Sabtu, April 12, 2014

See You 4

See You 4

Genre : Romance
Chara : Maki Fuyu, Sanada Aki, Kitayama Kei, Minamoto Zen, Kouchi Mimi, etc




"Apa - apaan ini ?" Ucapnya syok

Gawat ! Zen melihat adegan ini ! Bisa - bisa aku akan di lecehkan dan di katai bahwa aku di peluk oleh seorang raja 'playboy'. Apa yang harus aku lakukan sekarang ?

"A-ano ... Zen ... Kau sala-"

Belum sempat aku menyelesaikan kalimatku. Zen tiba - tiba menonjok tepat di pipi Kei. Melihat adegan seperti itu aku terpaku terdiam dan merasa agak ketakutan.

"Apa yang kau lakukan padanya ?!!! Aku tau kau siapa ! Kau Kei ! Cowok yang suka sembarangan memperlakukan anak perempuan ! Aku tidak akan membiarkan Fuyu menjadi salah satu dari para gadismu itu !"

Suara bentakan Zen membuatku merasa ketakutan. Aku sulit sekali ingin menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Rasanya semua yang di ucapkan oleh Zen tak dapat ku bantah. Semuanya benar. Jadi, kemungkinan lebih baik aku diam dulu.

"Cih"

Zen menarik tanganku, membawaku menjauh dari Kei. Sedangkan Kei masih berdiri di sana sambil memegangi pipinya pasti rasanya sakit sekali di tonjok seperti itu.

Semakin lama semakin jauh. Aku sudah berada di kerumunan banyak orang. Zen masih menarik tanganku. Wajahnya menyiratkan kemarahan yang luar biasa. Ku rasa dia sangat mengkhawatirkanku. Soalnya dia yang sekarang marahnya lebih dari biasanya di saat aku bersama Aki.

"Zen ... Sakit ... Lepaskan aku ..."

Aku hanya bisa merintih kesakitan. Tetapi percuma saja. Ia selalu mengabaikanku di saat aku berbicara dengannya. Sampai pada akhirnya aku memperkencang nada suaraku.

"Zen !!! Sakit ! Tanganku sakit, kau menarikku terlalu kencang !!"

Akhirnya ia berhenti berjalan dan melepaskan tanganku. Ketika ia melihat ke arahku sorot matanya menandakan bahwa ia sangat marah besar. Sepertinya ia akan memakiku atau semacamnya lah.

"Kau tau kenapa aku melakukan ini ? Kau tau tentang mantan - mantannya bukan ? Dia suka mempermainkan seorang gadis ! Bagaimana jika sasaran berikutnya adalah kau ? Jika kau di apa - apakan olehnya aku ... aku ..."

Benar yang ku duga ia khawatir padaku. Entah mengapa aku merasa senang. Aku tersenyum sambil terus memandangnya. Lalu sedikit tertawa kecil.

"Kenapa kau malah tertawa ? Aku serius mengatakannya !"

"Kau tau Zen ... Aku tidak tertarik pada orang semacam Kei. Justru aku sebenarnya melihat Kei di siksa oleh Mimi"

Zen terdiam sedangkan aku melanjutkan aktivitas tertawaku. Sama sekali tidak bisa berhenti aku terus menerus tertawa. Aku menyentuh perutku mencoba untuk berhenti tertawa tetapi percuma.

"Sudahlah, sebaiknya kita pulang"

Zen berjalan meninggalkanku dan akhirnya aku dapat menghentikan tawaku. Tapi, dalam hati aku masih tertawa. Ternyata dia serius ingin melindungiku. Teman masa kecilku yang satu ini hebat sekali.




"He ? Kau serius Zen menonjok Kei ? Apa aku tidak salah dengar ?"

Aki terlihat terkejut mendengar ceritaku. Walaupun begitu aku hanya bisa tertawa kecil kembali.

"Kenapa kau malah tertawa ?"

"Habis, Zen .... Ahahaha ... Dia bilang ... Dia serius ingin melindungiku ... Puff Hahaa .."

Tanpa ku sadari Aki terdiam dan menghentikan langkahnya. Aku melihat ke belakang, Aki sedang menunduk ke bawah sambil memasang wajah sedih.

"Aki ? Kau kenapa ?"

"Iie(1) ... Ayo, kita lanjutkan berbelanja"

Aki pun berjalan cepat mendahuluiku. Yang ku lakukan hanya terbingung dan berpikir apa yang ia pikirkan.




Daging sapi, mentega, kecap, saus sambal, garam, sosis, teh kotak, gula, dan ikan. Semua sudah terbeli sedangkan Aki sebenarnya hari ini dia menemaniku berbelanja. Untunglah ... Ada yang memberikan bantuan. Kalau aku sendiri pasti sebentar - sebentar akan berhenti untuk istirahat.

"Maaf ya, Aki. Kau sampai harus membawakan sebagian barang"

Aki menggeleng dan tersenyum.

"Ehehe ... Tenang saja, aku ingin selalu bisa membantu Fuyu-chan"

Aku membuang muka, aku takut kalau Aki melihat wajahku yang panas ini. Kenapa ia selalu mengatakan hal itu dengan enteng ya ?

"Fuyu-chan ?"

"H-hai'(2) ?"

"Wajahmu merah ..."

"E-eh ..? S-sudahlah tak apa ! Mungkin karena cuaca hari ini panas .. Hahaha ..."

Ugh ... Gawat sekali untung saja Aki percaya apa yang ku katakan.

"Oya, kalau boleh tau apa kau menceritakan hal yang sebenarnya pada Zen tentang Mimi melakukan ... Rencana jahatnya pada Kei ?" Tanya Aki

"Umm ... Tidak ... Aku tidak menceritakannya pada Zen. Habis .. Dia sudah marah - marah duluan"

"Tapi, sebaiknya kau beritahu secepatnya. Bisa - bisa Zen melakukan tindakan yang ... bisa membahayakan bagi Kei"

"Hu-um ... Mungkin ..."

"Kenapa kau malah bilang mungkin ? Tidakkah kau khawatir pada Kei ? Jika ia di lukai lagi oleh Zen bagaimana ? Kau harus bisa berpikir seperti itu Fuyu-chan"

Ah ! Benar juga. Zen kan tipe orang yang suka melakukan tindakan se-enaknya sendiri. Aku tak kepikiran tentang itu sebelumnya. Tapi, aku rasa aku tidak ingin ikut campur. Biarlah ... Lagi pula Kei lantas mendapat pelajaran.

"Besok kita masuk sekolah lagi. Jadi, kau harus secepatnya menceritakan pada Zen"

"Sudahlah ... Hari ini aku mau rileks dulu"

Setelah mengatakan hal itu aku berjalan lebih cepat. Tidak ada hubungannya denganku jika Kei di lukai atau semacamnya oleh Zen. Tapi, tidak mungkin Zen menindas Kei kan ? Pasti banyak cewek yang mendukung Kei. Jadi tak apalah ... Kalau ada sesuatu hal yang terjadi terpaksa aku harus melerai mereka.




"Lalu ... Aki ... Apa yang kau lakukan di kamarku malam - malam begini ?"

Aki sedang menonton TV di kamarku sambil tiduran di atas tempat tidurku. Pasti lagi - lagi ia loncat dari kamar lantai atasnya.

"Aku bosan ... Jadi aku datang saja ke rumahmu tadi aku sudah minta izin pada obachan(3)"

Ternyata dia datang lewat pintu rumahku. Dan kenapa okasan(4) mengizinkannya masuk kamarku. Aku kan seorang gadis dan dia seorang anak lelaki. Sepertinya ada yang salah di sini.

"Lalu, apa yang akan kau lalukan di kamarku ?"

"Bolehkah aku tidur di sini ?"

1 ... 2 ... 3 ... 4 ... 5 ... detik

"HAH ?? Apa kau gila ?"

"Memangnya tidak boleh, ya ?"

"Tentu saja tidak boleh ! Besok sudah sekolah cepat kau pulang"

Aku mendorong Aki keluar dari kamarku. Ketika aku turun dari tangga okasan melihat kami sambil tersenyum.

"Kalian sudah selesai belajar bareng ?"

Belajar bareng ? Jangan bilang Aki ingin masuk ke kamarku dengan membohongi okasan.

"Sudah !! Sekarang Aki harus pulang ! Sudah malam !" Jawabku pada okasan

BLAM

Aku menutup pintu dengan kencang sebelum Aki ingin mengatakan sesuatu padaku. Wajar saja, aku sudah terlanjur kesal. Mentang - mentang kami tetanggaan sekaligus rumahnya saling berdekatan bukan berarti dia harus setiap hari masuk ke dalam rumah orang dan ingin menjalin hubungan tetangga yang baik. Justru itu sangat menggangguku.

"Haaaahh"

Aku berbaring di atas tempat tidurku sambil menghembus nafas. Tubuhku sangat berat sekali dan lelah. Sudah tadi pagi dia menemaniku berbelanja sampai malam ia berada di dalam rumahku. Bagaimana aku tidak capek.

Yosh, besok aku harus sudah siap masuk sekolah kembali. Semua barang peralatan sekolahku sudah ku siapkan dan semoga besok tidak terjadi apa - apa. Sudah terbayang Zen dan Kei di benakku dan hal itu membuatku merasa lelah dan pusing. Mana adegan di saat Zen menonjok Kei masih ku ingat lagi dan masih teringat juga seberapa paniknya aku waktu itu.




Di saat aku sudah sampai sekolah aku sudah bersiap untuk apa yang akan terjadi nanti atau kapan pun itu. Sambil meyakinkan diri aku terus berjalan sampai tiba di depan kelas. Apakah akan ada sesuatu yang terjadi atau tidak aku sendiri tidak tau.

GREKK

Aku membuka pintu dan mendapatkan Zen sedang tertidur di tempat duduknya. Syukurlah, tidak terjadi apa - apa. Sepertinya Zen juga tidak punya niat untuk meladeni Kei. Karena aku yakin dia sendiri punya pemikiran tersendiri untuk tidak melakukannya.

Masih menatap Zen aku berjalan mendekatinya. Ketika aku memperhatikannya baik - baik ternyata dia masih membuka matanya walau hanya sedikit. Pasti dia sedang memikirkan sesuatu padahal aku sudah melihatnya tepat di depannya tetapi ia tidak sadar juga. Ya sudah, aku memutuskan untuk duduk di tempat dudukku.

Tetapi ketenangan dan kelegaan yang ku rasakan menghilang sudah. Aku melihat Kei berjalan ke arahku sambil membawa bungkus kotak dan sepertinya isinya adalah baju olah ragaku yang tempo hari ku pinjamkan padanya.

"Fuyu-chan ... Arigatou na(5) sudah meminjamkanku bajumu itu. Yang kemarin itu pasti aku sudah membuatmu terkejut"

BRAKK

Oh, tidak ... Jangan sekarang. Kita sedang berada di dalam kelas. Ku mohon jangan ada pertengkaran di sini.

Zen sepertinya sudah menyadari ke datangan Kei kemari. Dan wajahnya saat ini sungguh sangat tidak bersahabat. Bahkan tadi ia berani menggebrak meja dengan kencang. Caranya bernafas naik turun seperti menahan emosi yang sangat amat dahsyat.

Di saat seperti ini aku hanya terdiam terpaku. Menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya. Entah, aku tidak bisa bertindak sama sekali. Aku telah mengabaikan pesan yang di beritahu oleh Aki jadi sekarang aku tidak tau harus bagaimana lagi.

"Apa yang kau lakukan di sini ?!" tanya Zen dengan nada yang agak tinggi

Teman - teman sekelasku semuanya memperhatikan kami. Mereka saling membisik ada juga yang terlihat terkejut dan ketakutan. Beruntungnya mereka tidak menjadi diriku karena tidak terlibat dalam hal seperti ini.

"Aku hanya mengembalikan baju olah raga yang di pinjamkan oleh Fuyu-chan. Apa itu salah ?" kali ini Kei mulai membalas omongan Zen

Tiba - tiba Zen berdiri dari tempatnya duduk. Ekspresinya sudah mulai pada level marah tingkat atas. Tangannya mengepal seperti siap untuk menonjok Kei kembali. Tetapi sepertinya ia menahannya karena sekarang teman - teman sekelas sudah mulai memperhatikan mereka dengan ekspresi beragam. Bahkan ada anak murid yang berlari untuk memanggil sensei(6).

"Cih" Zen kembali duduk di bangkunya

Di saat yang bersamaan sensei datang dengan tergesa - gesa bermaksud untuk menghentikan Zen dan Kei yang ia kira akan berkelahi.

"Ada apa ini sebenarnya ?" Sensei bertanya sambil melihat ke arah Zen dan Kei

"Tidak kok, Sensei ! Kei kemari hanya ingin mengembalikan bajuku dan Zen hanya menyapa kepada Kei tetapi dengan bahasa yang tidak bersahabat. Tapi, bukan berarti mereka berkelahi"

Aku berusaha untuk membuat Sensei percaya dengan apa yang ku katakan dengan memberi tahunya sebuah penjelasan yang pastinya suatu kebohongan.

"Baik, jika saya melihat ada sesuatu lagi yang terjadi di sini di antara kalian, Kitayama, Minamoto. Maka kalian harus ikut saya ke ruang guru"

"Hai' ..." ucap mereka berbarengan

Setelah Sensei keluar dari dalam kelas Zen menatap Kei dengan sinis sudah dapat di pahami kalau Zen sepertinya juga membenci Kei. Tetapi ia jauh lebih membencinya di banding kepada Aki. Zen itu sangat suka membuat musuh di mana - mana. Padahal ku pikir mereka, Kei dan Aki, tidak seburuk yang di pikirkan Zen loh.

"Kei, sebaiknya kau kembali ke kelasmu sebelum Zen melakukan tindakan rusuh lagi"

Kei mengangguk lalu menatap Zen. Tetapi tatapannya bukan sinis atau semacamnya lebih tepatnya ia hanya memandang Zen dengan tatapan biasa tapi terlihat agak polos dan memikirkan suatu rencana.

Padahal aku sudah merasa lega karena tidak ada sesuatu yang terjadi di sini. Tetapi aku salah Kei datang ke kelasku lalu Zen yang melihatnya kemari malah melakukan tindakan seperti tadi. Tidakkah Zen bisa bersikap baik kepada seorang anak laki - laki yang ada ikatannya denganku ?

DING DONG
DING DONG

Bel sekolah sudah berbunyi dan sekarang waktu pelajaran akan segera di mulai.




"Fuyu-chan, ikut aku sebentar"

Aki berdiri di depan pintu sambil memanggil ke arahku. Sebenarnya Zen mendengar suara Aki tetapi dia sama sekali tak bereaksi.

"Un(7) ..."

Di atas atap sekolah aku berdua dengannya sambil melihat ke lapangan yang ada di bawah. Pasti Aki akan memarahiku karena tadi di kelas ada sebuah keributan dan aku hanya menjelaskan apa yang ada di pikiranku ketika sensei sudah datang. Bagaimana ya tapi lantas aku mendapatkan sebuah omelan.

"Jadi, Fuyu-chan ... Ternyata kau bisa juga membohongi sensei"

Aki berbicara seakan tau apa yang ada di balik perkataanku kepada sensei. Ya, dia benar aku berbohong pada sensei.

"Habis ... Tidak ada cara lain selain berkata bohong, bukan ? Sebenarnya bohong itu ada pentingnya juga"

Aku berusaha untuk meyakinkan diri karena tindakan yang aku lakukan itu tidak ada salahnya.

"Aku tidak mengatakan kalau kau tidak boleh berbohong. Kau terlihat kakkoi(8) (?)" Ucapnya walau pada akhir kalimat terdengar segan untuk mengatakannya

"Ahaha ... Ya, begitulah"

Sambil menghabiskan waktu istirahat, aku berbincang - bincang dengan Aki. Ternyata dia memang orang yang paling perhatian di antara 2 cowok itu. Bersyukur aku memiliki tetangga dan teman sekelas seperti Aki. Walau di dalam waktu pelajaran ia terlihat sangat pendiam tetapi itu bukti bahwa ia serius sedang belajar dan mendengarkan penjelasan guru.

"Hm ?"

Aku menengok ke arah pintu sangat yakin bahwa tadi pintu itu terbuka dan sedikit mengeluarkan suara.

"Doushite(9), Fuyu-chan ?"

Aku menggeleng pelan sambil tetap memperhatikan pintu itu. Pasti ada seseorang yang mendengarkan pembicaraan ini. Tampak ada bayangan di balik pintu dan aku berdiri, berjalan mendekatinya. Benar yang ku duga ada seseorang.

"Apa yang kau lakukan di balik pintu ?" Tanyaku yang melihat Kei terkejut karena mengetahui keberadaannya

"O-oh ... Percuma juga sembunyi"

Kei berjalan menuju tempat Aki duduk. Tetapi aku segera menariknya sebelum ia sampai sedikit lagi.

"Kau belum menjawab pertanyaanku" tanyaku sambil tetap memegang baju Kei

"Ini tempatku, bukankah kau sendiri sudah tau kalau aku setiap hari selalu berada di sini ?"

Kali ini aku terdiam dan membenarkan perkataan Kei. Dia memang suka tidur atau melakukan sesuatu hal di atap sekolah ini. Tetapi bukan berarti ini wilayahnya.

"Kei, jangan bilang kau berniat untuk bolos dalam waktu belajar lagi ?"

Tanpa di sadari ternyata Aki juga tau kalau Kei suka membolos. Sebenarnya hubungan mereka berdua ini apa ?

"Ahh ... Mungkin ..." jawab Kei sambil berbaring tidur di lantai

"H-hey ! Jika kau seperti ini bisa - bisa nilaimu jatuh dan tidak akan naik kelas"

Tiba - tiba Kei berdiri sambil berjalan ke arahku. Aku tidak dapat melihat ekspresi wajahnya. Jangan bilang dia sedang murka dengan apa yang barusan aku katakan.

NYUT

"Itai(10) !"

Kei mencubit kedua pipiku dengan kencang. Terasa kedua pipiku ini panas dan sepertinya akan berubah warna menjadi merah.

"Apa yang kau lakukan ?!!"

Ku tebas tangannya sambil berjalan mundur kebelakang. Sambil memegang kedua pipiku aku mengancamnya dengan mataku yang berubah jadi sinis.

"Tenang saja. Aku tidak akan melukaimu"

"Apanya yang tenang saja ! Di tambah lagi kau bilang tidak akan melukaiku ? Kau pikir tidak sakit apa di cubit seperti itu ?"

Kali ini nada bicaraku jauh lebih tinggi dengan kata lain aku membentaknya. Aku sudah terlanjur terjun ke dalam emosi yang kuat sehingga aku dapat membentaknya seperti itu.

"Aaah ..."

Kei kembali ke tempat posisinya berbaring. Ternyata aku di abaikan olehnya. Aku harus belajar ekstra sabar untuk berhadapan dengannya.

Mereka berdua (Kei & Aki) melihat ke atas memandangi awan yang berwarna putih beserta langit yang kebiruan. Langit kebiruan karena pantulan dari warna laut sehingga menurutku warna langit sudah seperti laut.

Aku menghampiri dan duduk di samping mereka. Akhirnya aku menggeletakkan tubuh di atas lantai sambil memandang langit. Rasanya tenang sekali dan juga damai. Tak ada suara keributan seperti habis pulang sekolah maupun jam istirahat. Mungkin karena sekarang jam pelajaran ...

EH ?

Ternyata aku sama sekali tidak sadar kalau sudah tertidur lelap di sini. Ini pertama kalinya aku bolos dalam waktu jam pelajaran. Bagaimana kalau nilaiku turun atau semacamnya ? Di tambah lagi di sampingku ini, mereka berdua juga sedang tertidur. Aku bingung sampai tanganku ikut gemetar.

"Fuyu ?"

Aku menoleh ke arah sumber suara itu. Gawat ! Itu Zen ! Dia datang di saat yang tidak tepat.

"A-a-ano Zen ..."

"Jadi kalian bolos juga ..."

EH ?

"B-bolos ??"

"Baiklah, aku juga ikut tidur"

Dan setelah itu Zen tidur di sampingku. Entah mengapa aku merasa berada di tengah - tengah ketiga laki - laki ini. Apakah aku ini gadis yang berdosa ? Kami-sama, maafkan aku. Aku hanya seorang gadis yang ingin menempuh hidup dengan damai.

Tanpa di sadari bel pulang sekolah sudah berbunyi, mereka masih terlelap dalam alam mimpi masing - masing. Sedangkan aku ... aku ... aku hanya duduk terpuruk menunggu mereka untuk bangun karena jika aku kembali ke kelas mungkin itu adalah tindakan yang salah soalnya waktu pelajaran hanya tinggal 5 menit akan selesai. Sepertinya nasibku memang sedang tidak beruntung.

"Hoam ..."

Orang pertama yang terbangun adalah Aki. Wajahnya masih terlihat mengantuk, sambil mengusap mata kirinya dia melihat ke arahku dan berkata

"Ohayou(11)..."

"Kenapa kau malah bilang 'ohayou' ? Sekarang sudah mau sore tau !"

Aku menahan emosiku dengan sekuat tenaga. Semoga saja mataku tidak merah karena memang aku menahan tangis sambil ketakutan.

"Gomen(12), aku tidak sadar kalau tertidur dengan sendirinya"

Sebenarnya aku juga salah. Aku sama seperti Aki mungkin karena angin di sini sejuk jadinya terbawa kantuk. Aku memang tidak ada hak untuk memarahinya karena aku sendiripun juga tertidur.

"Un .. Aku juga tertidur. Tapi, setidaknya aku tidak lama tertidur seperti kalian bertiga"

"Ber ..... tiga ?"

Aku menunjuk ke arah Zen yang berada di sampingku sambil tertidur pulas lalu

"ZEN !!!"

Aki berteriak memanggil namanya dan berdiri, berjalan ke arahku lalu menarikku menjauh dari Zen.

"Kau kenapa Aki ?"

Sejujurnya aku bingung dengan apa yang Aki lakukan padaku. Di saat yang sama Zen dan juga Kei terbangun dan mereka melihat satu sama lain.

"A-apa yang kau lakukan di sini ?!!" ucap Kei sambil memasang ekspresi kesal

"Aku hanya ingin tidur di samping Fuyu. Dan aku sama sekali tidak mengganggumu" Zen menjawabnya dengan nada yang tenang

Mereka berdua saling memandang dan mengeluarkan kalimat masing - masing. Aku melihat Aki yang masih memegang lengan tanganku. Rasanya doki. Tetapi aku menikmatinya walau ada sesuatu yang menganjal.

"Fuyu-chan, kita ke kelas"

"Eh-"

Begitulah, kami turun ke bawah meninggalkan Zen dan Kei. Menelusuri tangga, dua kali turun tangga sampai ke tempat tujuan, kelas.




"Doushite ?"

Di samping kananku ada papan tulis kelas dengan kata lain aku berdiri di tempat sensei mengajar tetapi sekarang sudah waktu jam pulang, Aki masih memegang tanganku. Dia memandang ke bawah terus menurus dan menghindar untuk menatapku. Tetapi sekarang beda, ia menoleh dan menatapku, tajam tapi gagah.

DEG

Masih menunggu untuknya mengatakan sesuatu aku terdiam menatapnya ragu - ragu. Berharap ia tidak mengatakan hal kasar maupun sejenisnya.

"Gomen, aku tidak ingin melihatmu di samping cowok lain ..." ucap Aki sedikit bergumam

"..."

Aku terdiam, kaku.

"Bisakah kau tidak berhubungan dengan mereka lagi ?"




TO BE CONTINUED

Note :
1. Iie = Tidak
2. Hai' = Baik/ya
3. Obachan = Bibi / tante
4. Okasan = Ibu
5. Arigatou na = Terima kasih ya
6. Sensei = Guru
7. Un = Ya
8. Kakkoi = Keren
9. Doushite = Kenapa
10. Itai = Sakit
11. Ohayou = Selamat pagi

12. Gomen = Maaf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar