hanya
bisa merintih kesakitan. Tetapi percuma saja. Ia selalu mengabaikanku di saat
aku berbicara dengannya. Sampai pada akhirnya aku memperkencang nada suaraku.
"Zen
!!! Sakit ! Tanganku sakit, kau menarikku terlalu kencang !!"
Akhirnya ia
berhenti berjalan dan melepaskan tanganku. Ketika ia melihat ke arahku sorot
matanya menandakan bahwa ia sangat marah besar. Sepertinya ia akan memakiku
atau semacamnya lah.
"Kau
tau kenapa aku melakukan ini ? Kau tau tentang mantan - mantannya bukan ? Dia
suka mempermainkan seorang gadis ! Bagaimana jika sasaran berikutnya adalah kau
? Jika kau di apa - apakan olehnya aku ... aku ..."
Benar yang
ku duga ia khawatir padaku. Entah mengapa aku merasa senang. Aku tersenyum
sambil terus memandangnya. Lalu sedikit tertawa kecil.
"Kenapa
kau malah tertawa ? Aku serius mengatakannya !"
"Kau
tau Zen ... Aku tidak tertarik pada orang semacam Kei. Justru aku sebenarnya
melihat Kei di siksa oleh Mimi"
Zen terdiam
sedangkan aku melanjutkan aktivitas tertawaku. Sama sekali tidak bisa berhenti
aku terus menerus tertawa. Aku menyentuh perutku mencoba untuk berhenti tertawa
tetapi percuma.
"Sudahlah,
sebaiknya kita pulang"
Zen berjalan
meninggalkanku dan akhirnya aku dapat menghentikan tawaku. Tapi, dalam hati aku
masih tertawa. Ternyata dia serius ingin melindungiku. Teman masa kecilku yang
satu ini hebat sekali.
"He ?
Kau serius Zen menonjok Kei ? Apa aku tidak salah dengar ?"
Aki terlihat
terkejut mendengar ceritaku. Walaupun begitu aku hanya bisa tertawa kecil
kembali.
"Kenapa
kau malah tertawa ?"
"Habis,
Zen .... Ahahaha ... Dia bilang ... Dia serius ingin melindungiku ... Puff
Hahaa .."
Tanpa ku
sadari Aki terdiam dan menghentikan langkahnya. Aku melihat ke belakang, Aki
sedang menunduk ke bawah sambil memasang wajah sedih.
"Aki ?
Kau kenapa ?"
"Iie(1)
... Ayo, kita lanjutkan berbelanja"
Aki pun
berjalan cepat mendahuluiku. Yang ku lakukan hanya terbingung dan berpikir apa
yang ia pikirkan.
Daging sapi,
mentega, kecap, saus sambal, garam, sosis, teh kotak, gula, dan ikan. Semua
sudah terbeli sedangkan Aki sebenarnya hari ini dia menemaniku berbelanja.
Untunglah ... Ada yang memberikan bantuan. Kalau aku sendiri pasti sebentar -
sebentar akan berhenti untuk istirahat.
"Maaf
ya, Aki. Kau sampai harus membawakan sebagian barang"
Aki
menggeleng dan tersenyum.
"Ehehe
... Tenang saja, aku ingin selalu bisa membantu Fuyu-chan"
Aku membuang
muka, aku takut kalau Aki melihat wajahku yang panas ini. Kenapa ia selalu
mengatakan hal itu dengan enteng ya ?
"Fuyu-chan
?"
"H-hai'(2)
?"
"Wajahmu
merah ..."
"E-eh
..? S-sudahlah tak apa ! Mungkin karena cuaca hari ini panas .. Hahaha
..."
Ugh ...
Gawat sekali untung saja Aki percaya apa yang ku katakan.
"Oya,
kalau boleh tau apa kau menceritakan hal yang sebenarnya pada Zen tentang Mimi
melakukan ... Rencana jahatnya pada Kei ?" Tanya Aki
"Umm
... Tidak ... Aku tidak menceritakannya pada Zen. Habis .. Dia sudah marah -
marah duluan"
"Tapi,
sebaiknya kau beritahu secepatnya. Bisa - bisa Zen melakukan tindakan yang ...
bisa membahayakan bagi Kei"
"Hu-um
... Mungkin ..."
"Kenapa
kau malah bilang mungkin ? Tidakkah kau khawatir pada Kei ? Jika ia di lukai
lagi oleh Zen bagaimana ? Kau harus bisa berpikir seperti itu Fuyu-chan"
Ah ! Benar
juga. Zen kan tipe orang yang suka melakukan tindakan se-enaknya sendiri. Aku
tak kepikiran tentang itu sebelumnya. Tapi, aku rasa aku tidak ingin ikut
campur. Biarlah ... Lagi pula Kei lantas mendapat pelajaran.
"Besok
kita masuk sekolah lagi. Jadi, kau harus secepatnya menceritakan pada Zen"
"Sudahlah
... Hari ini aku mau rileks dulu"
Setelah
mengatakan hal itu aku berjalan lebih cepat. Tidak ada hubungannya denganku
jika Kei di lukai atau semacamnya oleh Zen. Tapi, tidak mungkin Zen menindas
Kei kan ? Pasti banyak cewek yang mendukung Kei. Jadi tak apalah ... Kalau ada
sesuatu hal yang terjadi terpaksa aku harus melerai mereka.
"Lalu
... Aki ... Apa yang kau lakukan di kamarku malam - malam begini ?"
Aki sedang
menonton TV di kamarku sambil tiduran di atas tempat tidurku. Pasti lagi - lagi
ia loncat dari kamar lantai atasnya.
"Aku
bosan ... Jadi aku datang saja ke rumahmu tadi aku sudah minta izin pada
obachan(3)"
Ternyata dia
datang lewat pintu rumahku. Dan kenapa okasan(4) mengizinkannya masuk kamarku.
Aku kan seorang gadis dan dia seorang anak lelaki. Sepertinya ada yang salah di
sini.
"Lalu,
apa yang akan kau lalukan di kamarku ?"
"Bolehkah
aku tidur di sini ?"
1 ... 2 ...
3 ... 4 ... 5 ... detik
"HAH ??
Apa kau gila ?"
"Memangnya
tidak boleh, ya ?"
"Tentu
saja tidak boleh ! Besok sudah sekolah cepat kau pulang"
Aku
mendorong Aki keluar dari kamarku. Ketika aku turun dari tangga okasan melihat
kami sambil tersenyum.
"Kalian
sudah selesai belajar bareng ?"
Belajar
bareng ? Jangan bilang Aki ingin masuk ke kamarku dengan membohongi okasan.
"Sudah
!! Sekarang Aki harus pulang ! Sudah malam !" Jawabku pada okasan
BLAM
Aku menutup
pintu dengan kencang sebelum Aki ingin mengatakan sesuatu padaku. Wajar saja,
aku sudah terlanjur kesal. Mentang - mentang kami tetanggaan sekaligus rumahnya
saling berdekatan bukan berarti dia harus setiap hari masuk ke dalam rumah
orang dan ingin menjalin hubungan tetangga yang baik. Justru itu sangat
menggangguku.
"Haaaahh"
Aku
berbaring di atas tempat tidurku sambil menghembus nafas. Tubuhku sangat berat
sekali dan lelah. Sudah tadi pagi dia menemaniku berbelanja sampai malam ia
berada di dalam rumahku. Bagaimana aku tidak capek.
Yosh, besok
aku harus sudah siap masuk sekolah kembali. Semua barang peralatan sekolahku
sudah ku siapkan dan semoga besok tidak terjadi apa - apa. Sudah terbayang Zen
dan Kei di benakku dan hal itu membuatku merasa lelah dan pusing. Mana adegan
di saat Zen menonjok Kei masih ku ingat lagi dan masih teringat juga seberapa
paniknya aku waktu itu.
Di saat aku
sudah sampai sekolah aku sudah bersiap untuk apa yang akan terjadi nanti atau
kapan pun itu. Sambil meyakinkan diri aku terus berjalan sampai tiba di depan
kelas. Apakah akan ada sesuatu yang terjadi atau tidak aku sendiri tidak tau.
GREKK
Aku membuka
pintu dan mendapatkan Zen sedang tertidur di tempat duduknya. Syukurlah, tidak
terjadi apa - apa. Sepertinya Zen juga tidak punya niat untuk meladeni Kei.
Karena aku yakin dia sendiri punya pemikiran tersendiri untuk tidak
melakukannya.
Masih
menatap Zen aku berjalan mendekatinya. Ketika aku memperhatikannya baik - baik
ternyata dia masih membuka matanya walau hanya sedikit. Pasti dia sedang
memikirkan sesuatu padahal aku sudah melihatnya tepat di depannya tetapi ia
tidak sadar juga. Ya sudah, aku memutuskan untuk duduk di tempat dudukku.
Tetapi
ketenangan dan kelegaan yang ku rasakan menghilang sudah. Aku melihat Kei
berjalan ke arahku sambil membawa bungkus kotak dan sepertinya isinya adalah
baju olah ragaku yang tempo hari ku pinjamkan padanya.
"Fuyu-chan
... Arigatou na(5) sudah meminjamkanku bajumu itu. Yang kemarin itu pasti aku
sudah membuatmu terkejut"
BRAKK
Oh, tidak
... Jangan sekarang. Kita sedang berada di dalam kelas. Ku mohon jangan ada
pertengkaran di sini.
Zen
sepertinya sudah menyadari ke datangan Kei kemari. Dan wajahnya saat ini
sungguh sangat tidak bersahabat. Bahkan tadi ia berani menggebrak meja dengan
kencang. Caranya bernafas naik turun seperti menahan emosi yang sangat amat
dahsyat.
Di saat
seperti ini aku hanya terdiam terpaku. Menunggu apa yang akan terjadi
selanjutnya. Entah, aku tidak bisa bertindak sama sekali. Aku telah mengabaikan
pesan yang di beritahu oleh Aki jadi sekarang aku tidak tau harus bagaimana
lagi.
"Apa
yang kau lakukan di sini ?!" tanya Zen dengan nada yang agak tinggi
Teman -
teman sekelasku semuanya memperhatikan kami. Mereka saling membisik ada juga
yang terlihat terkejut dan ketakutan. Beruntungnya mereka tidak menjadi diriku
karena tidak terlibat dalam hal seperti ini.
"Aku
hanya mengembalikan baju olah raga yang di pinjamkan oleh Fuyu-chan. Apa itu
salah ?" kali ini Kei mulai membalas omongan Zen
Tiba - tiba
Zen berdiri dari tempatnya duduk. Ekspresinya sudah mulai pada level marah
tingkat atas. Tangannya mengepal seperti siap untuk menonjok Kei kembali.
Tetapi sepertinya ia menahannya karena sekarang teman - teman sekelas sudah
mulai memperhatikan mereka dengan ekspresi beragam. Bahkan ada anak murid yang
berlari untuk memanggil sensei(6).
"Cih"
Zen kembali duduk di bangkunya
Di saat yang
bersamaan sensei datang dengan tergesa - gesa bermaksud untuk menghentikan Zen
dan Kei yang ia kira akan berkelahi.
"Ada
apa ini sebenarnya ?" Sensei bertanya sambil melihat ke arah Zen dan Kei
"Tidak
kok, Sensei ! Kei kemari hanya ingin mengembalikan bajuku dan Zen hanya menyapa
kepada Kei tetapi dengan bahasa yang tidak bersahabat. Tapi, bukan berarti
mereka berkelahi"
Aku berusaha
untuk membuat Sensei percaya dengan apa yang ku katakan dengan memberi tahunya
sebuah penjelasan yang pastinya suatu kebohongan.
"Baik,
jika saya melihat ada sesuatu lagi yang terjadi di sini di antara kalian,
Kitayama, Minamoto. Maka kalian harus ikut saya ke ruang guru"
"Hai'
..." ucap mereka berbarengan
Setelah
Sensei keluar dari dalam kelas Zen menatap Kei dengan sinis sudah dapat di
pahami kalau Zen sepertinya juga membenci Kei. Tetapi ia jauh lebih membencinya
di banding kepada Aki. Zen itu sangat suka membuat musuh di mana - mana.
Padahal ku pikir mereka, Kei dan Aki, tidak seburuk yang di pikirkan Zen loh.
"Kei,
sebaiknya kau kembali ke kelasmu sebelum Zen melakukan tindakan rusuh
lagi"
Kei
mengangguk lalu menatap Zen. Tetapi tatapannya bukan sinis atau semacamnya
lebih tepatnya ia hanya memandang Zen dengan tatapan biasa tapi terlihat agak
polos dan memikirkan suatu rencana.
Padahal aku
sudah merasa lega karena tidak ada sesuatu yang terjadi di sini. Tetapi aku
salah Kei datang ke kelasku lalu Zen yang melihatnya kemari malah melakukan
tindakan seperti tadi. Tidakkah Zen bisa bersikap baik kepada seorang anak laki
- laki yang ada ikatannya denganku ?
DING DONG
DING DONG
Bel sekolah
sudah berbunyi dan sekarang waktu pelajaran akan segera di mulai.
"Fuyu-chan,
ikut aku sebentar"
Aki berdiri
di depan pintu sambil memanggil ke arahku. Sebenarnya Zen mendengar suara Aki
tetapi dia sama sekali tak bereaksi.
"Un(7)
..."
Di atas atap
sekolah aku berdua dengannya sambil melihat ke lapangan yang ada di bawah.
Pasti Aki akan memarahiku karena tadi di kelas ada sebuah keributan dan aku
hanya menjelaskan apa yang ada di pikiranku ketika sensei sudah datang.
Bagaimana ya tapi lantas aku mendapatkan sebuah omelan.
"Jadi,
Fuyu-chan ... Ternyata kau bisa juga membohongi sensei"
Aki
berbicara seakan tau apa yang ada di balik perkataanku kepada sensei. Ya, dia
benar aku berbohong pada sensei.
"Habis
... Tidak ada cara lain selain berkata bohong, bukan ? Sebenarnya bohong itu
ada pentingnya juga"
Aku berusaha
untuk meyakinkan diri karena tindakan yang aku lakukan itu tidak ada salahnya.
"Aku
tidak mengatakan kalau kau tidak boleh berbohong. Kau terlihat kakkoi(8)
(?)" Ucapnya walau pada akhir kalimat terdengar segan untuk mengatakannya
"Ahaha
... Ya, begitulah"
Sambil
menghabiskan waktu istirahat, aku berbincang - bincang dengan Aki. Ternyata dia
memang orang yang paling perhatian di antara 2 cowok itu. Bersyukur aku
memiliki tetangga dan teman sekelas seperti Aki. Walau di dalam waktu pelajaran
ia terlihat sangat pendiam tetapi itu bukti bahwa ia serius sedang belajar dan
mendengarkan penjelasan guru.
"Hm
?"
Aku menengok
ke arah pintu sangat yakin bahwa tadi pintu itu terbuka dan sedikit
mengeluarkan suara.
"Doushite(9),
Fuyu-chan ?"
Aku
menggeleng pelan sambil tetap memperhatikan pintu itu. Pasti ada seseorang yang
mendengarkan pembicaraan ini. Tampak ada bayangan di balik pintu dan aku
berdiri, berjalan mendekatinya. Benar yang ku duga ada seseorang.
"Apa
yang kau lakukan di balik pintu ?" Tanyaku yang melihat Kei terkejut
karena mengetahui keberadaannya
"O-oh
... Percuma juga sembunyi"
Kei berjalan
menuju tempat Aki duduk. Tetapi aku segera menariknya sebelum ia sampai sedikit
lagi.
"Kau
belum menjawab pertanyaanku" tanyaku sambil tetap memegang baju Kei
"Ini
tempatku, bukankah kau sendiri sudah tau kalau aku setiap hari selalu berada di
sini ?"
Kali ini aku
terdiam dan membenarkan perkataan Kei. Dia memang suka tidur atau melakukan
sesuatu hal di atap sekolah ini. Tetapi bukan berarti ini wilayahnya.
"Kei,
jangan bilang kau berniat untuk bolos dalam waktu belajar lagi ?"
Tanpa di
sadari ternyata Aki juga tau kalau Kei suka membolos. Sebenarnya hubungan
mereka berdua ini apa ?
"Ahh
... Mungkin ..." jawab Kei sambil berbaring tidur di lantai
"H-hey
! Jika kau seperti ini bisa - bisa nilaimu jatuh dan tidak akan naik
kelas"
Tiba - tiba
Kei berdiri sambil berjalan ke arahku. Aku tidak dapat melihat ekspresi
wajahnya. Jangan bilang dia sedang murka dengan apa yang barusan aku katakan.
NYUT
"Itai(10)
!"
Kei mencubit
kedua pipiku dengan kencang. Terasa kedua pipiku ini panas dan sepertinya akan
berubah warna menjadi merah.
"Apa
yang kau lakukan ?!!"
Ku tebas
tangannya sambil berjalan mundur kebelakang. Sambil memegang kedua pipiku aku
mengancamnya dengan mataku yang berubah jadi sinis.
"Tenang
saja. Aku tidak akan melukaimu"
"Apanya
yang tenang saja ! Di tambah lagi kau bilang tidak akan melukaiku ? Kau pikir
tidak sakit apa di cubit seperti itu ?"
Kali ini
nada bicaraku jauh lebih tinggi dengan kata lain aku membentaknya. Aku sudah terlanjur
terjun ke dalam emosi yang kuat sehingga aku dapat membentaknya seperti itu.
"Aaah
..."
Kei kembali
ke tempat posisinya berbaring. Ternyata aku di abaikan olehnya. Aku harus
belajar ekstra sabar untuk berhadapan dengannya.
Mereka
berdua (Kei & Aki) melihat ke atas memandangi awan yang berwarna putih
beserta langit yang kebiruan. Langit kebiruan karena pantulan dari warna laut
sehingga menurutku warna langit sudah seperti laut.
Aku
menghampiri dan duduk di samping mereka. Akhirnya aku menggeletakkan tubuh di
atas lantai sambil memandang langit. Rasanya tenang sekali dan juga damai. Tak
ada suara keributan seperti habis pulang sekolah maupun jam istirahat. Mungkin
karena sekarang jam pelajaran ...
EH ?
Ternyata aku
sama sekali tidak sadar kalau sudah tertidur lelap di sini. Ini pertama kalinya
aku bolos dalam waktu jam pelajaran. Bagaimana kalau nilaiku turun atau
semacamnya ? Di tambah lagi di sampingku ini, mereka berdua juga sedang
tertidur. Aku bingung sampai tanganku ikut gemetar.
"Fuyu
?"
Aku menoleh
ke arah sumber suara itu. Gawat ! Itu Zen ! Dia datang di saat yang tidak
tepat.
"A-a-ano
Zen ..."
"Jadi
kalian bolos juga ..."
EH ?
"B-bolos
??"
"Baiklah,
aku juga ikut tidur"
Dan setelah
itu Zen tidur di sampingku. Entah mengapa aku merasa berada di tengah - tengah
ketiga laki - laki ini. Apakah aku ini gadis yang berdosa ? Kami-sama, maafkan
aku. Aku hanya seorang gadis yang ingin menempuh hidup dengan damai.
Tanpa di
sadari bel pulang sekolah sudah berbunyi, mereka masih terlelap dalam alam
mimpi masing - masing. Sedangkan aku ... aku ... aku hanya duduk terpuruk
menunggu mereka untuk bangun karena jika aku kembali ke kelas mungkin itu
adalah tindakan yang salah soalnya waktu pelajaran hanya tinggal 5 menit akan
selesai. Sepertinya nasibku memang sedang tidak beruntung.
"Hoam
..."
Orang
pertama yang terbangun adalah Aki. Wajahnya masih terlihat mengantuk, sambil
mengusap mata kirinya dia melihat ke arahku dan berkata
"Ohayou(11)..."
"Kenapa
kau malah bilang 'ohayou' ? Sekarang sudah mau sore tau !"
Aku menahan
emosiku dengan sekuat tenaga. Semoga saja mataku tidak merah karena memang aku
menahan tangis sambil ketakutan.
"Gomen(12),
aku tidak sadar kalau tertidur dengan sendirinya"
Sebenarnya
aku juga salah. Aku sama seperti Aki mungkin karena angin di sini sejuk jadinya
terbawa kantuk. Aku memang tidak ada hak untuk memarahinya karena aku
sendiripun juga tertidur.
"Un ..
Aku juga tertidur. Tapi, setidaknya aku tidak lama tertidur seperti kalian
bertiga"
"Ber
..... tiga ?"
Aku menunjuk
ke arah Zen yang berada di sampingku sambil tertidur pulas lalu
"ZEN
!!!"
Aki
berteriak memanggil namanya dan berdiri, berjalan ke arahku lalu menarikku
menjauh dari Zen.
"Kau
kenapa Aki ?"
Sejujurnya
aku bingung dengan apa yang Aki lakukan padaku. Di saat yang sama Zen dan juga
Kei terbangun dan mereka melihat satu sama lain.
"A-apa
yang kau lakukan di sini ?!!" ucap Kei sambil memasang ekspresi kesal
"Aku
hanya ingin tidur di samping Fuyu. Dan aku sama sekali tidak mengganggumu"
Zen menjawabnya dengan nada yang tenang
Mereka
berdua saling memandang dan mengeluarkan kalimat masing - masing. Aku melihat
Aki yang masih memegang lengan tanganku. Rasanya doki. Tetapi aku menikmatinya
walau ada sesuatu yang menganjal.
"Fuyu-chan,
kita ke kelas"
"Eh-"
Begitulah,
kami turun ke bawah meninggalkan Zen dan Kei. Menelusuri tangga, dua kali turun
tangga sampai ke tempat tujuan, kelas.
"Doushite
?"
Di samping
kananku ada papan tulis kelas dengan kata lain aku berdiri di tempat sensei
mengajar tetapi sekarang sudah waktu jam pulang, Aki masih memegang tanganku.
Dia memandang ke bawah terus menurus dan menghindar untuk menatapku. Tetapi
sekarang beda, ia menoleh dan menatapku, tajam tapi gagah.
DEG
Masih menunggu
untuknya mengatakan sesuatu aku terdiam menatapnya ragu - ragu. Berharap ia
tidak mengatakan hal kasar maupun sejenisnya.
"Gomen,
aku tidak ingin melihatmu di samping cowok lain ..." ucap Aki sedikit
bergumam
"..."
Aku terdiam,
kaku.
"Bisakah
kau tidak berhubungan dengan mereka lagi ?"
TO BE
CONTINUED
Note :
1. Iie =
Tidak
2. Hai' =
Baik/ya
3. Obachan =
Bibi / tante
4. Okasan =
Ibu
5. Arigatou
na = Terima kasih ya
6. Sensei =
Guru
7. Un = Ya
8. Kakkoi =
Keren
9. Doushite
= Kenapa
10. Itai =
Sakit
11. Ohayou =
Selamat pagi
12. Gomen =
Maaf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar