Sabtu, April 12, 2014

See You 5

See You 5

Genre : Romance
Chara : Maki Fuyu, Sanada Aki, Kitayama Kei, Minamoto Zen, Kouchi Mimi, etc



"Bisakah kau tidak berhubungan dengan mereka lagi ?"

Mataku terbelalak, seakan kalimat itu seperti memiliki arti khusus. Pusing, bingung, ragu, itu semua tercampur aduk dengan otomatis. Aku tidak tau harus berkata apa, hanya saja satu kalimat ini yang dapat ku katakan.

"Naze desuka(1) ?"

Ya, kalimat itulah yang saat ini bisa ku sampaikan. Walaupun sebenarnya aku mengerti apa maksud kalimat Aki barusan.

"Ya ... Kau tau ... Aku-"

GREKK

Suara pintu yang di geser kencang, dengan kata lain seperti terdengar di banting. Zen berdiri di sana, di susul dengan Kei.

"Tidak sabaran kau, Aki" Zen memulai pembicaraan

"Yare(2) ... yare ... Aki bisa juga" Kei mulai merangkul pundak Aki dengan tangan kanannya

Aki terdiam, lalu melepaskan rangkulan Kei dengan pelan. Ia menunduk ke bawah dan berjalan meninggalkanku, Zen dan Kei yang masih berada dalam kelas.

"Oi Fuyu, aku tak akan melepaskanmu" Zen menatapku dan setelah itu keluar kelas

"Sepertinya kalau aku ikutan akan menarik" kali ini Kei juga keluar kelas setelah Zen

Ada apa dengan mereka sebenarnya ? Apa ada yang salah denganku ? Apa aku mengatakan kalimat yang kasar pada mereka ? Mungkinkah keberadaanku ini membuat mereka semua membenciku ? Entah, hanya kalimat Aki saja yang dapat ku mengerti.



"Fuyu, mau ke mana ?" Tanya Okasan yang melihatku sedang memakai sepatu di depan pintu rumah

"Sebentar saja aku ingin keluar" jawabku sambil membuka pintu dan menutupnya kembali

Langit cerah biru ini sama sekali tidak menggambarkan tentang perasaanku yang sekarang. Seandainya mendung maka suasana hatiku akan sama dengannya. Hatiku perih, ah, tidak, mungkin aku banyak pikiran akhir - akhir ini. Kenapa hatiku harus perih ? Padahal tidak terjadi hal buruk kok. Tapi, kalau seperti ini mungkin bisa di sebut dengan bimbang ? Ah ! Itu juga sepertinya bukan. Mungkin aku hanya kebingungan. Ya, benar. Bingung adalah kata yang tepat untukku.

Sambil terus berjalan aku melihat Mimi sedang berbicara dengan seseorang yang tampak ku kenal. Oh, pemandangan yang jarang ku lihat. Ia sedang berbicara dengan Kei. Sambil bersembunyi di balik air pancuran aku mengamati dan menguping pembicaraan mereka.

"... lagi pula kau cowok idiot. Aku tidak perduli padamu sama sekali. Bagiku kau hanya sampah." Mimi membuang muka dengan melontarkan kalimat pedasnya

"Kau yakin ? Bagaimana jika kau sebenarnya punya hati padaku ?"

"Apa ?! Apa aku tidak salah dengar ? Punya hati ? Jangan konyol ! Kau itu belum ada apa - apanya di bandingkan dengan seseorang yang baru masuk dari rumah sakit jiwa ! Kau itu hanyalah manusia yang berbicara tanpa berpikir terlebih dahulu dan jangan pernah mengajakku berbicara !"

Mimi ... Kalimatmu sangat pedas sekali tetapi aku sangat suka. Kalimatmu ku benarkan, Kei memang kebanyakan bicaranya di banding berpikir. Aku mengangguk - anggukan kepala. Orang - orang di sekelilingku mulai memandangku dan berbisik - bisik dengan kalimat yang tidak lain dan tidak bukan adalah sindiran.

Aku yang menyadarinya mulai berpura - pura berdehem sambil berjalan mendekati Mimi dari pada nanti mereka salah paham dan mengira aku ini stalker ? Bukankah itu jauh lebih parah ?

"Gomen(3) gomen mengganggu, tapi bisakah kalian tidak membuat keributan di sini ?" Ucapku walau itu hanya sekedar basa - basi

"Kebetulan sekali kau ada di sini, Fuyu" Mimi menarik lenganku

"Doushite(4) ?"

"Sudah ikut saja"

Dan aku pasrah di bawa pergi olehnya walaupun Kei bersikeras memanggil 'oi omae'(5). Sepertinya Kei tidak tau nama Mimi, dia pasti hanya tau wajah gadis yang telah menjahilinya, haha !

"Ada angin apa kau mengajak Kei berbicara ?"

"Aku tidak mengajaknya berbicara ! Justru di saat aku sedang membaca novel sambil mendengarkan lagu di taman tadi, ia datang mengejutkanku !" Kesalnya dengan nada emosi yang bisa di bilang sambil mengeluarkan amarah yang luar biasa

Aku tidak ingin banyak bertanya terlebih dahulu. Karena takut nanti dia malah semakin kesal aku menanyakan hal seperti itu. Jadi sekarang lebih baik aku diam saja sampai Mimi merasa lebih tenang.



"Mimi aku tidak mau masuk ! Aku ini masih seorang gadis polos yang masih bersekolah !" Aku bersikeras untuk tidak masuk ke dalam 'Cafe Butler' itu

"Ayolah Fuyu ... Satu kali ini saja ! Onegai(6) !" Mimi mulai memohon kepadaku

Terpaksa aku harus mengikuti permintaannya walau sebenarnya aku tak berminat sama sekali.

"Okaeri(7), ojou-sama(8) !"

Oh GOD ! Walau ku akui memang banyak cowok cakep di sini (namanya juga butler)

"Tadaima(9) !"

Mimi begitu semangat sekali menyapa butler itu. Aku hanya merasa gugup berdiri di belakang Mimi. Ini pertama kalinya aku datang ke tempat seperti ini. Aku kan masih siswi pelajar.

"Osuwari kudasai(10), ojou-sama"

Sang butler mempersilahkan kami duduk. Ya ampun ... Aku malu dan sangat amat gugup sekali.

"Ojou-sama, silahkan di minum tehnya" sang butler mempersilahkan Mimi untuk meminum teh yang telah di sediakannya

"Arigatou(11)~~"

Mimi terlalu menikmatinya ... Terlalu menikmatinya ... Sangat amat terlalu menikmatinya !

Di sisi lain aku hanya mengepalkan kedua tanganku di atas paha sambil terus menunduk ke bawah. Saking gugupnya aku sampai tidak bisa merasakan kehadiran seseorang di sampingku.

"Ojou-sama, daijoubu ka(12) ?"

Sono koe(13) ...

"Z-zen !" Ucapku terbata

"Kenapa kau di sini ? Pasti Mimi yang memberitahumu"

"Memberitahu ? Memberitahu apa ?"

"Di sini pekerjaanku adalah seorang butler, jadi tolong jangan bilang siapa - siapa"

Aku menatap ke arah butler yang sedang memperhatikan Zen dari kejauhan, sepertinya dia seorang menejer. Kembali menatap Zen aku mengangguk.

"Hai'(14) wakatta(15), weita(16) !" Ucapku sambil sedikit tertawa

Zen menyeringai entah apa artinya itu. Yang jelas sepertinya ia akan melakukan sesuatu yang tak dapat ku pikirkan.

"Ojou-sama, mau saya pijat punggungnya ?"

Dengan cepat aku menjawab "Iie(17)"

"Kalau begitu, apa kau ingin di layani dengan sangat khusus ? Tenang saja pelayanan ini tidak di kenakan biaya lagi" ucapnya menyeringai seperti orang jahat

"A-aku baru kali ini ke tempat seperti ini jadi aku tidak mengerti apa maksudmu" jelasku

"Hai' ojou-sama, mari kita ke lantai atas"

Eh ? Padahal aku kan tidak mengerti maksudnya kenapa malah mengajakku ke lantai atas ?

"Douzo(18)" Zen membukakan pintu sebuah ruangan yang tidak ku ketahui isinya

Kosong. Tidak ada orang sama sekali. Di sana hanya ada tempat duduk panjang, meja dan ... tempat tidur ?

DEG

Apa maksudnya ia membawaku ke sini ? Apakah dia ingin ...

Seketika itu aku menjauhkan diri darinya, aku memiliki firasat yang sangat tidak enak. Seakan ia ingin melakukan sesuatu padaku. Oh, tidak !

"Doushita ?" Zen melihat gerak - gerikku yang di anggap aneh olehnya

"Apa yang ingin kau lakukan ? I-ini .. Maksudku di tempat ini ?"

Gawat ! Aku benar - benar panik. Tak ku sangka Zen berani membawaku ke ruangan seperti ini. Kami-sama(19), tasukete(20) !

"Tenang, bakka(21) ! Aku tidak akan melakukan apa - apa. Justru aku membawamu ke tempat ini agar tidak di perhatikan menejer terus menerus" jelasnya

Aku menghembuskan nafas lega. Ku pikir dia akan melakukan tindakan 'negatif', ternyata tidak. Kami-sama arigatou sudah mendengarkanku.

"Lalu apa yang kita lakukan di sini ?"

"Yah, terserah kau. Di sini aku bekerja sebagai seorang butler"

"Terserah ? Hmm ... Begitu ... Hehe ... Kalau begitu bisakah kau memberikan secangkir teh yang lezat untukku ?"

Sambil menyeringai aku ingin test sedikit si Zen, apakah dia benar - benar seorang butler ? Lagi pula seorang butler itu pasti akan menuruti kalimat Ojou-nya.

"Hai', chotto matte kudasai(22)"

Setelah berkata begitu Zen meninggalkanku sendirian di ruangan ini. Sepi. Aku hanya bisa duduk sambil menunggunya kembali.

Banyak sekali yang terjadi hari ini. Lalu, sebenarnya ada apa si Kei mengajak Mimi berbicara. Kei kan sudah tau kalau Mimi sebenarnya adalah gadis yang selalu menjahilinya atau mungkin lebih tepatnya orang yang selalu menjahatinya. Pasti dia sedang merancanakan sesuatu hal, tetapi kenapa harus Mimi ya ?

30 menit berlalu tetapi Zen belum kembali juga. Aku berpikir apakah ia sedang melayani pelanggan yang lain. Karena hari ini sepertinya ada banyak sekali pelanggan yang berdatangan dan sudah jelas sekali mereka adalah seorang perempuan. Jika yang datang adalah seorang lelaki mungkin orang itu otaknya bisa di bilang sudah rusak. Lagi pula tempat untuk lelaki adalah cafe maid, yaitu cafe yang pelayannya adalah seorang perempuan.

1 jam sudah berlalu. Tidak ada tanda - tanda kedatangan Zen. Oh, aku sudah tidak sabaran lagi. Aku harus keluar dari ruangan ini karena siapa tau Mimi itu sedang mencari - cariku. Tetapi gagal, pintu itu terkunci cukup rapat sehingga mendobraknya adalah tindakan yang percuma. Lagi - lagi aku mulai panik, berpikir bahwa Zen mengunciku di sini dan aku tidak di perbolehkan pulang. Apakah itu adalah hal yang ia inginkan, aku tidak tau sama sekali. Aku kembali duduk di bangku mencoba untuk rileks dan mencari cara untuk dapat keluar dari tempat ini. Aku sudah tidak betah sama sekali.

GREKK

Pintu sudah terbuka. Orang yang sudah membuatku kesal bercampur panik telah datang. Secepat kilat aku memukul pundak orang itu dengan kencang, karena perasaanku yang tercampur aduk ini.

"Bakka ! Dari mana saja kau ? Aku pikir kau meninggalkanku sendirian di tempat ini !" Teriakku emosi sambil menatap tajam ke arahnya

"Warui(23), aku sedang menyiapkan teh yang kau minta beserta cake yang ingin ku tambahkan karena mungkin kau menungguku sedikit lama" Zen memperlihatkan cake kesukaanku, blackforest

"Sedikit lama kau bilang ? Sudah sekitar 1 jam lebih aku menunggumu ! Lagian aku hanya meminta teh saja kau sampai menghabiskan waktu cukup banyak" tambahku

"Hai' hai', onomi kudasai(24)" ucapnya sambil menyerahkanku secangkir teh dengan aroma yang harum

Aku menatap lalu mencium wangi teh itu dan meminumnya.

"Oishii(25)"

"A, yokatta(26)."

"Siapa yang membuatnya ?"

"Ore(28)"

Aku terdiam, Zen yang membuat teh ini ? Setelah itu ...

"Ahahahahaha ... Sudahlah Zen tak perlu berbohong. Kau pasti minta di buatkan oleh koki cafe ini kan ?" Tawaku karena tidak percaya dengan yang di katakannya

"Memang salah kalau aku bisa membuat teh ?" Zen berbicara tegas, serius

"Temanmu sudah pulang, dia bilang tolong beritahukan pada Fuyu" lanjutnya

"Heee ?? Kenapa dia tidak mencariku ? Padahal kan dia yang mengajakku kemari !" Kesalku

"Entah, mungkin dia sibuk" jawab Zen seadanya

Sambil menggurutu terus aku berjalan keluar cafe tapi ...

"Ojou-sama ! Apakah kau ingin keluar ? Bisakah kau lebih lama lagi ?" Lelaki yang memiliki rambut pirang menahanku

"Iie, aku mau pulang ke rumah. Aku tidak mau berlama - lama. Nanti ke buru gelap." Jawabku

"Jangan pulang, Ojou-san ... Aku akan kesepian ..." kali ini lelaki yang membawa boneka kelinci berbicara ke arahku

"A-ano ... Gomenne ... Aku mau pulang" ucapku walau laki - laki itu memohon dengan sangat amat manis

"Ojou-sama !"

Uwahhh .... ! Sekarang ada 7 lelaki yang mengelilingiku. Bagaimana ini ? Aku bingung harus melakukan apa. Mereka akhirnya menarikku duduk dan bermain dengan mereka.

"Kami-sama ....." gumamku



"Taaaaa~~daaaaa~~iiiiiii~~maaaa~~"

"Okaeri ! Fuyu ? Kau kenapa ?" Okasan melihatku yang berjalan sambil sempoyongan

"Aku hanya lelah .... Oyasumi(28) ..." ucapku sambil berjalan naik ke atas tangga

BRUKK

Setelah menjatuhkan badan ke atas tempat tidur, mataku otomatis tertutup karena sudah lelah sekali. Setelah itu aku masuk ke dalam alam mimpiku.



Kemarin benar - benar hari yang sangat buruk sekali. Padahal kemarin adalah hari libur sekolah dan sekarang aku harus masuk sekolah lagi. Kapan aku bisa menikmati hari libur dengan tenang. Kalau seperti ini terus, hidupku bisa di bilang menderita. Tetapi, dengar - dengar jika hidup kita memiliki sedikit masalah maupun ke anehan itu berarti kita bisa merasakan petualangan. Petualangan yang di maksud itu mungkin sesuatu yang membuat kita harus bertindak jika terjadi sesuatu.

Memandang langit sambil duduk di tempat dudukku lewat jendela di sampingku, aku menghembuskan nafas. Terlalu banyak kejadian yang terjadi ketika aku naik kelas 2 SMA ini. Hal tersebut membuatku sangat depresi karena berkatnya aku memiliki banyak pikiran. Otakku ini juga sepertinya tidak sanggup lagi berpikir terus - menerus karena aku sendiri juga sudah lelah. Tindakan terbaik yang bisa ku lakukan adalah melupakannya. Melupakan hal - hal yang membuatku sakit kepala.

Di saat yang sama Mimi memperhatikanku dari tempat duduknya. Aku menyapanya tetapi dia malah membuang muka padaku. Apa maksudnya itu ? Sepertinya ada masalah baru yang datang.



"Setidaknya berceritalah padaku, Mimi ..." aku berusaha keras untuk bertanya apa yang terjadi sampai - sampai Mimi tidak ingin mengajakku berbicara

"Mimi !" Aku menarik lengannya dengan sekuat tenaga sehingga membuatnya terjatuh

"Hua ! Gomenne, Mimi ... Aku tidak-"

"Aku tidak ingin memiliki sahabat yang berpacaran dengan orang yang ku benci !" Ia pun menepis tanganku yang bermaksud untuk membantunya berdiri

Setelah Mimi meninggalkanku dengan pertanyaan - pertanyaan yang berada di dalam otakku Aki datang. Wajahnya tampak kesal dan juga sedih. Lalu ia berjalan ke arahku dan mengatakan

"Sejak kapan kau berpacaran dengan Kei ?"

"A-apa maksudmu ?"

"Sudah berapa lama kau berpacaran dengan Kei ?" Aki mulai menekankan sedikit kalimatnya

"Aku tidak pernah berpacaran dengan cowok playboy itu !"

"Tidak usah berbohong ... Semua sudah pada tau"

Pertama kali, aku mendengar dan melihat Aki bertingkah dingin seperti ini. Rasanya sesak sekali. Aku sendiri tidak tau kenapa tetapi kenyataannya dia benar - benar melakukannya padaku. Di tambah lagi dia bilang aku berpacaran dengan Kei mana mungkin aku berpacaran dengan orang semacam dia. Rasanya itu benar - benar tidak masuk akal. Ada kesalahpahaman atau mungkin ada yang membuat gosip seperti itu. Terlebih lagi hanya karena gosip semua anak - anak di sekolah pada tau !

"Aki, ku mohon. Percayalah padaku ! Aku tidak mungkin berpacaran dengan maniak playboy itu !" Aku bersikeras agar Aki tidak percaya dengan gosip itu

"Kalau begitu buktikan pada semua orang di sekolah ini kalau memang kau tidak berpacaran dengannya"

Suara dingin Aki seakan ingin membuatku menangis. Mataku sudah mulai panas dan juga bibirku gemetar. Bagaimana bisa Aki dengan mudah mempercayai gosip itu. Padahal aku sangat akrab dengannya, tiap kali ada masalah aku pasti menjadikan dia sebagai orang pertama yang mengetahuinya. Tapi, dia malah berubah drastis dan kata - katanya itu sungguh menusuk hatiku.  Aku tidak tahan di perlakukan seperti itu dan aku bersumpah akan meluruskan ke salah pahaman ini.

"Tak apa kau tidak percaya padaku. Tapi, suatu saat nanti aku akan membuatmu percaya padaku"

Setelah mengatakan hal itu aku berlari meninggalkan Aki yang terasa masih menatapku. Ya, aku bersumpah akan membuat semua orang percaya bahwa aku tidak berpacaran dengan Kei.

Sesampainya di dalam kelas, semua teman sekelasku melihat ke arahku seakan mereka juga percaya tentang gosip itu. Aku hanya bisa menunduk ke bawah tak dapat melihat mereka karena jika aku menjelaskan hal yang sebenarnya pasti mereka juga tidak akan mudah percaya padaku. Terutama Mimi dan juga Zen. Zen terlihat tampak kesal ketika melihatku masuk ke dalam kelas. Jangan bilang kalau Zen juga percaya dengan gosip itu

"O-ohayou(29) ... Zen ..." ucapku terbata

"Ck"

Dia tidak membalas sapaanku tetapi dia malah pergi keluar kelas. Rasanya aku sudah mulai kesal, apakah memang mereka semua lebih mempercayai gosip sebelum menanyakan kebenarannya kepadaku ?

"M-mimi ..." kali ini aku berusaha untuk mengajaknya bicara

"..."

Tak ada satu kalimat pun yang keluar dari mulutnya. Dia hanya menatapku sinis lalu kembali membaca buku yang ia pegang.

"Mimi ... Kau kenapa ? Apa yang sebenarnya terjadi ? Kenapa kalian semua malah percaya dengan gosip ataupun kabar burung itu si ? Aku tidak berpacaran dengan siapapun terutama Kei !"

Terus - menerus aku menceritakan hal yang sebenarnya tetapi ia hanya terdiam tanpa melihat ke arahku sedikit pun. Aku kesal dan pada akhirnya tanganku menarik wajah Mimi sehingga ia melihat ke arahku.

"Mimi ! Aku serius !" Kali ini aku menggunakan nada yang sangat tinggi dan membuat teman sekelasku kian melihat ke arah kami

Mimi pun menebas tanganku "Tak perlu basa - basi. Semuanya sudah jelas. Lihat foto ini !" Ia memperlihatkan fotoku sedang di peluk Kei

Foto itu pasti di ambil ketika Kei meminjam baju olah ragaku waktu itu. Kejadiannya kan sudah lama sekali. Siapa yang tega menyebarkannya si ?

"Mimi, dengar sebenarnya-"

"Cukup ! Tidak usah banyak alasan. Semakin lama kau hanya ingin membuat alasan omong kosong, kan ? Sebaiknya kau diam saja"

Setelah itu sensei datang dan menyuruh kami semua untuk duduk di tempat masing - masing. Aku melihat ke arah Zen tetapi dia sama sekali tidak memperhatikanku. Lalu aku memandang Aki, kami sepintas saling pandang tetapi ketika 2 detik berlalu Aki membuang muka. Di tambah lagi Mimi, dia memang memperhatikanku dari kejauhan hanya saja wajahnya terlalu seram untuk di lihat.



Pada saat jam istirahat seseorang yang sangat ku benci malah datang. Ia menghampiriku yang masih terduduk di tempat dudukku. Otomatis lagi - lagi teman sekelasku memperhatikan kami. Padahal ada gosip yang menyesakkan tentang aku dengannya.

"Hey !" Kei menyapaku

Aku terdiam tidak ingin berbicara dengannya. Karena jika aku berbicara dengannya pasti semuanya akan berpikir kalau aku benar - benar berpacaran dengannya.

"Kenapa kau malah diam saja ?"

"..."

"Hoi !"

"..."

Aku terus berusaha untuk diam tetapi gagal setelah Kei mencubit kedua pipiku sampai merah.

"Apa - apaan si ?!" Aku mulai kesal

"Habis, kau di ajak berbicara malah diam"

Benar - benar orang ini minta ku tonjok. Gak lihat situasi apa ?!

"Jika ingin bermesraan di luar sana. Mengganggu orang lain saja" Zen mulai sewot dengan tatapan sinisnya

"Kau cemburu aku bepacaran dengannya ?"

Apa ?? Kei barusan bilang apa ? 'Berpacaran dengannya' ? Konyol sekali !

Aku mendobrak meja belajarku dengan kencang lalu melontarkan sebuah kalimat pedas.

"Aku tidak akan pernah berpacaran dengan cowok yang suka memainkan perasaan seorang cewek di tambah lagi kau tidak punya bukti yang pasti kalau aku berpacaran dengannya. Tetapi apa ? Kalian semua hanya mempercayai selembar foto doang !! Bagaimana kalau foto itu editan ? Bisa juga kan ? Aku muak di fitnah seperti ini terus !"

Dalam kondisi marah aku berjalan meninggalkan kelas menuju atap sekolah. Buat apa tinggal di kelas kalau kenyataannya dirimu sendiri malah di perolok dan di gosipkan hal yang negatif. Lebih baik pergi keluar dan mencari tempat di mana kau bisa menenangkan diri di tempat yang tenang.

Sepanjang jalan semua murid sekolahku mulai berbisik - bisik tentangku. Ya, aku tau kok mereka membicarakan apa. Sambil mengepalkan kedua tanganku, aku terus melangkah tanpa berhenti sampai tiba di tempat tujuan. Sulit sekali memberitahukan orang - orang seperti mereka terutama orang yang selalu percaya terhadap gosip. Rasanya menyebalkan sekali.

Akhirnya sampai, aku sangat bersyukur sekali karena tidak ada sama sekali orang di sini. Sepertinya hari ini aku beruntung. Aku berjalan menuju bangku kayu. Setelah duduk aku menatap langit. Kami-sama memberikanku sebuah ujian yang lumayan berat karena sahabatku Mimi, teman masa kecilku Zen dan juga orang yang penting untukku, Aki. Mereka semua justru seakan memusuhiku karena seorang Kitayama Kei. Kei yang telah membuatku menderita sepahit ini. Tetapi dia malah membenarkan itu semua. Padahal kenyataannya aku tidak berpacaran dengannya. Dan bagaimana bisa mereka percaya hanya pada sebuah gambar walaupun Kei benar - benar memelukku waktu itu.

Aku menelengkupkan wajahku sambil memeluk kedua kakiku. Rasanya aku ingin menangis dan juga ingin menumpahkan semua kekesalan dan emosiku kepada orang yang ku anggap penting. Sayang sekali orang itu juga mempercayai gosip yang konyol tentangku dan Kei. Di dalam pikiranku sekarang adalah siapa biang yang menyebarkan gosip palsu itu ?



TO BE CONTINUED

Note      :
1. Naze desuka = Memang kenapa
2. Yare - yare = seperti kalimat 'ya ampun'
3. Gomen = Maaf
4. Doushite = Kenapa
5. Omae = Kau
6. Onegai = Ku mohon
7. Okaeri = Selamat datang kembali
8. Ojou-sama = Nona
9. Tadaima = Aku pulang
10. Osuwari kudasai = Silahkan duduk
11. Arigatou = Terima kasih
12. Daijoubu ka = Apa kau baik - baik saja
13. Sono koe = Suara itu
14. Hai' = Baik
15. Wakatta = Aku mengerti
16. Weitta (dari weitress) = Pelayan
17. Iie = Tidak
18. Douzo = Silahkan
19. Kami-sama = Tuhan
20. Tasukete = Tolong
21. Bakka = Idiot
22. Chotto matte kudasai = Tolong tunggu sebentar
23. Warui = Maaf
24. Onomi kudasai = Silahkan minum
25. Oishii = Lezat / enak
26. Yokatta = Syukurlah
27. Ore = Aku
28. Oyasumi = Selamat tidur

29. Ohayou = Selamat pagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar